15•baper??

22 2 0
                                    

Aku tidak menyalahkan takdir, tidak pula menuntut kesempurnaan, namun bolehkah aku berharap pada apa yang begitu sulit untukku genggam?

_Aviona Arunika

***

Viona merengangkan tubuhnya yang terasa sakit, gadis itu sedang duduk di teras rumah aksara, jam sudah menunjukan pukul 23:00 namun ia baru saja tiba di rumah, setelah usai bekerja ia langsung pulang ke rumah. Matanya memandang sayu langit malam yang di penuhi cahaya bintang.

Angin malam yang menyentuh kulitnya membuat gadis itu beranjak dari duduknya, dengan tenaga yang tersisah ia membuka pintu rumah, matanya menangkap sosok pemuda sedang tetidur di atas sofa, perlahan senyum jahil terbit di wajahnya yang tadi suram kini berubah 180 derajat.

"Saatnya untuk balas dendam" ujar gadis itu dengan langkah yang mengendap endap takut membangunkan si target, jujur saja ia masih kesal karna ulah aksara dan alaska yang seenaknya mencoret coret wajahnya saat tidur.

Masih dengan langkah yang sangat pelan gadis itu meraih bullpoin yang tergeletak di atas meja "pembalasan harus lebih kejam" ujar gadis itu sambil membuka tutup bullpoin ia sudah tidak sabar melukis di wajah tampan aksara.

Dengan sangat pelan ia mulai menggmbar kumis besar di bawah hidung aksara, tidak lupa memberi tompel di pipi kanan cowok itu, viona menutup mulutnya berusaha meredakan tawanya yang hampir pecah, bahagia sekali rasanya saat dia berhasil menjaili cowok itu, selama ini viona selalu menjadi korban kejailan aksara.

"kak vio!" viona membalikan badannya mendapati alaska yang sedang memandang bingung ke arahnya.

"hayo kak vio ngapain?" seolah sedang menangkap sang pelaku aksara tersenyum jail mendekati viona yang masih memandang cengo kearahnya.

"diem lo atau gue tendang dari sini!" viona menatap sengit ke arah alaska, ia masih menyimpan dendam pada pemuda itu karna ikut menjailinya semalam.

"ampun gusti ratu, silahkan di lanjutin" pemuda itu tersenyum kiuk sambil berjalan mundur dengan kedua tangan yang di satukan di depan dada, jika sudah melihat wajah sangar viona mana berani dia berurusan pada gadis itu, ia tidak ingin mengikuti jejak abangnya yang selalu menjadi samsak pribadi viona ketika sedang emosi.

Setelah kepergian alaska viona kembali melanjutkan aksinya, dengan sangat lihai ia menandatangai kening alaska seolah kening itu adalah dokumen yang harus di beri tanda tanggan.

Tangan lentik viona bergerak ke dagu aksara ingin menggambar jengot di sana namun pergerakannya terhenti ketika tangan kekar aksara menggengam tanggannya.

"A-aksa?" ucap viona terbata bata, ia terkejut bukan main melihat pemuda itu ternyata sudah membuka matanya.

"ngapain?" suara berat aksara entah mengapa semakin membut viona merasa cangung.

"gu-gue lag--

Ucapan viona terhenti ketika tangannya di tarik keras oleh aksa, hingga membuatnya terjatuh di dada cowok itu.

Viona menelan salifanya susah payah ia mencoba Mengatur detak jantungnya yang sepertinya sedang tidak aman jika berada di dekat cowok itu, entahlah akhir akhir ini ia selalu merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya jika berdekatan dengan cowok itu.

"sa, lepasin gue!" viona mencoba bangkit dari dada cowok itu namun Aksara masih menggenggam erat lengannya.

"vi, maafin gue" Aksara memandang lembut manik mata viona, tangannya yang satu terangkat untuk mengelus lembut rambut viona.

"apa sih sa, lepasin gue!" viona masih berusaha untuk bangkit dari dada cowok itu.

Aksara melepaskan lengan viona membiarkan gadis itu bangkit dari duduknya.

"duduk sini dulu" masih dengan suara serak khas bangun tidur cowok itu menepuk pelan kursi di sebelahnya menyuruh gadis itu untuk duduk di sana, dengan malas viona menuruti permintaan cowok itu.

"Kenapa?" viona membuang muka berusaha menutupi salah tingkahnya ketika berdekatan dengan cowok itu.

"lo masih marah sama gue?" aksara menatap lekat wajah cantik gadis di hadapannya itu.

"ngak!" ujar viona ketus

"vi, coba liat gue" aksara memegang kedua bahu viona agar menghadap padanya.

"sekali lagi gue minta maaf yah" ujar aksara masih dalam mode kalemnya "tapi gue mau nanya sesuatu sama lo"

Apa?

"siapa yang udah nyakitin lo?" aksara masih menatap itens wajah gadis itu.

hah?

"cerita sama gue vi" suara lembut aksara selalu berhasil membutnya merasa nyaman jika bersama cowok itu.

"gue cuma tau salsa, yang lain ngak kenal" akhirnya viona mau bercerita padanya.

"lo di keroyok?" aksa masih berusaha tenang walau tak di pungkiri hatinya benar benar marah saat ini.

Viona mengangguk kecil menjawab pertanyaan cowok itu.

"hei,,liat gue" aksa menangkup wajah viona dengan kedua tangannya.

"jangan pernah sembunyiin apapun dari gue, gue ngak bakal biarin siapapun ngelukain wajah cantik ini" ujar aksa sambil tersenyum lembut menatap gadis di hadapannya itu.

Viona merasakan darahnya berdesir kuat, entah mengapa ia merasa pipinya tiba tiba panas gadis itu menepis lengan aksa mencoba menutupi salah tungkahnya
"ck, apa sih! Lebay lo"

"vio pipi lo kenapa? Kok sampe merah gini?" aksara semakin mengikis jarak keduanya hingga viona bisa menghirup aroma mint dari tubuh cowok itu.

Viona menelan sifanya susah payah, ia yakin wajahnya kini semakin merah karna perbuatan aksa.

Aksara, cowok itu masih memandang khawatir wajah viona yang semakin merah hingga tak lama rasa khawatir itu berubah menjadi kekehan geli ketika ia menyadari sesuatu.

"lo baper vi?" aksara menaik turunkan alisnya menggoda gadis itu, ini adalah momen yang langkah ketika melihat gadis super galak yang kalau marah langsung cosplay jadi singa kini tersipu malu di hadapannya.

pertanyaan dari aksara seketika membuat viona membulatkan matanya"apasih geer banget" viona bangkit dari duduknya ingin segera meninggalkan cowok itu.

"ehhh bentar dulu" aksara menarik lembut lengan viona untuk kembali duduk di tempatnya.

"Ngak papa kali kalau lo emang baper,wajar itu mah, gue kan ganteng"

"diem atau gue bunuh lo sekarang!" ancam viona dengan mata yang menyorot tajam pada cowok tengil itu.

"dih ngeri lo, enak aja mau bunuh gue"

Viona hanya memutar bola matanya jengah melihat cowok itu.

"udah sana tidur, udah malem" entah dorongan dari mana cowok itu mengacak acak rambut viona gemes, sedangkan viona hanya diam mematung di tempatnya, percayalah sekarang viona benar benar ingin terbang ke angkasa.

Setelah kepergian aksara viona menengelamkan kepalanya di bantal sofa, wajahnya benar benar merah sekarang, gadis itu memegang dadanya yang sedang berdetak lebih cepat dari biasanya.

"kok gue aneh banget sih" gerutu gadis itu kesal "masa iya gue baper sama si cowok tengil itu"

Semakin mengingat aksara semakin membuat pipinya memanas, pikiranya kembali teringat pada kejadian tadi ketika ia terjatuh di dada cowok itu, ia bisa melihat dengan jelas wajah tampan aksara dengam jarak yang sangat dekat.

Apaapaan ini? Apa dia benar benar jatuh cinta pada aksara? Tapi sejak kapan?

***






AKSAVIO[On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang