Gita - 2023

436 62 2
                                    

Sudah dua minggu lamanya gue hanya berkomunikasi seperlunya dengan Leonor. Dia pun tampak hanya menanggapi chat-chat gue dengan dingin atau mungkin memang dia benar-benar sibuk. Oleh karena ketegangan yang terjadi antara gue dan Leonor, gue pun absen mengajak Ale untuk main basket atau futsalan bareng dengan alasan gue lagi sibuk ngurusin restoran. Tapi ya emang bener sih, akhir-akhir ini gue pun turun tangan buat bantuin staf karena setelah restoran gue di-review sama salah satu influencer yang cukup disegani di Jakarta dan dapet rating 9.0, tiba-tiba setiap hari full booked  sama orang-orang buat dinner. Apalagi kalo weekend,  sampai waiting list. A happy problem, but I am very grateful

Gue mengamati orang-orang yang sedang duduk sambil menikmati makanan yang disajikan. Ada kepuasan sendiri di hati gue melihat menu-menu yang gue buat ternyata bisa dinikmati sama warga Jakarta karena mostly, gue lebih banyak menyajikan Western, North American, and South American cuisine like Mexico, Chile, Cuba, Colombia, Argentina.  Gue men-supply beberapa minuman beralkohol khusus 21+ yang berasal dari Amerika Latin yang masih terjangkau dan enak, tapi jarang ditemui di sini. Memang konsep restoran gue semi-casual dinning-bar, yang tiap Friday and Saturday night ada band yang khusus gue minta untuk membawakan lagu-lagu salsa, samba, flamenco, mariachi, bachata, dan bolero, tergantung jenis menu yang sedang kita highlight malam itu. 

Sedang asyik membantu barista gue membuat kopi, tiba-tiba pandangan mata gue tertuju pada pasangan cewek dan cowok yang duduk di pojok kanan arah jam 1. Gue tampaknya tidak asing  dengan muka si cewek. They seem like fighting a lot. Di tengah-tengah alunan musik bachata yang sedang dinyanyikan oleh band, pasangan ini justru saling meninggikan suara sampai membuat orang-orang di sekeliling mereka menoleh ke arah mereka. Nggak lama kemudian, si cowok melempar lap makan ke meja dan meninggalkan si cewek yang juga tampak sangat marah tapi berusaha menahan malu dan meminta maaf kepada orang-orang di sekelilingnya. Gue lalu mendekati si cewek itu. Setelah dekat, gue baru sadar ternyata cewek ini adalah si Dira, karyawan Leonor di kantor dan orang yang ditaksir Ale setengah mati. 

"Dira ya?," sapa gue kepadanya.

"Eh halo, Tante Gita," balasnya yang terlihat masih menahan malu.

"Berantem sama pacarmu, Dir?," tanya gue memberanikan diri untuk membuka obrolan. Dira lalu menghela nafas.

"Mantan pacar," balasnya yang lalu meneguk satu gelas wine utuh yang ada di hadapannya. 

"Eh, mau tambah lagi wine-nya? Sebentar aku mintakan dulu," ucap gue yang lalu melambaikan tangan ke arah staf gue dan meminta tolong untuk mengambilkan satu botol St. Andrew.

"Nggak usah repot-repot, Tante. Dira paling sebentar lagi juga pulang," katanya yang walaupun terlihat masih kesal, tapi masih berusaha sopan kepada gue.

"It is okay,  di sini dulu aja juga nggak papa lho, Dir. Tenangin diri dulu abis berantem sama mantan pacar," ujar gue yang lalu membuka tutup botol wine-nya dan langsung menuangkan ke gelas Dira. 

"Tante Gita lagi makan di sini juga?," tanyanya. Gue lalu tersenyum dan menutup kembali botol wine-nya.

"Actually, I own this place," jawab gue kepadanya.

"Wow, I can't believe it. This restaurant is such a cool place, Tante. Keren banget," ucap Dira dengan nada suara yang cukup menggemaskan. Pantes Ale naksir berat sama dia. Mungkin kalo gue sepuluh tahun lebih muda dari sekarang dan nggak ketemu Leonor, gue juga bakal naksir dia sih.

"Thank you so much. By the way, kayaknya tadi habis berantem besar nih sama mantan pacar," ujar gue biar sedikit mencairkan suasana. 

"Barusan banget aku putusin dia, Tante. Capek banget pacaran sama dia yang nggak pernah bisa ngertiin Dira. Padahal Dira juga nggak pernah nuntut macem-macem, cuma minta sedikit perhatian dan waktu dia. Eh turns out, dia udah deket sama cewek lain," kata Dira yang langsung meneguk hampir setengah gelas wine-nya. 

"Pelan-pelan Dir minumnya. Nanti kamu tipsy lagi," ujar gue mengingatkan Dira.

"Hehehe maaf-maaf, abis kalo lagi kesel bawaannya aus banget Tante," kata Dira dengan senyum yang menenggelamkan matanya.

"Udah lama kamu pacaran sama dia?," tanya gue. Siapa tau gue bisa ngulik-ngulik hal yang bisa gue bagi dengan Ale biar bisa tambah deket sama Dira.

"Dua tahun lebih tiga bulanan lah, Tante. Dari masih kuliah. Tapi sejak kami sama-sama kerja, jadi hambar hubungannya," jawab Dira yang sekarang sudah sedikit bisa mengatur nafasnya. 

"Lumayan juga ya. Pacar pertama, Dir?," tanya gue kemudian.

"Pacar kedua sih Tante. Sebelumnya udah pernah pacaran juga," jawab Dira.

"Nggak papa, masih muda. Kalo bisa pacar jangan cuma satu, Dir. Ya minimal 3 sampai 5 lah hehe," ujar gue sedikit membuat jokes agar suasana sedikit mencair. 

"Tante Gita sepupunya Bu Leonor ya? Saudara dari ayah atau ibunya, Tante?," tanya Dira. Gue terdiam sesaat karena bingung mau jawab apa. Susah ya emang di negara ini mau survive as LGBTQ+ couple

"Ya sebenernya karena dulu waktu sekolah kita tetanggaan aja sih, Dir. Jadi udah kaya saudara. Sejujurnya kami nggak ada hubungan darah," jawab gue berbohong kepada Dira. 

"Oh, pantes waktu pertama kali kita ketemu, waktu Ale bilang kalian saudara, tapi aku agak ragu karena antara Tante Gita, Bu Leonor, dan Ale nggak ada kemiripan sih. No ofense ya Tante," kata Dira.

"It is okay, Dir. Memang kenyataannya Tante Gita adalah perempuan Indonesia asli tulen, nggak campur-campur kaya Leonor atau Ale," jawab gue yang membuat Dira tertawa.

"Tante, Dira mau tanya, apa Tante Gita tahu orang yang ditaksir Ale siapa? Soalnya weekend kemaren Dira nggak sengaja ketemu Ale di taman bareng temen-temennya, Kayla dan Quinza, dan mereka cerita kalo Ale lagi naksir orang tapi terlalu complicated," ucap Dira dengan rasa ingin tahu yang besar. Gue hanya bisa tersenyum mendengar kejutan ini.

"Memang Dira mau bantuin Ale deket sama dia? Emang complicated sih," balas gue yang lalu membuat Dira menampilkan muka shocked

"Jadi Tante tahu kalo....,"

"Kalo Ale suka sama cewek?," potong gue sebelum Dira melanjutkan kata-katanya. 

"Dan menurut Tante itu nggak papa? Bu Leonor tau hal ini nggak Tante?," tanyanya kemudian dengan ekspresi wajah polos yang menggemaskan. Gue pun tertawa mendengar nada pertanyaannya.

"Leonor belum tau, Dir. Tapi menurut Tante Gita, kalo tau pun kayaknya nggak papa juga sih. Memang menurut kamu akan jadi masalah kalo Ale suka sama cewek?," jawab gue menanggapi Dira.

"Duh, seneng banget jadi Ale punya keluarga yang open minded," gumamnya, tapi gue keburu denger. 

"Memang keluarga kamu nggak open minded?," tanya gue.

"Papanya Dira walaupun orang Kanada, tapi cukup strict, Tante. Apalagi mama. Dira baru bisa bebas kaya gini ya kuliah semester akhir. Pas mulai pacaran sama Radit," jawab Dira. "Tapi kira-kira Tante tau nggak siapa orang yang disukai Ale? Soalnya Ale baik banget di kantor, bantuin orang bener-bener nggak pandang bulu. Siapa tau Dira juga kenal orangnya, jadi bisa bantuin comblangin lah dikit-dikit," ujar Dira yang spontan membuat gue tersenyum lebar. 

"Orangnya ada di kantor kamu, Dir. Itulah kenapa Ale ingin magang di kantor maminya," jawab gue kepadanya. 

Dira hanya mengernyitkan dahinya. Entah apa yang sedang dia pikirkan. Mukanya antara shocked dan unbelieveable at the same time. 


Dua GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang