Dira - 2023

568 74 3
                                    

Hari ini Bu Leonor memberiku tugas banyak banget. Aku sampai bingung mau mulai mengerjakan yang mana dulu. Ada banyak campaign yang belum naik di Instagram dan Tiktok. Ini udah disuruh bikin campaign lagi. Mana Kak Kai sama Kak  Dinda nggak bisa diganggu gugat karena lagi ngurusin Jakarta News on Campus. Bagaimana aku meng-handle ini semua? Mungkin sebaiknya aku ke pantry untuk membuat kopi dulu sebelum mulai menyusun pekerjaan ini satu persatu. Ayo Dira, kamu pasti bisa mengerjakan semuanya. Ini kan mimpi kamu biar bisa satu kantor dengan Bu Leonor.

"Ini ditaruh mana, Mbak Titin?," tiba-tiba ada suara berisik yang juga ikut masuk ke dalam pantry ketika aku sedang membuat kopi. Rupanya ada Ale yang sedang membantu Mbak Titin, office girl di kantor, membawakan beberapa belanjaan.

"Ditaruh situ aja Neng Ale. Mbak Titin turun lagi ya. Masih ada yang belum kebawa," ucap si Mbak Titin.

"Eh, perlu dibantu lagi nggak ambilinnya?," tanya Ale.

"Nggak Neng, cuma sedikit kok. Mbak Titin bisa bawa sendiri," jawab Mbak Titin.

"Yakin? Bener nih?," tanya Ale lagi memastikan. 

"Iya. Nanti kalo Mbak Titin butuh bantuan biar dibantuin satpam di bawah aja. Makasih ya Neng Ale beberapa hari ini selalu bantuin Mbak Titin," ujar Mbak Titin. 

"Siap, komandan," balas Ale seraya menirukan gaya hormat. Tingkah polah anak ini memang terkadang ajaib semingguan magang di kantor. Tapi aku salut sih dia nggak pandang bulu buat membantu orang. Sampai Mbak Titin aja dibantuin. Padahal aku yakin Ale dari kecil pasti sudah berprivilese dan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

"Eh, ati-ati kopinya tumpah Dir," ujar Ale kepadaku kemudian. Ya ampun, aku mikirin apa sampai pegang gelas kopinya hampir tumpah. 

"Eh iya, maaf-maaf nggak ngeh," ujarku, untung belum sampai tumpah.

"Lo karyawan baru ya di sini?," tanya Ale. Sama semua orang dia panggil Mbak, Mas, atau Kakak. Kenapa sama aku dia panggil nama ya? Padahal mungkin umur kita bedanya cukup jauh. Tapi nggak papa juga sih, toh aku juga yang paling muda di kantor ini.

"Iya. Gue baru sekitar 3 bulan kerja di sini," jawabku. 

"Gue belum pernah liat soalnya sebelumnya hehe," balasnya lagi.

"Lo sering ke sini sebelumnya?," tanyaku.

"Enggak sih, paling kalo dapet SP doang dari sekolah hehe," jawabnya. Aku nggak tau, apakah ini cuma perasaanku aja, tapi Ale seperti sedikit salah tingkah. 

"Oh, oke. Gue balik ke ruangan dulu kalo gitu," pamitku kepada Ale. 

"Eh Dira," potong Ale sebelum aku berjalan meninggalkannya. "Udah dari seminggu yang lalu gue follow IG lo, tapi belum diaccept hehe," ujarnya. Dari mana dia tau IG-ku? Aku lalu mengambil handphone dari saku celanaku. 

"Sorry Le, gue lebih sering buka IG kantor jadi sekarang jarang buka IG sendiri. Done ya Le, udah gue accept dan follback," jawabku. 

"Thanks, Dir," balasnya. Baru aku akan berbalik, Ale memotong lagi. "Eh, Dir...," panggilnya.

"Iya, Le?," jawabku yang untuk kesekian kalinya nggak jadi pergi.

"Kalo lo butuh bantuin, kasih tau gue aja ya. Jangan sungkan," katanya.

"Oke," balasku dengan senyuman. Lalu, aku kembali lagi ke ruanganku. Meskipun Ale memanggilku nama, tapi intonasi nadanya kalo bicara sih sopan-sopan aja. Yang membuatku salut sih dia bisa akrab sama hampir semua orang di kantor. Bahkan sampai Mbak Titin, Pak Satpam pun kadang dia bantuin. 

Tak lama kemudian, Ale lewat depan kubikelku lagi. Mata kami saling pandang dan refleks saling tersenyum. Ia lalu melanjutkan memfotokopi beberapa dokumen yang diberikan oleh tim operasional. Meskipun mungkin dia baru tahu cara pakai mesin fotokopi, tapi dia tampak menikmati sekali. Sesekali ia juga melemparkan candaan kepada staf yang meminta bantuannya. Aku masih nggak percaya dia masih duduk di bangku SMA. Perasaan aku waktu SMA nggak punya keberanian besar untuk ngobrol dengan orang baru. 

Aku pun mulai kembali fokus kepada pekerjaanku lagi. Hari ini setidaknya aku harus menyelesaikan timeline untuk postingan  minggu depan karena harus mulai memikirkan campaign hari anak nasional yang jatuh bulan depan. Namun tak lama kemudian, Kak Dinda dan Kak Kai pun datang.  Mereka baru saja berkunjung ke Univeritas Tarumanegara dan Universitas Atma Jaya untuk survei acara Jakarta News on Campus. 

"Bangke emang lo Kai, kenapa sih nggak naik mobil operasional aja tadi!," ujar Kak Dinda sambil mengipas-ngipas tubuhnya yang berkeringat dengan rambut yang lepek mesikpun ia menggunakan setelan pakaian yang formal. 

"Aduh Din, biar ngejar ke dua kampus tadi. Kalo nggak, jam segini belum sampe kantor kita," balas Kak Kai yang juga kepanasan. Mukanya benar-benar seperti habis terpanggang matahari. 

"Ya tapi kan gue jadi lepek begini ah, bete!," rajuk Kak Dinda. 

"Ya udah sih sorry, gue beliin boba deh ya biar dingin?," rayu Kak Kai. 

"Nah gitu dong, jadi butchi yang pengertian," balas Kak Dinda yang masih sibuk mengipas-ngipas diri. 

"Dari dulu keles," kata Kak Kai. "Neng Mon KW Super mau beli milk tea boba juga nggak? Biar sama kaya Mon beneran hehe," tanya Kak Kai kepadaku. Tetap ya, ngabers all day, every day, every time.

"Enggak usah Kak Kai, makasih. Barusan bikin kopi," jawabku seraya mengangkat cangkir kopi di hadapanku. 

"Oke, baiklah kalo begitu," katanya. "Woy, Le. Come here!," panggil Kak Kai dengan melambaikan tangan kepada Ale.

"Iya, Bang Kai. Ada yang bisa dibantu?," tanya Ale begitu ia mendekat lagi ke kubikel kami. 

"Sedep dah. Cuma lo yang bener manggil gue. Minta tolong ya beliin milk tea boba size large di bawah 2. Yang satu less ice sama less sugar, yang satu normal semua. Meskipun yang minum nggak normal hehe," katanya meminta tolong kepada Ale sambil ngasih uangnya. 

"Buset, gue kira lo bakal effort sendiri ke bawah. Taunya nyuruh Ale juga," ledek Kak Dinda kepada Kak Kai. 

"Ya kalo bisa nyuruh Ale mah ngapain turun sendiri hahaha," ucap Kak Kai dengan tawa tengilnya. 

"Ini ada titipan yang lain nggak Bang Kai, Kak Dinda, Dira?," tanya Ale sebelum pergi. 

"Enggak ada bro, cus turun nggak pakai lama ya. Keburu Dinda jadi pacar gue kalo kelamaan," jawab Kak Kai. Ale pun hanya mengangguk dan langsung pergi turun ke bawah. 

"Najong!," balas Kak Dinda yang langsung memukul Kak Kai dengan map yang sedang ia pakai buat kipasan. "Eh btw, dia manggil kita semua pakai Kak atau Mas atau Mbak, kenapa dia manggil lo pakai sebutan nama, Dir? Kalo diitung-itung beda umurnya juga lumayan ya sekitar 4 tahunan?," tanya Kak Dinda kemudian.

"Enggak ngerti. Mungkin lebih enak aja manggil aku nama, Kak," balasku sambil terus fokus mengetik di atas keyboard laptop. 

"Hadapin Bang Kai dulu kalo mau sepik Neng Mon KW Super!" ucap Kak Kai yang hanya membuatku tertawa dan geleng-geleng kepala. 

"Kalo sama lo mah bye aja! Sikat aja Dir kalo Ale suka sama lo, siapa tau gaji lo nambah," canda Kak Dinda. 

Aku tambah geleng-geleng kepala dengan candaan Kak Dinda. Ya kali aku sama Ale. Bukan tambah gaji, yang ada dipecat langsung iya. Lagian, aku juga masih sayang dengan pacarku meskipun dia selalu super sibuk. 



Dua GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang