3. (-) Memories [Seis] END

937 107 3
                                    

Sae memutuskan untuk tidak memikirkan tentang pemuda manis itu lagi, tapi tidak bisa, berapa kali pun dia berpikir untuk melupakannya, wajah Yoichi selalu terbayang di kepalanya.

Kenapa? Kenapa dia bisa terus mengingat tentang Yoichi yang baru dia temui sebanyak tiga kali sampai sebegininya? Padahal Yoichi sendiri sudah lupa dan tidak mengingat dirinya sama sekali.

Sae mendengus keras, pergi ke sekolah pun tidak bisa mengalihkan fokusnya.

Bahkan kegiatan klub bola terasa sudah tidak penting, meski mereka memiliki jadwal latihan hari ini, Sae pulang terlebih dahulu bahkan tanpa meminta izin, padahal dia kapten...

Dia ingin segera pulang, tiduran di kamarnya sambil menyelamkan kepala di bantal, berharap dirinya tidur dan melupakan tentang Yoichi sama seperti halnya pemuda itu melupakan dirinya.

Tapi kakinya berkata lain, dia malah berjalan menuju rumah sakit.

Saat dia menatap gedung putih di hadapannya, Sae memukul pahanya sendiri.

"Kenapa malah ke sini?!" bisiknya kecil pada diri sendiri.

Sae menghela napas, sekarang tidak bisa dia sangkal kalau dia benar-benar jatuh pada pemuda yang baru saja dia temui tiga hari yang lalu.

Dia sendiri heran, bagaimana caranya Yoichi membuat dirinya tidak pernah berhenti memikirkannya, jangan-jangan dia pakai pelet atau semacamnya?

Kakinya berjalan lurus menuju taman samping rumah sakit, tempat pertemuannya dengan Yoichi.

Saat sampai di sana, dia menahan napas ketika melihat Yoichi, ah ... jantungnya kembali berdetak kencang. Benar-benar, Sae langsung menghilangkan penyesalannya dan merasa bersyukur sudah datang ke sini.

Tapi kali ini Yoichi tidak sendiri, dia bersama anak-anak yang bermain dan mengelilinginya, mereka tertawa bersama dan terlihat bahagia.

Melihat pakaian mereka yang juga pakaian rumah sakit, Sae mengerti kalau mereka pasti juga pasien di sini, mereka juga menanggung penyakit di usia mereka yang masih muda.

Sae menatap miris, ini sama seperti Yoichi, dia masih sangat muda, lebih muda darinya, tapi dia sudah mendekam di rumah sakit ini tanpa bisa keluar atau melakukan sesuatu.

Hanya saja ... senyum mereka.

Mereka tidak berhenti tersenyum, bahkan meski penyakit terus menggerogoti tubuh mereka, mereka tetap terlihat bahagia.

Bermain bersama dan tertawa...

Sae membawa kakinya melangkah untuk mendekat.

Tidak apa ... apa salahnya kalau Yoichi melupakan dirinya yang kemarin?

Dia tinggal memperkenalkan dirinya lagi hari ini, ya, tidak apa-apa.

Saat dia berjalan mendekat, sebuah pesawat kertas jatuh di dekat kakinya, Sae bingung sebentar sebelum menunduk dan mengambil pesawat kertas itu.

Seorang anak berlari ke arahnya, dia terkejut karena pesawat miliknya diambil oleh seseorang dengan muka datar tanpa ekspresi.

Dia mengulurkan tangannya untuk meminta kembali pesawat kertas miliknya.

Sae menatap anak itu, lalu menekuk lututnya untuk menyamakan tingginya dengan anak itu, dia memberikan pesawat kertas miliknya.

Sebelum anak itu pergi, dia bertanya, "Kau ... apa kau kenal dengan orang yang ada di sana?"

Sae menunjuk ke arah Yoichi, dia mencoba menahan anak itu untuk diajak mengobrol.

Anak yang sebelumnya sedikit gugup saat berhadapan dengan Sae, seketika langsung tersenyum cerah saat Sae bertanya tentang Yoichi.

"Iya! Semuanya tau Kakak itu! Dia sangat baik," serunya bersemangat.

Sae diam-diam tersenyum tipis, sikap mereka pada Yoichi sudah menunjukkan bagaimana cara Yoichi memperlakukan anak-anak itu.

Dia pasti ... benar-benar sangat baik.

"Tapi..."

Sae kembali menoleh pada anak itu saat dia bergumam pelan dengan nada sedih.

"Kakak baik selalu melupakan kami..." Tangannya memainkan lipatan pesawat kertasnya, dia menunduk dan memasang ekspresi sedih. "Meski kami main dengan Kakak, dia akan lupa pernah main sama kami besoknya."

Sae tersentak mendengar itu, Yoichi selalu melupakan sesuatu setiap keesokan harinya?

"Kau tau kenapa dia begitu?" tanya Sae.

Anak itu menggeleng, "Gatau. Tapi karena semua yang di sini punya sakit, jadi Kakak pasti punya sakit juga. Semuanya punya sakit yang beda-beda!"

Napasnya sempat tercekat, anak ini begitu polos, dia menceritakan tentang sakitnya dengan cara yang begitu wajar, seolah semua orang di dunia ini pasti punya penyakit.

Andai dia tau ... andai dia tau kalau mereka diperlakukan tidak adil oleh dunia, diberi rasa sakit di usia yang masih belia sementara banyak orang yang hidup sehat di luar sana banyak malah menyakiti diri sendiri, mereka pasti akan mengutuk dunia.

Sae menepuk kepala anak itu, "Makasih."

Dia langsung berbalik, tidak jadi menemui Yoichi.

Biarkan dia tertawa saat ini, biarkan dia tetap bahagia saat ini.

Dia tidak tau kapan dunia akan merenggut nyawanya, dia tidak tau kapan rasa sakitnya akan muncul dan membuatnya kesakitan sampai merasa lebih baik mati.

Biarkan dia...

Tidak apa...

Lupakan saja.

Sae merasa bersyukur dengan lupa ingatan yang dialami Yoichi.

Dia tidak tau apa penyebab dia bisa melupakan sesuatu secepat itu, dia tidak mengerti, tapi entahlah, Sae tidak begitu tertarik untuk mengerti.

Itu lebih baik.

Lupakan saja.

Lupakan semuanya, rasa sakitmu, rasa kesalmu terhadap jahatnya dunia.

Sae melirik ke arah toko buku dan masuk ke sana tanpa sadar. Dia dengan asal mengambil sebuah buku diary dengan gambar stroberi dan bluberi di atasnya.

Saat pulang nanti, dia akan mencatat semuanya.

Bahkan meski Yoichi melupakan semuanya, Sae akan tetap mengingatnya.

Sae akan membuat seluruh kenangan buruk menghilang dari Yoichi, tapi mengabadikan semua momen bahagia miliknya.

Benar ... hanya kebahagiaan Yoichi yang tidak boleh dirinya lupakan.

Yoichi hanya boleh bahagia.

Dia sangat layak untuk kebahagiaan.

.

.

.

Fin.

✓AllxIsagi [oneshot] BLUE LOCK<3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang