CHAP XXI

795 84 15
                                    

"Hati-hati ya kalian. Nak Naruto jangan ngebut bawa mobilnya. Kalau nggak bisa pulang malam, pagi saja, takut kenapa-kenapa nanti di jalan" Bunda memperingati, sedangkan ayah masih di dalam, duduk di ruang tamu, tidak mengantarkan Hinata dan Naruto keluar.

Kedua anak muda itu mengangguk, melambaikan tangan ke bunda sebentar dan masuk dalam mobil. Hari ini Naruto minta izin pada ayah dan bunda Hinata untuk membawa gadis itu pergi, dia menjemput Hinata jam satu siang, dua jam maju dari janji awal, katanya mungkin bisa pulang malam nanti.

Walaupun Hinata tidak tau dia mau di bawa kemana, tapi Naruto sudah beritahukan pada ayah dan bunda sebelumnya. Jadi pria itu tentu mendapatkan izin dari calon mertua.

"Tadi bisik-bisik apa sih sama ayah, ayah juga bisik-bisik ke bunda udah kek kuis cerdas  cermat aja, kan jadi kepo" Masih penasaran Hinata, soalnya tadi pas Naruto minta ijin ke ayahnya, pria itu malah main bisik-bisikan dengan orang tuanya.

Naruto terkekeh, "Rahasia pokoknya, anak kecil nggak boleh tau"

"Enak aja anak kecil, aku udah 27  bentar lagi 28 kalau mas lupa, udah bisa bikin anak kecil juga" Gerutu gadis itu, makin membuat Naruto terkekeh gemas.

"Buatnya ntar sama mas ya, kita buat yang banyak anak kecilnya" Melenceng dari topik, Naruto malah menggoda, tapi dia sedikit terkejut mendapatkan respon anggukan dari gadis itu.

"Serius nih, mau berapa ? sebelas mau ?" Wah, tentu Naruto tidak akan menolak untuk membuat tim kesebelasan dengan anggota keluarganya sendiri. Tapi setelah itu malah cubitan pelan yang dia terima di perutnya dari Hinata.

"Enak aja sebelas, emang aku kucing apa. Ntar aku melar, mas ngak cinta lagi" Ya kali sebelas, enak di Naruto, nggak enak di Hinata. Tapi ucapan gadis itu bukannya di jawab dengan kekehan lagi, malahan pria itu terlihat berpikir. Hinata jadi berpikir juga, apa Naruto serius mau punya sebelas ?

"Melar sih gapapa buat mas, cinta mas nggak secetek itu buat kamu Hin. Tapi nanti takutnya kamu kesusahan dan sakit kalau banyak-banyak. Yaudah empat aja gimana?" Meleyot ngak tuh Hinata, ternyata Naruto lagi mikirin gimana nanti istrinya kalau banyak anak.

Hinata menatap pria itu dengan senyum tipis, yang di tatap masih fokus ke jalanan di depan. "Tapi sekasih Allah aja deh kalau nggak" Lanjut Naruto lagi. Kali ini dia menatap Hinata saat mengatakannya. Gadis itu mengangguk dengan masih mengulum senyuman manis.

Setelah itu obrolan-obrolan random mereka mengalir. Naruto sangat suka berkendara dengan gadis itu, karena tidak pernah mereka kehabisan pembahasan. Saat Naruto bercerita, Hinata akan mendengarkan dengan baik, begitupun sebaliknya.

Mereka seperti saling melengkapi, gadis itu tidak pernah marah ataupun merajuk selama mereka menjalin hubungan, banyaknya Naruto yang sering merajuk dan harus dituruti keinginan. Tapi syukur gadis itu tidak marah atau bosan.

Makin hari Naruto makin jatuh hati saja rasanya dengan Hinata. Karena makin mengenal, Naruto makin terpesona dengan cara gadis itu menyikapi hal-hal dan banyak point yang buat nilai gadis itu makin tinggi di matanya. Hinata tidak hanya baik dan cantik seperti selama ini Naruto kenal, dia lebih dari itu.

****************

Setelah beberapa jam berkendara, Hinata sepertinya baru paham kemana pria itu akan membawanya "Kita mau ke Bandung mas ?" Naruto mengangguk, akhirnya gadis itu sadar juga.

"Ngapain?" Bukan sekali dua kali Hinata ke kota bunga itu, dan seringnya sama teman-teman atau sama Hanabi kalau sudah mulai muak dengan Jakarta.

Ya, untuk sekedar melepaskan penat di ibu kota, Bandung memang selalu jadi tujuan orang Jakarta, sekedar jalan-jalan atau jalan jajan. Apalagi kota kembang itu terkenal dengan street foodnya yang beeuuh, enak pisan.

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang