Dongeng [Seis]

2.4K 180 5
                                    

"Lalu mereka hidup bahagia selamanya."

Sae menutup bukunya saat dongeng yang dibacakan oleh pemuda itu berakhir. Dia dapat mendengar tawa anak-anak lainnya dan suara halus pemuda itu yang mencoba membuat anak-anak yang mendengarkan dongengnya agar tidak berisik.

"Sstt, kita ada di perpustakaan loh, nanti Kakak gabisa bacain dongeng lagi kalo kalian berisik, oke?"

Dan hari ini buku di tangan Sae hanya terbuka kembali tanpa dibaca, dia mengembalikan buku itu ke rak dan melangkah pergi.

'Hari ini ceritanya tentang sapi dan kutu.'

°°°°°

Isagi punya jadwal tersendiri saat mengunjungi perpustakaan, karena dia juga masih kuliah, dia hanya bisa datang di Jumat siang dan Minggu pagi saat tidak memiliki jadwal kelas.

Anak-anak biasanya datang saat hari Minggu, dan dia akan membacakan satu dongeng untuk mereka, meski itu sedikit mengambil waktunya yang ingin belajar di perpustakaan, Isagi sama sekali tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

Dia senang saat anak-anak itu tertawa dan menatapnya senang saat dia membacakan dongeng.

Dia juga senang menjawab pertanyaan dari rasa penasaran mereka, meski kadang aneh.

"Kak, kenapa burung nggak hinggap di kepala juga buat ngambil kutunya? Kutu manusia kan banyak!"

Yah, sangat aneh.

Tapi yang paling Isagi sukai dari semua itu adalah dia.

Iya, orang itu.

Si rambut merah pucat yang selalu membaca buku dengan pose kerennya di dekat rak yang berdampingan dengan meja tempat dia suka membacakan dongeng untuk anak-anak.

Awalnya dia kira orang itu hanya kebetulan berada di sana, tapi setelah beberapa kali dia selalu melihatnya berdiri di depan rak buku yang sama, dia pikir itu adalah takdir.

Takdirnya untuk melihat pria tampan setiap minggu.

Isagi sangat ingin mengajak orang itu bicara, tapi sepertinya dia tidak ditakdirkan untuk itu, karena setiap kali dia selesai membaca dongeng, orang itu pasti sudah pergi.

Tidak ada kesempatan sama sekali untuk mengajaknya bicara, padahal dia sangat penasaran dengan pria tampan itu.

Jadi Isagi hanya bisa mengintip sedikit dari balik buku dongengnya dan menatap diam-diam pria tampan misterius itu.

°°°°°

Jumat siang, Sae memesan kopi di kafe seberang perpustakaan.

Kantornya cukup dekat dari sini, dia senang bersantai di jam makan siang di sana karena jalanan sekitar perpustakaan jarang dilewati orang, jadi dia bisa menikmati waktu istirahatnya dengan tenang.

Saat sedang menyesap kopinya, dia melihat pemuda yang biasanya membacakan dongeng pada anak-anak masuk ke dalam perpustakaan.

Tanpa ragu dan dengan gerakan cepat, Sae berdiri lalu membayar pesanannya sebelum berjalan cepat menuju perpustakaan.

Dia merapikan pakaian kantornya sekilas lalu masuk ke dalam perpustakaan.

Matanya mencari ke sekitar dan dia menemukan pemuda itu di meja tempat biasa dia duduk membacakan dongeng, bedanya sekarang dia fokus membaca buku dan tidak ada anak-anak di sekitarnya.

Ini kesempatan.

Sae perlahan mendekat dan mengambil buku secara asal, lalu duduk di meja yang sama dengan jarak dua kursi dari pemuda itu.

Isagi menoleh saat merasa ada orang lain, dan dia terkejut karena yang duduk di sebelahnya adalah pria tampan yang selalu ingin dia ajak bicara tapi tidak ada waktu.

'W-wah ... hari ini dia pakai jas, keren banget!'

Isagi tanpa sadar terus menatap pria itu, lalu pria itu menoleh saat sadar ditatap oleh Isagi.

"U-um... m-maafkan saya, saya jadi menatap Anda karena penampilan Anda sangat keren," ucap Isagi gugup, dia lalu mengumpati diri sendiri dalam hati karena refleks memuji penampilan orang itu tanpa sengaja, dia ingin meluruskan kalau dia tidak punya maksud lain saat melihatnya, tapi malah membuat dirinya semakin terdengar mencurigakan.

Sae menutup bukunya dan menatap pemuda itu.

"Oh, saya keren?"

Wajah Isagi merona saat dia bertanya seperti itu, tidak menyangka pertanyaan itu yang akan ditanyakan olehnya.

"I-iya..."

"Kalau begitu kamu bisa lihat saya lagi, terusin aja," ucap Sae santai pada pemuda itu, dia tersenyum tipis dan menyerongkan badan agar si pemuda bisa melihat dirinya dengan lebih leluasa.

'Y-yah ... meski dia orang aneh yang selalu baca buku Resep Masak Mama, tapi gapapa deh, yang penting ganteng!'

Isagi menutup separuh wajahnya dengan buku pelajaran dan menyisakan matanya, lalu menatap Sae lurus.

"Kalau Anda tidak keberatan..."

Sekarang pekerjaan Isagi akan bertambah, bukan hanya membaca dongeng setiap Minggu, dan memandang pria tampan ini setiap Jumat.

Lalu Sae perlu ingat kalau dia harus meluangkan waktunya untuk mendengarkan dongeng pemuda manis ini setiap Minggu dan jadi objek untuk dilihat olehnya setiap Jumat.

Dan kisah yang seperti dongeng itu pun berakhir bahagia, tapi tentu— di setiap dongeng akan ada ciuman sebagai adegan penutupnya 'kan?

"Sae, jangan nyosor terus!"

"Kamu itu terlalu lucu, Yoichi."

.

.

.

Fin.

✓AllxIsagi [oneshot] BLUE LOCK<3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang