"Kenapa sih kusut banget, ada kasus baru lagi?"
Wanita itu menaruh sarapan di hadapan suaminya. Melihat raut kusut suaminya tentu Tenten jadi keheranan, walaupun berkerja sebagai Jaksa senior di Kejagung, Neji tidak biasanya kusut lusuh dan misuh-misuh di hari Jumat pagi.
Dia kenal baik suaminya ini, karena Neji biasanya lebih mencintai pekerjaannya dari pada istri sendiri, mau marah juga tidak bisa, jadi wanita itu mengalah saja, lagian Neji kerja juga buat keluarga bukan istri kedua.
"Yang, kamu masih ingat nggak sama Naruto, anak FK Ekonomi dulu ?" Tenten mengangguk, karena mereka sudah pacaran lama, dan wanita itu juga satu kampus dengan suaminya dahulu, tentu saja dia ingat siapa saja teman atau musuh suaminya, karena Neji memang sering cerita apapun keluh kesahnya.
"Gimana ya kabar itu anak sekarang ?" Tentan bertanya sambil menerawang masa lalu, masih ingat jelas di benaknya kalau dulu Neji pernah datang-datang ke kos-kosannya dengan tampang ditekuk dan memar sedikit di pipi, katanya habis baku hantam dengan salah seorang anak Ekonomi, Naruto namanya. Waktu itu Tenten malah memarahi Neji habis-habisan, karena sudah tua masih kayak bocah, pakai acara berantem segala.
"Masa dia pacaran sama Hinata, adik aku, mau nikahin Hinata segala lagi katanya" Tenten tentu cengo, masa iya bisa gitu.
"Hah, seriusan yang ? kamu nggak bercanda kan?" Tanyanya pada Neji
"Kamu liat ngak tampang aku, ada keliatan becandanya?" Neji menunjuk wajahnya sendiri, mendekatkan ke arah Tenten. Wanita itu tidak tahan lagi, istrinya menyemburkan tawa dengan terbahak-bahak, bagi Tenten ini sangat di luar nalar, ternyata dunia memang sekecil daun kelor.
"Kesel banget coba, dia anterin Hinata pulang, dengan tampang belagunya. Pengen aku tumbuk rasanya" Adu Neji pada istrinya, tapi Tenten masih tidak bisa menghentikan tawanya.
Karena perutnya yang sudah mulai kram, Tenten mencoba menghentikan tawa, mengalikan fokus sepenuhnya pada Suaminya itu, "Tapi kenapa bisa ya, Hinata kan selama ini nggak pernah pacaran dan itu gegara kamu" Tenten yang paling tau gimana protektifnya Neji pada dua adik perempuannya, apalagi pada Hinata yang memang anaknya manutan, beda dengan Hanabi yang lumayan pembangkang.
"Nggak tau, si cunguk itu bilang mereka sekantor, tapi kenapa harus dia yang deketin Hinata. Bunda bilang dia juga atasan Hinata di kantor. Tapi aku tetap nggak terima pokoknya" Masih dengan misuh-misuhnya. Neji memakan sarapannya dengan tampang kesel bukan main. Tenten mengelus lengan suaminya, coba menenangkan pria itu.
"Wah, sudah sukses ya dia sekarang, pas lah itu sama Hinata, adik kita kan cantik, body bagus, sudah pantas kalau dapetnya yang jabatan tinggi juga" Tenten berucap kagum, Neji memandang istrinya kesal
"Lagian apa salahnya sih, Naruto anak yang baik menurut aku, sopan juga waktu di kampus dulu, yang cari gara-gara kan kamu duluan , keluarganya juga jelas bibit bebet bobotnya kamu aja yang sensi terus dari dulu sama dia. Padahal itu anak dulu juga udah minta maaf sama kamu loh"
Neji menatap istrinya dengan tampang tidak percaya, bisa-bisanya Tenten malah membela Naruto bukan dia. "Yang, kamu udah ngak cinta lagi ya sama aku?" Tanyanya dengan tampang sedih yang di buat-buat.
Tenten memutar bola matanya lelah, mulai lagi kelakuan random bapak anak satu ini, "Kalau nggak cinta, mana mungkin aku mau beranak pinak sama kamu yang" Tenten mencubit lengan suaminya gemas.
"Terus kenapa kamu lebih belain dia daripada aku, suami kamu sendiri ?" Masih tidak terima ternyata Neji
"Bukan gitu yang, tapi apa kamu nggak kasihan sama Hinata, dia sudah cukup umur loh buat nikah, masa harus terhalang oleh dendam masa lalu abangnya, lagian kamu nggak pemaaf banget sih jadi orang, bukan umat Nabi" Neji tidak membalas lagi ucapan istrinya, memakan sarapannya dengan segera, dan mengabaikan Tenten.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Yuk Hin ?!
Fanfiction"Kalau saya lamar, kamu mau nggak ?" "Hahah jangan becanda mas, nggak lucu" "Nikah yuk Hin?! "ehhh...???" Cover : Canva Naruhina Fanfiction