CHAP XVII

755 100 22
                                    

"Pokoknya abang nggak suka ya kamu dekat-dekat sama tu laki Hin, kalian harus putus. Dia nggak baik buat kamu, abang tau pasti laki macam dia gimana"

Hinata memutar bola matanya bosan, sambil tetap mengunyah nasi goreng kambing yang di bawakan oleh Neji beberapa jam yang lalu.

Entah kenapa, sejak abangnya bertemu Naruto, tepatnya beberapa minggu yang lalu, abangnya itu jadi sering pulang kerumah hanya sekedar untuk memperintahkan Hinata memutuskan hubungan dengan Naruto.

Neji jadi overprotektif dan menyebalkan, kembali seperti jaman Hinata waktu masih sekolah dulu, siapapun lelaki yang dekat dengan Hinata, harus sesuai kriteria abangnya. Kalau tidak sesuai, ya byeee.

Dari malam itu, sampai hari ini Neji masih saja uring-uringan seperti suami yang belum di kasih jatah oleh istrinya.

"Abang kenapa sih, belum di kasih jatah sama kak Ten ya ? Yang sabar makanya, orang juga baru lahiran"

Ucap Hinata coba mencairkan suasana, lagian apa-apaan coba, dia yang ada hubungan dengan Naruto, kenapa harus abangnya yang kebakaran jenggot, ditanya alasannya kenapa, Neji juga tidak mau buka suara, yang penting katanya Hinata harus putus dengan Naruto segera, karena pria itu tidak baik, tidak pantas buat adiknya. Aneh banget coba.

Memang tau darimana coba kalau Naruto tidak baik, emang Neji dukun ? Dukun cabul kali iya.

"Kamu kanapa sih Ji, emang kenapa dengan nak Naruto ? Bunda liat anaknya baik, sopan lagi. " Kali ini bunda yang buka suara, di meja makan itu memang sedang ada bunda, ayah, Neji dan Hinata. Sedangkan adik bungsunya entah kemana.

Bunda keheranan dengan tingkah Neji, seenaknya menilai orang lain. Bunda tentu tidak setuju dengan putra sulungnya itu, jangan sampai gara-gara ini Hinata makin jauh dari jodohnya. Nggak rela bunda, anaknya jadi perawan tua, apa kata dunia dan tetangga nanti.

No no no pokoknya ( Kalau kata cipung mah )

"Pokoknya Hinata jangan sampai sama dia yah, bun, jangan pokoknya" Neji masih bertahan dengan pendiriannya.

"Iya, tapi memang kenapa, kamu ada masalah ya sama nak Naruto ? Ayah suka sama kepribadian anaknya, sopan, keliatan sholeh juga, yang penting bisa mimbimbing Hinata.
Naruto sepertinya juga dari keluarga yang baik-baik" Hiashi kali ini buka suara. Penilaian Neji dirasa tidak masuk akal soalnya.

Neji mengeram, memaki dalam hati, bajingan Naruto. Apa yang sudah cunguk itu lakukan sehingga kedua orang tuanya pun tidak bisa di ganggu gugat seperti ini.

Terlihat sekali kalau bunda dan ayah sudah memberikan restu. Harus bagaimana ya supaya Hinata mengakhiri hubungan dengan si kutu kupret itu.

Neji tidak sudi punya adik ipar Naruto pokoknya.

"Pokoknya Neji nggak setuju Hinata sama dia." Menyesap kopinya di meja, sambil melayangkan pandangan ke arah Hinata, adiknya yang paling penurut itu biasanya akan paham keinginan abangnya. Selama ini Hinata selalu mendengarkan apapun kata Neji.

Tapi kali ini Hinata hanya menatapnya dengan pandangan tidak setuju, enak saja mau mengakhiri, resminya juga baru tiga minggu yang lalu, masih anget-angetnya bagaikan bala-bala bu kantin yang baru di angkat dari wajan.

Hinata bukan mau jadi pembangkang, tapi Neji memberikan alasan yang mengambang, makanya gadis itu tidak mau menurut kata sang abang.

Jika Neji mau bersuara yang jelas, alasan apapun pasti Hinata pertimbangkan. Jika misalnya Naruto belok, suka main perempuan, punggungnya panuan atau matanya ada tiga, kan Hinata juga bisa berpikir dua kali dan perintah abangnya jadi masuk akal.

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang