Genggaman Tangan [Rnis]

2K 162 17
                                    

"Aku gabakal mati, jadi gausah khawatir banget gitu deh, lebay," ucapku pada pria yang saat ini sedang duduk di samping ranjangku.

"Gimana aku gak khawatir, bodoh?!" ucapnya dengan nada marah. "Dokter bilang kalau kamu drop lagi."

"Aku gak apa-apa," ucapku sambil menekan setiap kata.

"Pembohong." Dia memalingkan wajah, tapi jari-jarinya tetap melingkari tanganku dan itu sangat menenangkan.

Itoshi Rin, musuh bebuyutanku sekaligus kekasih yang sangat menyayangiku. Bahkan setelah aku divonis penyakit mematikan, dia masih tetap mau bersamaku.

Setelah itu kami diam, aku yang mulai merasakan efek dari obat yang tadi baru saja ku minum, mulai mengantuk.

Sebelum mataku benar-benar tertutup, aku bisa merasakan kecupan dari Rin di dahiku.

°°°°°

Saat aku bangun, aku tidak lagi terbaring di ranjang rumah sakit.

Pasti keadaanku sudah membaik.

Dan pasti juga, kalau Rin lah yang telah membawaku ke kamar apartemen kami.

Ya, kami.

Sejak anak bontot itu tahu perihal penyakitku, dia membeli apartemen untuk kami tinggali berdua. Alasan yang Rin berikan adalah: Agar dia bisa mengawasiku lebih ketat dan bisa segera bertindak secepat mungkin saat keadaanku memburuk.

Aku selalu mengira kalau bocah itu terlalu berlebihan, tapi apapun yang kukatakan, dia tak pernah mendengarnya. Kepalanya terlalu keras.

Aku memandang ke samping.

Saat ini kamar yang kupakai sudah berganti, bahkan pakaianku sudah diganti dengan piyama tidurku.

Tapi satu hal yang tak berganti.

Tangan ini ... saat menggenggamku ia tetap hangat. Seperti biasanya.

Aku tersenyum memandang wajah tidurnya.

"Woi Rin, laper nih, masak dong."

Aku menggeplak kepalanya dan tertawa saat dia bangun dan memelototiku.

°°°°°

Aku merasa lebih sehat hari ini.

Aku bangun lebih pagi dan mulai memasak sarapan. Rin terkejut saat melihatku bangun lebih dulu, terlebih lagi memasak, tapi aku ngotot padanya kalau aku baik-baik saja.

"Masak doang ga bikin aku mau mati kali, Rin."

"Jangan ngomong mati semudah itu," katanya dengan intonasi marah seperti biasa, tapi dia mengangguk pasrah, "iya dah, asal hati-hati."

Aku tertawa melihat muka pasrahnya itu, dan aku melanjutkan acar memasak itu, tapi ... ugh.

"Bisa gak kamu jangan liatin aku gitu? Lama-lama punggungku berlobang nih!"

Dia diam lalu senyum, wah, tumben.

Saat di tengah kegiatan sarapan, aku bertanya apakah dia sibuk atau tidak hari ini.

✓AllxIsagi [oneshot] BLUE LOCK<3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang