37 🌱 Undangan Marka (0707)

32.7K 3.9K 653
                                    

"ASSALAMUALAIKUM!" ucap Haikal yang hari itu pulang sendirian, ia memilih naik taksi ketimbang harus menunggu Jendral yang sibuk TP TP entah di bumi bagian mana.

Sesampainya di asrama, ia hanya menemukan Aji dan Arga yang duduk dengan kesibukan masing-masing di ruang tengah. Keduanya sempat kompak menjawab salamnya.

"Kalian berdua nongkrong tapi diem dieman," celetuk Haikal bergabung di ruang tengah. Ia asal melempar tasnya ke sofa kosong disana dan duduk di sebelah Aji, anak itu sepertinya belum sembuh dari patah hatinya.

"Udah makan siang kah kal? Mau gue bikinin lauk? Belum masak soalnya," tanya Arga.

"Enggak na nanti aja, belum laper, gue mau ngobrol sama Aji dulu," jawab Haikal.

"Gue?" Beo Aji sambil melempar tatapan bingung pada Haikal.

"Iya, lo ji," jawab Haikal.

"Apa?" Tanya Aji.

"Bukan masalah serius sih, gue cuma mau cerita aja," jawab Haikal, dengan gerakan mulus ia mendadak sudah rebahan dengan kepala ia letakkan di paha Aji, kini Aji dibuat menunduk untuk melihatnya.

"Cerita apa?" Tanya Aji. Arga diam diam tersenyum tipis ditempatnya. Ia terlihat menatap Haikal dengan bangga.

"Kan gue tadi pulang sendirian kan ji," kata Haikal.

"He'em."

Dasar, dia sok gak peduli tapi aslinya paling berusaha buat hibur si Aji, cibir Arga dalam hatinya.

Terus gak jauh dari gedung fakultas gue, pas gue baru aja keluar, gue liat anak kecil lagi ngemis. Kecil banget, kira kira udah tua lah ... Orang tuanya."

Aji mengangguk dengan sedikit senyum mulai terbit diwajahnya saat mendengarkan Haikal.

"Karena gue orangnya gak tegaan, akhirnya gue samperin tuh anak."

"Terus lo ngapain bang?"

"Gue perhatiin dia, baju nya bolong ..."

"Kasiannya," ucap Aji.

"Kalo ga bolong kan badannya gak masuk ji," celetuk Haikal.

"O iya bener," angguk Aji, keduanya fokus pada obrolan mereka sementara Arga yang diam diam mendengarkan terlihat tergelak beberapa kali.

"Jadi bajunya bolong, mukanya berdebu, dia ngemis dipinggir jalan, ngeliat itu gue kasihan, pas gue samperin, gue bilang, dek sendirian aja, bisa kali ...."

Haikal melirik Aji yang sudah mulai tertawa.

"Bisa apa?" Gelak Aji.

"Bisa kali om ajak ngobrol, gitu maksudnya, dengerin dulu please," kata Haikal.

"Oh, terus?"

"Dia jawab, bisa om, terus dia megang tangan gue gini," ungkap Haikal sembari praktek dengan tangannya yang memegang tangan Aji.
"Sumpah demi Allah ji, pas dia megang tangan gue begitu, gue merasa tersentuh," lanjut Haikal dengan wajah serius.

"Iya kah?"

"Gimana gak tersentuh? Kan lo emang disentuh pe'ak," sahut Arga.

"Itu maksud gue," tukas Haikal menyempatkan diri untuk menoleh pada Arga.

"Anjir," rutuk Aji.

"Gue lanjut gak nih?" Tanya Haikal pada Aji.

"Iya lanjut."

"Terus kan, gue tanya tu anak, dek, orang tuamu mana?"

"Dia jawab apa?" Tanya aji

"Pisah om," kata Haikal dengan tampang melas.

ASRAMA LANTAI 7 {TERBIT} ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang