CHAP XV

856 104 39
                                    

"Maafin ya Hin, kalau kamu terpaksa keluar sama saya hari ini" Naruto sebenarnya tau dan peka juga, kalau Hinata pasti keberatan untuk keluar hari ini dengannya.

Hinata menggeleng pelan, "Eh, nggak kok mas, saya senang ada yang ajakin main di hari libur, serius."

"Seriusan nih ? Nggak sedih ninggalin drakornya ? Naruto terkekeh menggoda gadis itu

"Jangan dengerin bunda mas, suka gitu orangnya" Hinata meringis pelan, bunda emang bener-bener ya, tidak bisa di ajak kerja sama, image Hinata jadi jatuh di depan pria tampan.

"Syukurlah kalau begitu, kita mampir bentar ke rumah saya ya Hin, mau ganti baju dulu" Pria itu kembali memfokuskan pandangannya ke jalanan, berkendara dengan Hinata di sampingnya selalu membuat Naruto berdebar-debar.

"Emang kenapa bajunya mas, udah rapi dan cakep kok" Heran, sudah setampan itu, Naruto masih mau ganti baju. Mau jadi setampan apa lagi ini pria, itu pikir Hinata

Naruto tersenyum manis, apa barusan Hinata memujinya, haduh bisa kembang kempis hidunganya nanti, stay cool Nar.

"Jadi saya cakep Hin ?"

"Iya, ehh" Hinata yang baru sadar dengan ucapannya mengalihkan pandangan ke luar jendela, apa-apaan yang barusan.

Pria itu mengusap puncak kepala Hinata yang malu-malu "Makasih ya sudah di bilang cakep, walaupun saya bukan pantun" kekeh pria itu kembali dan Hinata hanya bisa menampilkan wajah cemberutnya.

**********************

Naruto dan Hinata melangkah di perkarangan rumah mewah pria itu menuju pintu utama, setelah gadis itu di paksa untuk turun dari mobil, padahal Hinata sudah menolak dengan berbagai cara, tapi pria itu tetap keras kepala.

Dia kan tidak enak main kerumah pria itu tanpa membawa apapun, lagian tidak ada rencana juga sama sekali. "Mas saya ke mobil lagi aja ya, tunggu di dalam mobil aja" Naruto menggeleng, jarang-jarang dia bisa membawa Hinata dan punya kesempatan seperti ini, jadi harus di manfaatkan untuk mengenalkan Hinata ke bunda dan ayahnya, biar nggak di kirain halu lagi.

"Nggak Hin, bentar doang kok, lagian nggak baik di mobil, nanti bisa pingsan" Hinata terperangah mendengar jawaban pria itu yang sedikit tidak nyambung.

"Di dalam juga ada bunda sama ayah saya, mereka nggak gigit kok Hin" Pria itu masih bisa bercanda, di saat Hinata sudah meradang nelangsa, itu yang lebih buat Hinata risau kalau Naruto ingin tau, dia harus bertemu dengan orang tua pria itu tanpa buah tangan apapun, sangat tidak sopan dan sangat bukan Hinata sekali.

"Justru itu mas, saya nggak enak bertamu tanpa bawa apapun" Akhirnya Hinata mengutarakan alasannya yang sebenarnya.

Naruto kembali terkekeh, gadis ini memang lain, sopan santun Hinata di atas rata-rata "Nggak usah Hin, bunda sama ayah nggak butuh itu kok, kasih cucu aja kalau kamu maksa"

Dengan gemas Hinata memukul pelan bahu pria itu, "Mas Naruto mau saya jambak ya ?"

"Mau banget, jambak saya Hin" Sudah hilang kesabaran Hinata sebenarnya, tapi masih dia coba tahan, demi asas bawahan dan atasan. Hinata pikir, Naruto orang yang kalem dan beribawa, ternyata aslinya somplak dan bikin degdegan.

"Sudah lah nggak usah di pikirin Hin, mari masuk" Tanpa aba-aba pria itu menggandeng lengan Hinata, membawa gadis itu masuk ke rumahnya.

Canggung tentu saja, karena seumur-umur Hinata belum pernah ke rumah lawan jenis, apalagi ini atasannya di kantor, mau kabur, tapi ngak enak, mau pura-pura pingsan takut nanti  malah di kasih napas buatan sama Naruto, kan mau.

"Assalamualaikum" Naruto mengucapkan salam, Hinata juga ikutan, karena salam salah satu point penting bertamu kerumah orang bukan ?

"Waalaikumsalam" Dari tangga lantai dua, Hinata bisa lihat wanita paruh baya turun, sangat cantik dan anggun, khas orang berada tentu saja, dengan blouse rumahan yang nyaman, bisa di tebak itu pasti Ibunya Naruto.

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang