36. Darah

1.4K 101 12
                                    

©pevpermint

Mungkin ini definisi kecantikan yang mengintimidasi. Hanya berjalan, pelan nan pasti menuruni anak tangga. Tanpa berkelaku lebih selain tatapan sesekali mengarah pada mereka. Tak berias, tampak jelas meski sebatas polesan cream sunscreen di wajahnya. Firly akui, wanita ini merupakan tercantik dari sederet kaum Hawa yang pernah ia jumpai. Brianne Adler, ada di sini. Menantu pemilik CCNews ada di rumah megah tempatnya bekerja.

“Pagi, Nona.” Olive menyapa.

Brianne menarik tipis ujung bibir. “Pagi, Olive.”

“Mau sarapan langsung atau?”

“Aku ke taman belakang,” balas Brianne. “Panggil aku saat Keira bangun nanti.”

“Baik.” Olive mengindahkan. “Saya akan bawakan camilan untuk Anda.”

“Firly?”

Yang dipanggil tersentak, Firly cukup kaget ditatap tiba-tiba oleh Brianne.

“Bisa temani aku?”

“Saya?” tunjuk Firly pada diri sendiri.

Brianne kembali tersenyum. “Ada berapa Firly di rumah ini?”

Berujunglah mereka tiba di antara hamparan tanaman hias memanjakan penglihatan, Firly berdiri di belakang wanita yang menikmati udara segar sekitar.

“Rumah megah, profesi mentereng, tampang rupawan.”

Firly memperhatikan, punggung sempit si empu kalimat barusan.

“Ibra tergolong pria idaman banyak wanita,” lanjut Brianne. “Benar, bukan?”

Firly mengerjap, wanita ini sedang membicarakan majikannya? “Emm, begitulah.”

“Aku iri.”

Firly mengernyit. “Iri?”

“Kau bekerja dengan pria seperti dia.”

Firly membisu.

“Upah tinggi, setiap hari disuguhkan visual menawannya.”

“...”

“Bahkan kudengar, bonus lembur kalian tidak main-main.” Brianne berbalik badan.

Firly menemukan sorot janggal dalam netra istri Charleon Dawson tersebut.

“Sampai ada yang diberi dua blackcard sekaligus?”

Spontan, Firly membolakan mata.

Brianne mendudukkan diri ke kursi, meraih teko minum di sana lantas menuangkan isinya ke gelas yang tersedia.

Tetes demi tetes bercucuran, teh chamomile itu perlahan memenuhi gelas. Seiring dingin Firly rasakan merambati tubuhnya.

“Siapa yang memulai lebih dulu?” Brianne meletakkan ke sediakala teko sebelumnya.

Firly meremas jari-jemari sendiri. “A-Apa maksud Anda?”

Mengangkat gelas teh chamomile nya, Brianne kembali memandang babysitter itu. “Kau atau Ibra?”

PhlegmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang