Dira - Kiriman Tak Terduga

480 37 2
                                    

Udah semingguan Gerald terus-terusan mengirim pesan WhatApp. Padahal aku gak pernah menanggapinya. Atau cuma aku jawab singkat. Akan tetapi gak mungkin aku menyuruhnya berhenti mengirimiku pesan karena pasti dia akan tanya ke Daddy dan semuanya jadi tambah ribet.

"Muka kusut banget nih Princess Anilaphat KW Super diliat-liat. Kenapa, My Princess?" tanya Kak Kai yang langsung duduk di hadapanku seraya membawa makan siangnya, tentu saja diikuti oleh Kak Dinda di sampingnya.

"Gimana caranya biar orang gak hubungin kita terus sih, Kak? Risih banget deh," kataku kesal sambil menyuapkan makanan ke mulutku. 

"Si Gerald Gerald itu, Dir?" tanya Kak Dinda.

"Iya. Padahal udah aku ketusin. Kadang juga aku gak bales. Tapi tetep aja tiap hari WA," tambahku sambil membejek-bejek nasi yang ada di piringku.

"Si mybro  Ale tau gak tapi?" tanya Kak Kai.

"Ya taulah. Tapi doi juga gak terlalu ambil pusing. Malah nyuruh aku bales aja," jawabku.

"Ya emang bener sih si mybro Ale, Dir. Gak usah dipikirin lah. Anggep aja admin pinjol," balas Kak Kai.

"Lu kali muka muka admin pinjol!" timpal Kak Dinda kepada Kak Kai.

"Anjay, ganteng begini dibilang admin pinjol," balas Kak Kai sambil benerin rambutnya. Ini nih yang bikin aku terhibur dan gak jadi kesel, ya kelakuan Kak Kai dan Kak Dinda yang gak berubah selama aku kerja sama mereka.

"Tapi hubungan lo sama Ale baik-baik aja kan, Dir?" tanya Kak Dinda.

"Baik sih, tapi udah semingguan kita gak ketemu. Dia lagi sibuk assement buat kantor barunya," jawabku. 

Udah semingguan Ale gak nginep di apartemen. Aku pun juga gak nyamperin dia ke rumahnya karena aku gak ingin mengganggunya. Mungkin weekend ini aku akan coba ngajak dia jalan. 

"Permisi Neng Dira. Ini ada titipan," kata seorang OB yang tiba-tiba menghampiriku sambil membawa bingkisan.

"Eh, dari siapa Mas?" tanyaku.

"Rahasia katanya. Dibuka aja khusus Neng Dira. Saya permisi dulu ya Neng," ucap si OB sambil tersenyum dan langsung beranjak pergi.

"Makasih Mas," teriakku karena udah berlalu dari hadapanku.

"Wih, apaan itu, Dir?" tanya Kak Dinda.

"Gak tau. Tadi tanya dari siapa juga gak dijawab," ujarku sambil membuka bingkisannya. Ternyata isinya satu kotak macaron dan tiramissu puding. Ada kartu ucapannya juga.

"Sebagai ucapan maaf karena seminggu belum bisa ketemu. Biar gak kesel juga karena diganggu terus sama Gerald. Love you sayangnya Ale. Ceilah, dari ayang so sweet bener," ujar Kak Kai yang membacakan kartu ucapannya. 

"Gitu dong kaya Ale, gentlewoman. Gak kaya lo butchi kagak modal," timpal Kak Dinda.

"Dih, ayo sini siapa takut, lu gue nafkahin," balas Kak Kai seraya memegang tangan Kak Dinda, yang langsung aja ditakis. 

"Najong ye," ujar Kak Dinda seraya menoyor kepala Kak Kai.

"Udah-udah, ini ayo bantu aku abisin makanannya," kataku berusaha melerai mereka dengan menawarkan makanannya. Tapi tiba-tiba handphoneku bergetar.

"Ceilah, My Princess Anilaphat ditelepon Khun Pin-dang," ucap Kak Kai begitu melihat nama Ale tertera di layar. Aku hanya tertawa sebelum mengangkat telepon karena Kak Kai memelesetkan nama Khun Pin jadi pin-dang.

"Halo, baby, udah nyampe kan makanannya?" tanya Ale.

"Udah, babe. Makasih ya. Sampe repot-repot kirim makanan," jawabku.

Dua GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang