CHAP XIII

757 98 14
                                    

Seperti apa yang di ucapkan oleh Naruto pada Hinata sebelumnya, kalau dia tidak akan menyerah, itu terbukti bukan hanya bualan semata.

Hari-hari damai Hinata hilang, berganti dengan ketidak nyamanan, bukan dalam artian negatif, tapi bukan juga dalam hal positif.

Gadis itu tidak tau ada apa dengan dirinya sendiri. Tiap kali berpapasan atau bertemu dengan Naruto, rasanya jantung Hinata berdendang bagai gendang dangdutan yang sering di putar oleh Ayahnya dirumah, dagdigdug serseran, begitulah kira-kira.

Seperti saat ini contohnya, lagi-lagi pria itu menawarkan atau bisa di bilang sedikit memaksa untuk mengantarkan Hinata pulang, dan lagi-lagi gadis perawan anak Hiashi itu tidak bisa menolak.

Kali ini bukan segan karena Naruto atasanya, tapi ada satu dua alasan yang Hinata sendiri tidak bisa jelaskan, yang pasti dia merasa rugi jika menolak tawaran pria itu.

Hinata duduk dengan tenang di samping Naruto, mungkin dari ruat mukanya tenang, tapi jangan di tanya jantungnya aman atau tidak.

"Hin, mau temenin saya ke toko bunga bentar nggak ?" Naruto sedari tadi ingin menanyakan ini, tapi dia takut Hinata tidak nyaman. Tapi kalau tidak dicoba, dia tidak akan tau bukan reaksi Hinata gimana ?

"Emm" Hinata mengalihkan pandangannya ke arah Naruto, menganguk mengiyakan. Rasanya tidak ada salahnya menghabiskan waktu lebih lama dengan pria itu. Naruto menarik ketas bibirnya, tersenyum manis berterima kasih karena tawarannya diterima.

Tapi ada yang aneh dengan gadis itu hari ini, dia banyak diam dan Naruto merasa ada yang janggal, apa Hinata muak dengannya atau gadis itu sedang sakit ?

"Kamu sakit Hin ? Kalau sakit nggak usah ke toko bunga gapapa, saya antar pulang langsung ya ?" Naruto tidak ingin memaksa, kalau memang gadis itu tidak nyaman denganya.

Naruto sadar kalau beberapa hari ini dia mungkin telah memaksakan kehendaknya pada gadis itu, sehingga mungkin Hinata mulai tidak nyaman dan kesal, sepertinya begitu.

Hinata memutar badannya ke arah Naruto, menggeleng cepat, dia tidak sakit, tapi gugup lebih tepatnya, "Eh, nggak kok mas, saya ok. Ayuk ke toko bunga. Mau cari bunga buat gebetan ya?" Hinata mencoba bercanda untuk mencairkan suasana dan gugupnya, walaupun kalimat terakhirnya malah membuat hatinya jadi resah.

"Gebetan saya kan kamu " Jawab Naruto cuek, Pria itu terkekeh pelan, menatap Hinata sekilas. Sedangkan Hinata mulai memerah, sepertinya dia salah bicara barusan.

Berdehem pelan, gadis itu mencoba membuat dirinya jadi nyaman, kemana Hinata yang cuek dulu, kenapa dia jadi salah tingkah begini dekat dengan Naruto.

"Jadi mau cari bunga buat apa, mas nggak mau ngelayat kan ya ?" Naruto terkekeh kembali mendengar ucapan gadis itu, mungkin Hinata tidak sadar, tapi bagi Naruto, kata-kata yang sering keluar dari mulut mungil ciumable gadis itu sangat lucu di telinganya. Entah itu memang lucu, atau dia hanya sedang sangat jatuh cinta saja. Orang bilang kalau lagi jatuh cinta, tai kambing pun berasa coklat bukan ?

"Nggak dong Hin" Pria itu menepuk pelan puncak kepala Hinata, "Buat Bunda di rumah, beliau ulang tahun hari ini soalnya" Lanjut Naruto seraya menjauhkan tangan dari kepala gadis itu, ngak kuat lama-lama, takut khilaf dan dia keenakan nanti.

"Wah seriusan mas, kalau begitu selamat ulang tahun buat Bunda mas Naruto ya, semoga panjang umur sehat selalu, bahagia dunia akhirat, Aamiin" Hinata menautkan kedua tangannya, memberikan selamat dan doa dengan raut bahagia, dia tersenyum manis ke arah Naruto.

Pria itu terpana untuk beberapa saat melihat raut bahagia gadis itu yang jarang di tunjukan di hadapan Naruto. Inginnya menatap lama, tapi karena masih sadar dia lagi menyetir, tidak mungkin melakukan itu, bisa-bisa mereka masuk rumah sakit barbarengan nanti, atau lebih parahnya di makamkan bersamaan, kalau naik pelaminan bersama, Naruto jelas mau.

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang