CH 48

256 31 3
                                    

Shizu, Veldora, Akamaru dan yang lainnya bergegas pergi ke arah alun-alun kota, dalam perjalanan itu mereka dapat dengan jelas melihat beberapa bangunan yang napak hancur.

Api menyala dimana-mana menciptakan kepulan asap yang cukup tebal, bau darah semakin pekat dan ketika sampai di lokasi, terlihat bagaimana raut wajah mereka yang amat sangat terkejut.

Pemandangan yang bahkan tak dapat mereka bayangkan, sesuatu yang tak pernah mereka sangka akan terjadi di kota mereka sendiri.

" A-a..apa yang terjadi?! ". Ujar mereka dengan serempak.

Rigurd yang melihat kedatangan Shizu dan Veldora segera menghampiri mereka dengan raut wajah yang sulit untuk di artikan.

" Shizu-sama, Veldora-sama! ".

" Rigurd, apa yang terjadi, kenapa semuanya bisa seperti ini?! ". Tanya Shizu padanya dengan ekspresi yang masih dalam ketidak percayaan melihat semua yang terjadi di depan matanya.

Rigurd pun menceritakan semua kronologi awal yang terjadi pada kota, tak hanya Rigurd, bahkan beberapa saksi pun mulai menjelaskan semua yang mereka tahu pada sang ratu dan dewa pelindung mereka Veldora.

Mendengar apa yang mereka katakan, Shizu menampilkan wajah tak percaya dengan apa yang dia dengar. Sedangkan Veldora, terlihat saat ini dimana wajahnya mengeras akan kemarahan, perlahan auranya keluar hingga memberikan tekanan pada siapapun yang ada disana.

Shizu yang merasakan tekanan dari Veldora mencoba menenangkannya.

" V-veldora-san. Cukup, tahan amarah mu! ". Ucap Shizu, akan tetapi Veldora seakan tak mendengarkan ucapannya, tampaknya Veldora sudah berada di titik kemarahan yang sesungguhnya.

Veldora terdiam, tapi tidak dengan ekspresi wajahnya yang terlihat penuh akan amarah. Amarah yang muncul karena melihat negara yang di bangun sahabatnya menjadi seperti ini, marah atas ketidak becusannya menjaga Tempest padahal sahabatnya Asura telah mempercayakan keamanan Tempest padanya.

Hingga Veldora pun mulai mencoba untuk mendinginkan kepalanya, dia menyadari ketegangan warga monster di sekitarnya yang merasakan tekanan energi milikinya, begitupun dia yang melihat raut wajah Shizu yang juga dalam keadaan panik karena ulahnya.

...
...
...

Asura berbalik ketika merasakan aura kehadiran seseorang, dapat dia lihat saat ini adalah seorang gadis yang usianya kira-kira 18 tahunan, dengan mengenakan pakaian kesatria gereja berdiri tepat di hadapannya.

Dengan sikap tenang dan wibawa yang Asura miliki, tatapan tajam yang dia miliki menatap langsung kearah gadis dihadapannya. Asura dapat merasakan aura membunuh dari gadis itu.

" Salam ". Kata perempuan itu dengan tenang.

" Ada yang bisa ku bantu, nona? ". Jawab Asura padanya masih dengan sikap tenangnya.

" Ya, aku memiliki urusan denganmu. Tapi, sayangnya aku tak punya banyak waktu sekarang. Jadi, aku akan berbicara langsung pada intinya ". Katanya sambil menutup mata dan mengeluarkan pedang dari sarungnya, mengarahkan pedang itu pada Asura.

Asura memicingkan matanya, menunggu perkataan selanjutnya dari gadis di depannya tersebut.

" Asura Tempest ---Negara mu itu sangatlah mengganggu dan mengancam kehidupan umat manusia ".

Hening sesaat, Asura mencerna perkataan gadis di hadapannya itu.

" Apa maksudmu? Dan sepertinya kau mengenal diriku? ". Tanya Asura dengan heran karena gadis di depannya mengetahui namanya. Pasalnya, Asura tak banyak mengenal ras manusia.

Bahkan saat di Ingrasia pun, dia hanya mengenal segelintir orang saja.

" Itu tidaklah penting, karena ini merupakan hari terakhir mu, jadi aku tak perlu repot-repot menjelaskannya padamu ". Jawab Hinata dengan dingin menatap langsung pada sosok Asura yang masih tenang berdiri di posisinya.

TENSEI DRAGON | TENSURA FANFICTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang