CHAP VI

868 108 12
                                    

Siapa bilang dengan rupa tampan, karir mapan bisa dengan mudah tebar pesona unutk mendapatkan gadis pujaan, buktinya itu tidak mudah.

Memang banyak yang terpikat, tapi yang di hati malah pura-pura bego atau memang tidak peka.

Naruto buktinya, kurang apa coba, kaya iya, tampang jangan di ragukan, karir,  beuhh sudah bisa di katakan mapan, keluarga terpandang juga, bisa menghidupi anak gadis orang dan keturunanya dua kali reinkarnasi.

Sudah kode-kode sampai jungkir balikpun Hinata masih tidak tergoda, gadis itu yang tidak peka atau memang tidak ada rasa padanya.

Salah Naruto juga, tidak punya pengalaman lebih dalam mendekati perawan yang jomblo dari Zigot, malangnya juga, dia pria kekurangan belaian, alias juga tidak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun, masa mudanya hanya di habiskan untuk ambisi yang membawa Naruto ke jenjang karirnya saat ini.

Karena kata mama Kushina, kalau sudah kaya dan mapan, wanita manapun pasti akan bertekuk lutut padanya, kecuali Hinata mungkin.

Naksir gadis-gadis sudah jelas pernah, bagaimanapun dia remaja normal dulu, naksir personil girl band yang cantik waktu SMA jangan di ragukan lagi, tapi hanya sebatas itu, sebatas gelora muda atau ikut-ikutan kawan yang lain, tapi sekalinya jatuh hati dan ingin serius malah dapat gadis modelan Hinata, yang kadar kepekaannya di bawah SNI.

Tapi rasa tidak bisa di tawar dan di ganggu gugat bukan ? Jadi saat hatinya menginginkan gadis itu, segala cara akan dia coba, sampai sang dara mau sukarela di pinang nanti olehnya.

Entah apa yang spesial dari gadis itu, Naruto juga tidak tau, apa mungkin caranya tertawa, atau bicara, yang pasti Naruto jatuh cinta.

Kata orang cinta tidak butuh alasan bukan ? Tapi yang bisa Naruto ungkapkan kalau ditanya, apa yang membuat dia suka Hinata, mungkin karena kelembutan dan kebaikan gadis itu, dia juga pekerja keras, semua orang di kantor sudah mengakuinya dan nilai tambahan, Hinata itu cantik sekali, tipe Naruto banget, calon istri idaman pokoknya.

"Masih berjuang bro ?" Naruto tersentak dalam lamunannya saat mendapatkan tepukan pelan di bahu kiri. 

Dengan malas dia menaikan bahu acuh. Barusan yang mengganggu lamunannya adalah Kiba, sobat karibnya dari masa kuliahan, entah kebetulan atau takdir, mereka di pertemukan lagi dalam kantor yang sama walaupun di divisi yang berbeda.

Point buruknya Kiba tau kalau dia menaruh hati dengan Hinata, sang dara jelita yang tidak peka, pria itu selalu mengolok-ngolok betapa menyedihkannya Naruto kalau sudah menyangkut masalah hati.

"Nih, berkas dari Boss, lu di suruh check dulu apa udah benar atau belum nanti soft copynya bisa di email aja katanya"

Naruto menerima berkas dari Kiba ogah-ogahan, ya jelas ogah-ogahan, karyawan mana yang  bakal bahagia menerima pekerjaan tambahan dari atasan.

"Lemes banget kek kurang nyusu lu" 

"Iya nih, belum ada yang bisa nyusuin gue" Kiba terbahak mendengar jawaban dari sobatnya itu, mereka memang sama-sama mesum.

Jangan dikira dengan perawakan bijaksana akan menjamin otak mereka tidak kotor, tapi hanya sebatas itu saja, karena Kiba berani jamin kalau Naruto masihlah pria non-pengalaman, berbeda dengannya karena sudah menikah beberapa tahun yang lalu.

"Hinata masih belum mau sama lu?" Naruto mencebikan bibirnya ke arah Kiba

"Gimana mau mau, doi aja nggak peka kalau gue suka sama dia" Naruto menghela napas lelah, "Susah banget dapatin Hinata bro, lebih susah dari war tiket Coldplay" Lanjut pria itu.

Kiba menggangguk maklum

"Dapatin yang high class sama limited edition emang susah Nar, lu tau sendiri Hinata anak emas." Kiba menarik kursi dan duduk di depan Naruto, sepertinya sesi curhat sobat jonesnya ini akan lama.

Naruto ikut menganggukan kepalanya, "Kalau gue dapet ya, gue nikahin langsung dia, habis itu gue kawinin sampai beranak pinak, sumpah" Naruto terkekeh gila.

Jujur Naruto sudah kebelet kawin, apalagi di circle pertemanannya tidak ada yang jomblo lagi, bisa di bilang tinggal dia sendiri yang masih sendiri, gengsi dong ya.

Dirumah Ayah dan Bundanya juga sudah birisik bak kaleng rombeng, ngoceh terus minta menantu, dikira cari menantu sama mudahnya dengan beli seblak Bandung mamang Rafeal apa ? Tapi syukur sekarang sudah mulai berkurang brisiknya sang Bunda.

Kalau bukan karena melihat bibit bebet bobot calon istri, sudah lama Naruto menikah, tapi ya gimana, jaman sekarang ini cari gadis yang baik lahir batin untuk di ajak berumah tangga susah, sekalinya dapat sesuai kriteria juga buat tambah nelangsa, karena gadis itu Hinata, harus banyak sabar dan tabah, jangan sampai Naruto jadi kriminal penculikan anak gadis orang.

Padahal Naruto sudah sering membayangkan nikah dengan gadis cantik itu, sudah nggak sabar buat kelonan tiap malam, tapi mimpi hanya tinggal mimpi, karena usahanya harus lebih keras lagi.

"Usaha lu harus di tambah lagi Nar, keburu di sikat orang  nanti. Gue denger-denger Toneri anak GA juga ngincer Hinata tuh."

Naruto memutar kepalanya dengan tiba-tiba kearah Kiba, informasi barusan membuat kupingnya panas.

"Yang benar aje lu ? dapat info darimana?" Hidung Naruto sudah kembang kempis, emosinya seketika naik, yang benar saja, dia saja sampai saat ini masih susah mendekati gadis itu, apalagi nanti kalau di tambah satu saingan, hell no.

"Dari anak-anak yang lain sih, tapi keknya si pucet itu emang naksir Hinata sih kalau gue liat-liat" Kiba bagaikan menyiram Pertamax pada kobaran api, kepala Naruto sudah panas rasanya, tidak akan dia biarkan si Toneri anak kemarin sore itu menggaet mangsanya.

Yaa, Hinata itu buruan Naruto, sudah di klik buat calon bini, apapun yang terjadi, sebisa mungkin harus dapat dan di kawini.

"Tapi rasanya jalan lu bakal terjal sih Nar" Kiba kembali buka suara, kali ini Naruto menegakan kepalanya dan menatap sobatnya dengan intens

"Maksud lu gimana ?" kiba menatap Naruto dengan kekehan pelan, Naruto tidak paham maksud dari kiba barusan, terjal apa yang dimaksudkan oleh pria penyuka anjing itu.

Kiba menarik napasnya pelan.

"Lu masih ingat Neji, anak fakultas Hukum nggak, Cowok dingin rival lu dulu pas mencalon jadi ketua BEM?"

Naruto mengangguk pelan, "Ingat dong, nggak mungkin lupa gue ama si cunguk itu, gegara dia gue gagal jadi ketua BEM" Naruto seakan bernostalgia ke jaman masih di kampus dulu, si Neji cowok kulkas yang sok jenius, bukan musuh sebenarnya, tapi mereka dulu pernah perang dingin terkait siapa yang akan jadi ketua BEM pas jaman perkuliahan di UI.

Jujur Naruto masih sedikit kesal, tapi semua sudah berlalu, dan menyimpan dendam masa lalu bukan gaya Naruto sama sekali, tidak tau kalau dengan si Neji itu, apa dia masih menaruh amarah dengan Naruto atau tidak.

Kiba tertawa keras, dan kali ini tawanya terdengar seperti mengasihani dan mencemooh Naruto.

Naruto menatap jengah Kiba yang masih tertawa keras , " Kenapa, lu gila ya ? Apa hubungan Neji sama gue dan Hinata ?" Naruto menaikan alisnya, dia penasaran. 

Kiba menghapus setetes air mata di ujung matanya, " Listen up dude", Naruto mendekatkan kepalanya kearah Kiba yang mulai masuk mode seriusnya, "Hinata adik kandung si Neji." Lanjut Kiba.

"Whaaaaaatttttt?"





TBC

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang