40. Sidang

1.6K 115 49
                                    

(Masih di malam yang sama)


“Senang melihatku seperti orang bodoh?”

“Ma-Maaf, Nyonya. Bukan begitu, kami hanya-”

“Lucu?” sela Keira pada Kepala Keamanan bangunan megah ini, pemegang akses CCTV yang mengawasi luar dan dalam rumah nonstop 24 jam bergantian dengan rekan-rekannya. “Menikmati kebodohanku? Tertawa? Mencemeeh di belakangku?”

“Kami tidak seperti itu, Nyonya.”

“Beri aku rekamannya.”

“Nyonya.”

“Semua,” tandas Keira. “Yang merekam perbuatan haram majikan mu bersama pesuruh itu.”

“Kami tidak punya, Nyonya.”

“...”

“Tuan lebih dulu mengambil semuanya, bahkan membakar hardisk-hardisk itu langsung.”

“...”

“Kami diminta tutup mulut dan—sungguh, kami sama sekali tidak mendukung ini apalagi menertawakan Anda.”

Keira terus mematri layar komputer, yang menampilkan situasi lengang area kamar belakang.

“Kami hanya pekerja, Nyonya. Maafkan kami.”

“...”

“Dan saya pribadi menjamin, tidak ada satu pun pelayan tahu soal ini termasuk Olive.”

“...”

“Hanya kami di sini yang tahu, Nyonya. Tidak dengan pekerja lain.”

“Berikan aku rekaman tadi.”

“Nyonya-”

“Berikan sebelum aku rebut paksa.” Keira menatap dingin pria-pria kekar di dekatnya tersebut, yang menunduk sejak ia datangi secara tiba-tiba. “Aku bukan orang baik, jangan pancing aku.”

“Ma-Maaf, Nyonya.”

“Kirim segera, jangan coba-coba melenyapkannya.” Kemudian Keira pergi, menyusuri lorong demi lorong rumah. Berbelok ke kanan, lalu berbelok ke kanan lagi.

Hingga tiba di depan kamar yang menurut cerita para pelayan, berukuran besar melebihi ukuran kamar mereka. Setara kamar tamu dan baru-baru ini, Keira juga mendengar bahwa Firly menyewa jasa design interior profesional guna memperindah. Yang tak ia sangka, biaya berasal dari menggesek blackcard suaminya. Ibra De Paul, pria yang dimaksud sosok konglomerat kekasih Firly Davis. Fakta luar biasa.

Klek.

Pintu terkunci, tatapan Keira kian datar. Bergeming sejenak, sebelum memasukkan benda yang sejak awal sudah dalam genggamannya.

Klik.

Mencengkeram knop pintu itu, lantas Keira dorong. Setenang mungkin, berbanding terbalik dengan gaduh suasana kamar yang sontak terumbar menyapa telinganya.

PhlegmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang