21. Fakta Lain

1.4K 69 0
                                    

©pevpermint

“Kau ingin sendiri? Lakukan di sini.”

“...”

“Jauh lebih logis ketimbang berkeliaran di luar ‘kan?”

“...”

“Tidak ada ponsel untukmu.”

“...”

“Tidak ada laptop.”

“...”

“Jangan sekali-kali kau berani menghubungi laki-laki itu lagi.”

Keira tak diberi kesempatan membela diri. Jangankan membela diri, menyangkal tudingan Ibra terkait bertukar kabar hingga janji temu dengan Daco saja ia tidak bisa. Entahlah, entah apa yang memicu pria itu berasumsi demikian.

Sungguh, meski rumah tangga mereka dibangun atas dasar keterpaksaan, namun Keira sadar akan komitmen. Sadar bahwa ia telah bersuami dan diwajibkan setia, maka ia tebas seluruh akses yang berpotensi merusak itu. Daco adalah cintanya, kebersamaan mereka tak sebentar. Ribuan kenangan terukir, tentu membekas sampai sekarang. Terlebih mereka telah memiliki anak pula.

Jadi, bukan mustahil bagi Keira untuk kembali merajut kisah mereka. Apalagi para sahabatnya turut mengatakan kalau Daco amat-sangat menyesal pasca kehilangannya, serta berjanji akan berubah lebih baik bila diberi kesempatan kedua. Potensi besar, ia akan bahagia dengan laki-laki itu jika mengindahkan harapan tersebut. Jelas, mereka sudah saling mengenal, cocok dalam berbagai hal, usia sebaya, mempunyai pandangan masa depan yang tak jauh berbeda.

Akan tetapi, Keira memilih seolah buta dan tuli. Tegas mengikuti seruan hati yang melarangnya bermain-main dalam ikatan suci paksaan sang ayah ini. Tak peduli apapun, ia memutuskan untuk patuh terhadap aturan-aturan pernikahan. Mengenyahkan perkara haram walau sebatas menanyakan kabar pada si mantan pujaan hati melalui pesan teks.

Ponsel, laptop, telepon rumah atau alat-alat komunikasi sejenis itu, tak pernah Keira gunakan untuk sesuatu aneh-aneh. Sebaliknya, ia manfaatkan sebaik mungkin. Pergerakannya dibatasi, alhasil ia mengakali. Mau bagaimana juga, ia masih muda. Menikah secara mendadak, pun lekas menimang anak, telak membuatnya kurang persiapan.

Oleh sebab itu, Keira manfaatkan media elektronik tersebut untuk membantunya meng-upgrade diri. Dengan mengambil kelas online pranikah, mengikuti kelas parenting dan sedikit mengulas ilmu yang didapat semasa perguruan tinggi.

Ibra tahu semua kegiatannya itu, dia lah yang menanggung seluruh biaya. Namun, seperti tak dianggap justru Keira kerap menerima tuduhan-tuduhan negatif. Tak cukup menghardiknya sebagai pecandu ponsel apabila Derra terabaikan dari pengawasannya, lalu yang terbaru dituduh diam-diam berkomunikasi dengan Daco.

Keira kembali dilelahkan dengan sikap Ibra.

“Pantas saja, selera mu daun muda.”

Lagi-lagi, Keira menahan hasrat agar tidak mengenyahkan diri. Di antara kerumunan pesta, kenalan Ibra tak henti menghampiri. Untuk sekadar berbasa-basi dengan suaminya itu.

Ya, mereka tengah menghadiri anniversary perusahaan rekan bisnis Ibra. Megah, terdapat beberapa pebisnis tersohor dunia serta publik figur kondang Prancis. Dan Keira sama sekali tidak menikmati suasana itu, bahkan untuk minimal mencoba makanan yang tersaji.

Terang saja karena sekian jam sebelum berangkat kemari, Ibra sempat memarahinya akibat Derra yang terjatuh dari sofa. Menyalahkannya habis-habisan di hadapan seluruh pelayan berikut Firly yang belakangan sering izin dengan alasan kurang sehat. Tidak, Keira tak terlampau perih hati. Bukan kali pertama disikapi begitu oleh sang suami, rasa-rasanya ia mulai terbiasa. Walau tak memungkiri, mood nya berujung berantakan sampai titik terendah hingga detik ini.

PhlegmaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang