CHAP XI

754 93 11
                                    


Selang beberapa hari setelah ucapan atau lamaran spontan Naruto pagi itu dalam mobil, hubungan mereka jadi menjauh kembali, bahkan rencana untuk jalan berdua sore itu gagal total, dikarenakan Hinata yang diam seribu bahasa, langsung turun dari mobilnya tanpa sepatah katapun, gadis itu tidak menjawab pesan dan panggilan Naruto, bahkan dia  tidak mengaktifkan ponselnya.

Naruto merutuki kebodohannya, kenapa dia harus terburu-buru seperti kucing kebelet kawin, jelas saja Hinata jadi takut padanya.

Hinata bahkan tiba-tiba minta cuti pada atasannya, dan Naruto dengar gadis itu cuti satu minggu pula. Apa dia samperin saja ke rumah Hinata ya ? Tapi kalau nanti gadis itu makin hilang rasa bagaimana ? Arrrggghhh, rasanya pria itu ingin membenturkan kepalanya ke layar laptop di depan wajahnya.

"Ino keruangan saya sebentar " Naruto menghubungi Ino, wanita itu sahabat Hinata kan, dia pasti tau keberadaan gadis itu saat ini.

Berselang kurang dari satu menit, Ino masuk keruangan Naruto, dia sudah tau pasti apa yang akan di katakan pria itu, pastinya bukan tentang pekerjaan, jadi Ino masuk dengan tenang setelah di persilahkan.

"Ada apa pak ?" Ino masih berdiri di depan meja Naruto, pria itu menyuruhnya menunggu sebentar.

"duduk Ino" Wanita itu duduk setelah di persilahkan. "Kamu tau kemana Hinata No?" Lanjut Naruto, dia tidak akan berbasa-basi di depan sahabat Hinata ini, karena Ino pasti sudah tau kalau dia menaruh Hati pada Hinata.

Ino tersenyum maklum , "Hinata takut sama pak Naruto katanya" Ucap Ino to the point, dia tidak akan berbelit-belit, dua manusia dewasa ini seperti bocah SMP yang jatuh cinta, jadi Ino akan coba membantu sedikit.

Naruto seketika langsung berdiri dari kursinya, dia panik dan mondar mandir di hadapan Ino, apa Hinata takut dengannya ? Tamat sudah riwayat Naruto, gimana mau kawin, kalau calon pengantin perempuannya takut dengan calon pengantin laki-laki.

"Dia bilang apa saja Ino ? Saya tidak bisa menghubungi no ponselnya, tidak aktif, dimana dia sekarang ?" Pria itu memborong pertanyaan kepada Ino, wanita itu hampir saja tertawa keras jika tidak menyadari kalau di hadapannya saat ini adalah atasannya sendiri.

Pria itu saat ini terlihat panik, dan ingin rasanya Ino merekam kelakuan Naruto dan menyebar luaskan ke group kantor mereka. Tapi sudah jelas itu semua hanya angan Ino saja.

"Hinata ada di rumah kok pak, katanya lagi males ke kantor saja, mau tenangin diri habis di lamar mendadak oleh seseorang" Ucap Ino sarkas, dia menyindir kelakuan Naruto yang sempat di ceritakan oleh Hinata semalam.

Naruto kembali duduk di kursinya, memandang Ino dengan perasaan sedikit malu, "Kamu pasti tau kalau itu saya, iya kan ?" Ino mengangguk, Naruto bukan orang bodoh, dia pasti paham langsung perkataan Ino itu menjurus padanya.

"Haduh, saya kemarin itu spontan, nggak nyangka kalau Hinata bakal menjauh gini." Pria itu mengeluh di depan bawahanya, Naruto menjambak rambutnya yang hari ini memang terlihat berantakan, bukan hanya rambut saja, penampilan juga. Gimana tidak berantakan, dia sudah kalut beberapa hari ini karena Hinata menghilang dari peredaran.

"Hinata memang gitu pak, dia belum pernah pacaran seumur hidup, jomblo akut, jadi pas di lamar mendadak begitu, jelas dia kaget bukan main. Pak Naruto sih, mainnya terlalu sat set sat set" Ucap Ino coba menjelaskan, wanita itu terkekeh kecil saat membayangkan bagaimana paniknya Hinata saat menceritakan kronologinya.

"Terus saya harus gimana No, Hinata terlalu berharga buat nggak di halalin segera, takut di gondol orang lain." Naruto coba menjelaskan, kenapa dia berbuat gegabah seperti itu.

'Ikan kali di gondol' ucap Ino dalam hati

"Kalau sama Hinata mainnya harus halus dan perlahan pak, dia kalau sudah nyaman sama orang lain, nanti juga bakal mau sendiri"

Nikah Yuk Hin ?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang