"Mas bangunnnn..."
Hinata berucap pelan saraya mengelus punggung suaminya yang masih terlelap di atas ranjang.
Ini sudah ke sepuluh kalinya Hinata membangunkan suaminya yang tidur sudah seperti orang mati, apa nggak dengar atau emang pura-pura.
Menikah membuat Hinata sadar kalau suaminya ternyata lebih banyak nyebelinnya dari waktu sebelum nikah dulu. Tapi banyak cintanya juga sih.
Wanita itu naik ke atas ranjang besar mereka, duduk di sebelah suaminya yang tidur telungkup tidak bergerak sama sekali.
"Mas nggak mau sahur, udah mau jam empat loh, bentar lagi imsak. Adek udah masak enak padahal"
Hinata kembali berbisik di telinga suaminya, biasanya Naruto akan mempan dengan kalimat sedih seperti itu.
Benar saja, tidak perlu menunggu beberapa detik pria itu membalikan tubuhnya jadi telentang di ranjang dan menggeliat, tapi setelah itu Hinata menjerit tertahan, karena suaminya dengan mendadak meraih tubuhnya untuk di peluk.
"Masssss...lepasin"
Hinata memukul-mukul dada suaminya itu pelan, minta di lepaskan, bisa bahaya kalau sampai nyaman.
"Bentar aja sayang, sebelum imsak ini, kalau udah imsak kan nggak bisa lagi sentuh-sentuh kamu, takut mas Khilaf"
Pria itu berucap pelan, lebih terdengar seperti bisikan. Hinata menarik napas dalam.
Kebiasaan suaminya memang, sedikit-sedikit peluk, sedikit-sedikit kecup, kadang tidak tau situasi dan tempat. Naruto memang se-random itu.
Maklum masih baru hitungan bulan menikah, masih aura pengantin baru gitu.
"Tapi kapan sahurnya kalau pelukan dulu, nanti keburu adzan shubuh mas" Hinata mencoba bangkit, tapi lengan suaminya seakan mencekal kepalannya erat-erat.
"dua menit, habis ini mas lepas"
"Janji dua menit??"
Naruto mengangguk, walaupun dua menit tidak akan cukup, tapi gapapa, dari pada Hinata nanti mengamuk.
********
"Sudah dua menit, ayok bangun"
Hinata menagih janji suaminya, melihat pria itu kembali memejamkan mata, jangan sampai dia tidur kembali.
Mau tidak mau Naruto bangkit, pria sejati harus memegang kata-katanya bukan, walaupun tadi sudah nyaman pelukan dengan sang istri.
Hinata juga ikut bangkit dan turun dari ranjang.
"Cuci muka dulu sana, tapi jangan main air. Mas kebiasaan kalau ditoilet pasti bakal lama."
Pria itu hanya mengangguk patuh, jujur kalau dengan Hinata apapun tidak boleh di bantah.
Naruto baru tau, ternyata istrinya lumayan dominan untuk hal-hal rumah tangga, tapi kalau urusan yang lain, tentu Naruto pemegang tahta tertinggi dirumah ini.
Saat sudah memastikan suaminya masuk ke kamar mandi, Hinata kembali ke ruang makan.
Puasa sudah jalan beberapa hari, dan pertama kali puasa jadi seorang istri ternyata sangat menyenangkan bagi Hinata, bisa berbuka dan sahur dengan teman seumur hidup ternyata begini rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk Hin ?!
Fanfiction"Kalau saya lamar, kamu mau nggak ?" "Hahah jangan becanda mas, nggak lucu" "Nikah yuk Hin?! "ehhh...???" Cover : Canva Naruhina Fanfiction