CHAP XXIII

653 62 19
                                    

Hinata berjalan dengan terburu-buru keluar dari ruangannya. Melangkah dengan cepat, sambil tangan masih mengotak atik gawai pintar dengan jemari lentik itu.

Kemeja biru muda dengan bawahan celana putih dan sepatu pantofel senada membuat tampilan gadis itu sangat cantik dan manis di hari Kamis yang bikin meringis, begitu Hinata menyebutnya.

Entah kesialan macam apa, sehingga gadis itu harus menemani sang manager untuk visit keluar kantor hari ini. Hinata tidak keberatan, hanya saja saat ini kerjaan di mejanya masih menumpuk, tapi sekarang harus keluar, yang mana berarti kerjaan di meja harus di pending dulu sampai dia pulang nanti.

"Mau kemana ?" Gadis ayu anak Pak Hiashi itu kaget bukan main, hampir kepalanya menghantam dinding besi itu, kalau tidak ada lengan yang menariknya.

Karena Hinata sedari tadi masih sibuk dengan gawai di tangan,  mengetikan pesan pada Temari managernya yang sudah menunggu di area parkiran kantor.

Hinata tidak sadar kalau dalam lift itu sudah ada orang lain, karena saat dia masuk tadi hanya ada dirinya, tanpa menyadari kalau sudah ada orang lain yang masuk juga.

Mendongakan kepala sekilas, di depannya sudah ada sang manager keuangan, mas tunangan yang entah datang darimana.

"Mas, kok bisa disini ?" Gadis itu keheranan. Tapi matanya masih menatap ke ponsel di tangan, jari-jarinya masih sibuk disana mengetikan pesan.

Naruto yang gemas karena merasa di cuekin, merebut gawai gadis itu pelan dari tangannya, membuat Hinata terkejut dengan tingkah sang pria.

"Sibuk banget sih, sampai mas di cuekin gini" Bukan merajuk, tapi Naruto lebih ke arah cari perhatian saja. Karena jarang-jarang Hinata mengabaikannya seperti ini setelah mereka sudah resmi menjalin hubungan.

Hinata menarik napas dalam, bukan maksudnya mengabaikan Naruto, "Maaf mas, aku lagi ngetik pesan buat mbak Temari di bawah" Hinata mencoba merebut kembali ponsel itu dari tangan Naruto, tapi pria itu malah memasukannya kedalam saku celana.

"Maaaaassss" rengekan manja Hinata sama sekali tidak di gubris pria itu. Naruto malah merogoh sesuatu dalam paper bag coklat yang dia bawa, dan Hinata baru menyadarinya. Pria itu meraih minuman botolan, khas untuk perempuan datang bulan, menyerahkan ke Hinata.

Semalam gadis itu mengadu kalau perutnya sakit tidak nyaman, karena baru kedatangan tamu jauh langganan setiap bulan, jadi Naruto pagi ini berinisiatif membelikan apa yang dibutuhkan Hinata, siapa tau bisa meringankan sedikit sakitnya.

Gadis cantik yang ingin melontarkan kekesalannya akan tingkah Naruto barusan, jadi tidak bisa berkutik. Malahan sekarang Hinata terlihat jadi terenyuh.

"Nih adek minum, mas tanya sama orangnya, katanya ini bagus buat datang bulan. Mas udah beliin yang manis-manis juga, biar moodnya bagus" Hinata tersenyum manis, berterima kasih, dan menerima pemberian pria itu, ah manis sekali pria itu, dapat darimana coba pria seperti Naruto, yang selalu melihat hal-hal kecil yang Hinata anggap cuma hal remeh seperti ini.

"Makasih ya mas, terharu banget loh" Naruto mengacak gemas surai gelap nan halus gadis itu yang sudah menampilkan tampang lucu, seolah begitu terenyuh dengan pemberiannya.

"Iya sama-sama, jangan sakit pokoknya, nanti nggak ada lagi yang bisa mas ganggu malem-malem" Hinata memukul pelan bahu Naruito, seraya mengulurkan tangannya, meminta kembali ponsel yang di sita pria itu barusan.

Naruto meraih ponsel itu dan memberikan pada Hinata kembali. "Mau kemana emangnya sama Temari ?" Ini masih jam 10 pagi, dan Naruto melihat gadis itu terburu-buru dari tadi,  maka dari itu Naruto segera menyusul kesini.

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang