Ale - 2023

406 57 0
                                    

"Hai," sapa Dira begitu melihat gue udah duduk di kursi paling pojok di kafe. Doi lalu mengecup pipi gue. "Kangen deh," kata doi. Nggak salah denger kan gue?

"Kok bisa kangen?," tanya gue yang masih agak syok denger Dira bilang kangen.

"Ya kamu pikir aja sendiri kangen kenapa," jawab Dira yang langsung duduk di hadapan gue. Udah seminggu sih emang sejak kejadian itu. Selama itu juga gue jarang banget chat-chatan sama Dira. Iya sih ngechat tiap hari, tapi nggak intens. Jujur, gue belum recovery dari sakit hati dibohongin seumur hidup. Gue aja masih diemin Leonor sampai detik ini. Jadi gue belum melakukan pergerakan lebih jauh pasca our first kiss hehe alias bingung sih lebih tepatnya justru ngadepin Dira kaya gimana. Apalagi dengan gap umur ini membuat tingkat pressure semakin besar.

"Oh hehe," balas gue ke Dira. "Apa kabar kamu?," tanya gue yang emang bingung mau buka topik pembicaraan apaan. 

"Perlu aku jawab apa Alejandra? Perasaan tiap hari juga aku ngabarin kamu," jawab Dira. 

"Biar ada topik aja ceunah. Bingung nih aku ngadepin kamu. Deg-degan lagi," balas gue sambil garuk-garuk kepala. Dira ketawa ngakak sambil nyubit pipi gue. 

"Ish, gemes banget sih," katanya. Aduh, amanin hati lo sekarang juga Le. "Tadi izin apa ke Bu Leonor?," tanya Dira. 

"Izin mau ketemu calon ayang," kata gue bales ngeledek Dira.

"Hah?? Serius kamu izinnya begitu??," tanya Dira yang panik dikit.

"Ya enggaklah, Dir. Aku masih diemin Mami. Tapi aku udah WA Tante Gita kalo aku lagi sama kamu, just in case Mami nyariin," jawab gue. 

"Duh Alejandra, sampe kapan kamu diemin Mami kamu? Bu Leonor tuh sekarang jadi sering bengong tau nggak di kantor. Bahkan kemaren sampe dapet peringatan gara-gara salah bacain satu kalimat pas lagi live," kata Dira. 

"Dir, please, jangan bahas Mami dulu ya. Akan ada saatnya aku nggak kaya gini lagi. Oke?," kata gue sambil menggenggam tangan Dira. 

"Tapi jangan lama-lama, Alejandra. You only have her in your life," ujar Dira. Gue cuma mengangguk. "Terus kenapa kamu ngajak aku ketemuan di sini?," tanya Dira yang masih belum ngelepasin genggaman tangan gue. 

"Kita harus ngomongin tentang hubungan kita," ujar gue yang udah lebih berani dikit. 

"Oke, ada apa dengan hubungan kita?," tanya Dira sambil menatap lekat mata gue. Huh, seperti ada kupu-kupu di dalam perut gue. 

"After that kiss, what are you thinking about me now, Dir?," gue bales tanya. Anjir lah, udah kaya di series aja gue pikir-pikir adegan siang ini. 

"Masih lucu, masih ramah, masih care," jawab Dira yang lagi-lagi ngeledek gue.

"Dira, aku serius," ujar gue dengan nada sedikit ngambek. Diranya cuma ketawa. 

"It's still too early, Alejandra. Tapi bohong kalo aku bilang aku nggak suka sama kamu," kata Dira. Terbang deh sekarang guenya. 

"Tapi kamu nggak papa jalan sama anak SMA?," tanya gue takut-takut. Diranya ketawa lagi. Ketawa aja terus lu, Dir. 

"Kan bentar lagi kamu udah nggak SMA. Cuma kurang dari enam bulan lagi lho," jawab Dira. 

"Oke, jadi kamu mau pacaran sama berondong nih? hehe," tanya gue yang abis itu malu banget. 

"Kan aku udah bilang di hari terakhir kamu masuk kantor, waktu di abang bakso, tergantung effort kamu lah hehe," balas Dira yang abis itu melet ngeledek gue. 

"Kan, secara nggak sengaja nolak alus nih ah. Mana udah nyolong first kiss gue lagi," kata gue yang asli agak kesel sama jawaban Dira. Tuh, sekarang doi ketawa lagi dan pake ngacak-ngacak rambut gue segala. 

"Alejandra Rosa Martinez, tuh apal kan gue nama lengkap lo. Pertama-tama, kamu harus memperbaiki hubungan kamu sama Bu Leonor dulu. Kedua, kamu harus lulus ujian dan masuk universitas yang bagus dulu. Baru habis itu kita pacaran. Gimana? Deal?," tawar Dira sambil ngulurin tangan buat salaman. 

"Terus di masa-masa jeda itu, kamu kira-kira bakal pacaran sama orang lain dulu gitu?," tanya gue kemudian. 

"Ya tergantung ada yang cocok apa enggak dan effort orang itu hehe," jawab Dira yang masih ngeledek. 

"Ah pulang aja deh gue. Nyesel ngajak lo ketemuan," kata gue sambil pura-pura ngambek dan berdiri. 

"Ih, jangan gitu ah. Makin - makin deh gue nggak mau jadi pacar lo, Alejandra," ujar Dira sambil menarik gue buat duduk lagi. "Dengerin ya Alejandra. Aku nggak bisa janji apa-apa ke kamu. Tapi buat sekarang, aku memang lagi berusaha buat self-love dan bahagiain diri sendiri. Oke? Apalagi aku belum pernah pacaran sama cewek sebelumnya. Biar aku figuring out juga. Yang penting kamu lulus dulu dan keterima di univ sama jurusan yang kamu mau. I will always be there for you," kata Dira.

"Hehehe," balas gue yang seneng banget sambil ngangguk-ngangguk. 

"Sekarang aja ketawa-ketawa lo," ujar Dira yang lagi-lagi nyubit pipi gue. Tiba-tiba, Tante Gita telepon gue.

"Ya Tante?," sapa gue ke Tante Gita. 

"Ale, ini Mami kamu titip pesen, pulangnya mau dijemput nggak sama Tante Gita?,"

"Nggak usah Tante, nanti Ale naik ojek online aja," kata gue.

"Yakin?" 

"Iya," balas gue singkat.

"Ya udah, pulangnya jangan malem-malem. Tante mau ajakin kamu main FIFA,

"Beres. Bye Tante," kata gue sebelum menutup telepon.

"Bye sayang,"

"Nanti aku aja yang anterin kamu pulang. Aku bawa mobil kok," kata Dira. 

"Nggak usah Dir, nanti ngrepotin kamu. Aku naik ojek online aja," kata gue menolak halus. Sebenernya seneng sih, tapi gue salting kalo diperhatiin Dira gini. 

"Enggak papa Alejandra. Demi keselamatan dan kenyamanan anak bos saya," ledek Dira. 

"Baiklah calon ayang," balas gue sambil mengusap-usap rambut Dira. 

"Idih, calon ayang nggak tuh. Btw, kamu bisa deket banget gitu sama Tante Gita," ujar Dira.

"Ya masa nggak deket sama pacar nyokap sendiri," ujar gue yang terus kaget sama apa yang barusan gue ucapin.

"Hah?? Pacar nyokap??" tanya Dira yang mukanya kaget banget. Mampus, gue nggak sadar ngomong itu barusan. "Alejandra??," ujar Dira sambil menatap gue dengan penuh intimidasi. 

"Anu itu maksudnya temennya pacar nyokap," kata gue sambil garuk-garuk leher yang nggak gatel.

"Aku nggak tuli lho, Alejandra. Dan kafenya nggak lagi rame-rame banget. Jadi Tante Gita itu pacarnya Bu Leonor?," tanya Dira yang masih mengintimidasi gue. Gue menghela nafas panjang sambil ngangguk-ngangguk aja. "What on earth!," ucap Dira yang lalu nutup mulutnya pake telapak tangan seakan-akan nggak percaya. 

"Please Dir, tapi jangan sampe orang-orang di kantor tau tentang hal ini ya," kata gue memohon sama Dira. 

"Tapi?," tanya Dira.

"Panjang ceritanya," jawab gue yang langsung motong pertanyaan Dira. 

Gue lalu menceritakan kronologis hubungan Mami dan Tante Gita. Dira cuma bengong campur kaget. Berulang kali doi nutupin mulut pake telapak tangannya saking tidak percayanya. Gue harap, Dira adalah orang yang bisa dipercaya.

Dua GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang