Lumayanlah gue udah ngalahin Tante Gita 2 kali malem ini hehe. Meskipun ya gue masih kalah dari doi sih yang udah 4 kali menang. Tangan doi titisan apasih bisa jago banget main FIFA. Challenging banget kalo tanding FIFA sama Tante Gita emang. Nggak kaya sama Tita Luisa dikit-dikit kalah, dikit-dikit doi banting stick. Ada kali tiap bulan beli stick baru mulu.
"Diliat-liat, tambah deket aja nih kamu sama Dira," ucap Tante Gita tiba-tiba. Bikin gue salting sumpah.
"Lumayan," balas gue yang berusaha kalem sambil fokus nyerang timnya Tante Gita.
"Jangan bilang kalo kalian udah pacaran?," tanya Tante Gita yang kali ini sukses membuat gue kalah lagi.
"Ah Tante, kan jadi kalah Ale," jawab gue dengan muka yang sedikit ditekuk. Tante Gita cuma ketawa sambil ngacak-ngacak rambut gue.
"Kan Tante cuma tanya, Le," ujar doi sambil menjulurkan lidah.
"Pacarannya belum, ciumannya udah hehe," kata gue sambil cengengesan. Doi langsung kaget dan menatap gue dengan penuh intimidasi.
"Kok bisa gitu?? Kapan??," tanya doi. Tapi gue lalu minta dia buat nurunin suara. Males banget kalo si Leonor sampe denger.
"Ih kepo. Rahasia lah kapannya," jawab gue yang bales menjulurkan lidah ke Tante Gita. Tante Gita tiba-tiba ngambil stick gue dan taruh bareng dua stick di meja.
"Pokoknya sekarang kamu harus cerita sama Tante, Le," ucap doi yang senyum-senyum tapi juga gue tahu doi sedikit cemas.
"Waktu habis kejadian di ruang konseling, waktu Ale nginep di rumah Dira. Di situ ciuman pertamanya," kata gue pelan saking malunya. Gue lalu membenamkan muka gue ke bantal saking malunya cerita ke Tante Gita. Deg-degan banget asli. Hadeh, Tante Gita cuma ketawa-ketawa aja.
"Lucu banget anak ini. Terus, how did it feel?," kata Tante Gita mengeluarkan pertanyaan lagi.
"Meleyot lah Ale!," jawab gue singkat tapi masih nutupin muka pake bantal. Tante Gita ngacak-ngacak rambut gue. "Terus tadi pas Dira nganterin di mobil, Ale cium lagi. Ah candu banget Tante, gila! Kalo tahu jatuh cinta senyenengin ini, dari dulu deh Ale jatuh cinta," kata gue yang masih terus-terusan salah tingkah sampe diketawain Tante Gita.
"Nggak gitu juga konsepnya, sayang. Terus kenapa nggak pacaran? Diranya nggak mau?," tanya Tante Gita lagi. Tanya mulu nih orang, nggak tau apa gue salting abis.
"Dira minta Ale fokus buat ujian akhir sama masuk univ dulu. Baru kita ke jenjang yang lebih lanjut. Alias ada status," jawab gue. "Sama Dira minta Ale buat nggak diemin Mami lagi," kata gue pelan sambil menghela nafas. Tante Gita yang tadinya ngacak-ngacak rambut gue sekarang malah jadi ngusap-usap.
"Tante setuju sama Dira, Le. Tante tahu berat buat kamu menerima kenyataan dan memahami keadaan. Tapi Tante juga paham nggak mudah buat Mami kamu, Tita Luisa, dan Tita Letty buat menceritakan yang sesungguhnya ke kamu," kata Tante Gita. Doi mengambil jeda sebentar sambil tarik nafas. "Bahkan Mami kamu harus ke psikiater dulu untuk mengurai semua benang kusut dan prepare buat ngomong ke kamu. Dia udah berencana mau menjelaskan semuanya ke kamu, sayang. Tapi tiba-tiba Papi kamu muncul dan tanpa aba-aba, kamu jadi tahu semuanya," sambung Tante Gita. Gue cuma diem.
"Tante, Ale mau tanya, tapi please jawab jujur," ujar gue yang ambil ancang-ancang terlebih dahulu. "Apa Ale anak yang hadir di luar pernikahan?," tanya gue dengan nafas yang agak tersenggal. Tante Gita menghela nafas panjang sebelum akhirnya menggenggam tangan gue dan mengusapnya. Ya, gue tahu jawabannya sekarang.
"Kalo waktu bisa diulang, Le, Tante Gita nggak akan pernah ninggalin Mami kamu dan Tante Gita berharap kamu adalah bener-bener anak Tante Gita," kata doi dengan mata yang udah berkaca-kaca. "Tapi kalo Tante Gita waktu itu nggak pergi, kamu nggak akan pernah lahir ke dunia ini, sayang, dan jadi sumber kebahagiaan terbesar buat Mami, Tita Luisa, Tita Letty, dan sekarang juga jadi sumber kebahagiaan Tante Gita. Bertahun-tahun, Tante Gita cuma bisa pantau Ale dan Mami dari jauh secara diam-diam. Tapi Tante Gita selalu tahu kapan pas Ale tumbuh gigi, kapan pas Ale baru bisa merangkak, kapan pas Ale baru bisa jalan, kapan pas Ale pertama belajar sepeda, kapan pas Ale masuk playgroup," ucap Tante Gita dengan air mata yang udah bercucuran yang bikin gue ikutan nangis juga. Doi lalu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan satu folder drive yang berisi foto-foto gue pas masih kecil dan polos selalu dikelilingi Mami, Tita Luisa, Tita Letty, dan juga almarhum nenek. Gue nggak bisa berkata apa-apa lagi dan langsung memeluk Tante Gita sambil nangis kejer. Tante Gita mengecup kepala gue cukup lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...