CHAP XXV

592 66 22
                                    

"Adek suka yang mana ?" Hinata masih melihat-lihat ke dalam etalase di depannya, pulahan cincin cantik dan tentu mahal terpajang disana.

Hari ini dia dan Naruto akan membeli cincin untuk pertunangan mereka di Jogja nanti, salah satu toko perhiasan mahal di Grand Indonesia jadi pilihan mereka, sesuai recomendasi dari teman Hinata juga.

"Mas apa kita nggak cari tempat lain aja ?" Hinata berbisik ke telinga Naruto.

"Kenapa emangnya, kamu nggak suka model cincin disini ya, apa cari yang lain ?" Pria itu ikut berbisik.

Naruto tentu bingung, padahal kalau menurutnya disini bentuk cincinnya semua bagus-bagus. Tapi mungkin Hinata kurang suka, perempuan pasti punya tipe sendiri, dia bisa mengerti kalau begitu.

Hinata menggeleng, dan mengerucutkan bibirnya "Suka, tapi harganya bisa buat cicilan rumah mas, mahal banget, aku mau nangis" Ini gila, masa buat cincin doang, harganya bisa buat beli satu rumah di Bekasi.

Naruto terkekeh, mengelus puncak kepala gadis itu, kenapa Hinata manis banget kalau lagi pasang tampang begitu. Ini masih di luar Hinata, jangan bikin imannya makin menipis, pikir pria itu dalam hati.

"Mas sudah pernah bilang kan, nggak perlu masalahin untuk urusan itu, adek suka tinggal ambil, mas yang bakal kasih semuanya"

"T-tapi kan mas-,

"Nggak ada tapi-tapi. Mas nggak mau di bantah ya Hinata. Jadi mau yang mana?" Hinata menatap pria itu dalam, kalau Naruto sudah serius begini, harus manut tidak bisa di ganggu gugat, bisa panjang urusannya nanti kalau ngak nurut.

"Yaudah, adek mau yang ini, gimana mas suka nggak ?" Hinata menujuk sepasang cincin yang sederhana tapi sangat elegan dengan pertama kecil yang indah di tengah cincin untuk perempuannya, sedangkan untuk prianya hanya polos, tapi tetap terkesan mahal dan elegan.

"Wah, pilihan tepat mbak dan mas, ini product limited edition dari kita, hanya ada sepuluh pasang di Indonesia" Pramuniaga toko itu tersenyum ramah ke arah Hinata.

"Yaudah mbak, kita ambil ini ya" Ucap Naruto, dia juga suka dengan cincin itu, sangat cantik, sederhana tapi elagan disaat bersamaan, cocok sekali dengan Hinata, calon istrinya itu.

Wanita Pramuniaga itu mengangguk singkat, meraih cincin di etelase untuk di packing di dalam kontak, "Mari mas dan mbak sebelah sini" dan menuntun Hinata dan Naruto kebagian pembayaran.

*******************

"Gyu-Kaku yuk dek, mas lagi pengen makan yang BBQ-an gitu." Hinata mengangguk, dia juga lapar, seharian keliling cari barang yang mereka butuhkan untuk pertunangan.

Saat ini sudah menunjukan pukul tiga sore, dan mereka tanpa sadar sudah melewatkan makan siang karena sibuk berkeliling.

Mereka berjalan berdua dengan Hinata merangkul lengan kiri pria itu, di salah satu Mall besar Jakarta , tanpa menyadari kalau mungkin saja nanti ada rekan kantor yang melihat.

Kalau Naruto sudah jelas tidak akan keberatan, malahan dia ingin kalau hubungan ini segera di ketahui orang, tapi lain halnya dengan Hinata.

"Hinata?" Hinata dan Naruto menghentikan langkah mereka, terkejut karena suara orang yang memanggil dari belakang.

Dengan gerakan pelan Hinata memutar tubunya untuk melihat siapa yang di belakang itu, dari suaranya sih itu perempuan.

"Benar kamu Hin, mbak nggak salah liat" Ternyata orang itu Temari, manager di kantor mereka juga. Hinata dengan reflek melepaskan rangkulan tangannya di lengan Naruto dan menjauh satu langkah dari pria itu.

"Eh mbak Tem, lagi hangout sekeluarga ya ?" Hinata melihat kalau Temari saat ini lagi dengan anak dan suaminya. Hinata tersenyum sekilas ke arah balita lucu di gendongan suami Temari.

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang