Mami adalah orang ter-on time di seluruh dunia dan akhirat. Si paling on time memang. Sekolah baru selesai, doi udah nungguin aja di parkiran. Tapi tetap sih sambil buka ipad dan meeting.
"Okay, thanks for today, guys. Gue harap kerja sama kita bakal lancar ke depannya. Nanti kalo ada ide-ide yang lebih oke dan gila lagi, langsung share aja di WAG. Have a nice day all," kata mami. Pas banget gue masuk mobil doi lagi pamitan mengakhiri meeting. Jangan-jangan doi udah dari dua jam atau sejam yang lalu di parkiran.
"Dame un besito, mi amor," ujar mami yang mengatakan kalo doi meminta ciuman dari gue sambil nyodorin pipi. Astaga, bentar lagi kuliah juga anaknya masih aja diginiin. Dengan penuh rasa keterpaksaan, gue pun menuruti mami. "Yang ikhlas kenapa sih kalo nyium maminya. Mami sita semua mainan sama komik-komikmu baru tau rasa," protes si ibunda ratu.
"Dicium salah, nggak dicium salah. Terserah deh," balas gue yang juga pura-pura ngambek. Sebel banget lagi ulang taun diancem gitu.
"Hmm, anak siapa sih ini gemas banget kalo lagi ngambek mumumu," kata doi seraya menguyel-uyel kepalaku.
"Mi, ah! Udah ayok jalan, keburu macet nanti jalanan," kata gue yang berdalih biar nggak diuyel-uyel terus.
"Gimana tadi sekolah?," tanya momster kemudian.
"Standar dan ngebosenin," jawab gue yang cuek karena masih asyik scrolling Tiktok, meyakinkan diri buat beli barang yang udah diincer nanti.
"Mi amor, sebentar lagi kamu ujian lho. Harus yang semangat belajarnya biar bisa masuk universitas favorit," kata momster yang sudah mulai kumat ceramahnya.
"Mi, baru juga dua bulan naik kelas 12. Pressure banget deh apa-apanya," balas gue ogah-ogahan.
"Ya mami nggak mau tau. Awas aja kalo nanti mami masih dipanggil sama guru konseling karena kelakuanmu masih aneh-aneh. Nurut dikit kenapa sih Le sama guru-guru di sekolah, nggak usah berulah. Jadi anak manis gitu lho, udah umur 17 tahun juga," tambah-tambah si momster. Baru juga tiga kali kena SP sama skorsing, diceramahinnya sampe tiga jilid. Diungkit-ungkit mulu.
"Ya abis cowok-cowok di sekolah norak. Godain temen-temen Ale. Ya Ale pukul lah satu-satu," protes gue karena kebandelan gue dan hobi berantem sama cowok-cowok di sekolah tidak lain dan tidak bukan adalah karena mereka suka verbal harrasment ke temen-temen cewek gue. Apaan, ngakunya anak orang-orang kaya, tapi manner-nya nol.
"Kan bisa nggak pake mukul. Kamu bilangin atau aduin ke guru konseling," kata momster. Gue langsung memasang airpods dan mengacuhkan ocehan mami. "Ale, nggak sopan banget mami lagi ngomong malah pasang airpods!"
"Ssst, jangan bikin Ale nggak mood di hari ulang taun Ale. Mami fokus nyetir aja sampai mall," pesan gue kepada momster yang sukses bikin doi ngedumel sepanjang jalan.
Sesampainya di mall, gue langsung menuju barang yang gue udah lama incer, yaitu drum elektrik. Setelah menimbang-nimbang, kayaknya di umur 17 ini, gue harus bisa main salah satu instrumen musik. Dulu waktu SD, les piano aja nggak kelar. Ya itu karena dipaksa momster juga sih. Semoga kali ini lebih istiqomah ygy karena berasal dari dorongan hati nurani sendiri hehe.
"¿Enserío?," ungkap mami dengan ekspresi takjub dan setengah tidak percaya bilang serius in Spanish terhadap keputusanku membeli drum elektrik.
"Hehehe biar Ale tambah keren," balas gue.
"Awas aja kalo nanti cuma dipakai seminggu dan abis itu dianggurin," kata momster penuh ancaman. Ah, paling kalo gue anggurin juga doi cuma geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...