Sejak kejadian kepergok Alejandra tempo hari, gue belum ketemu lagi dengan Leonor. Lebih tepatnya karena kami berdua sama-sama sibuk dengan pekejaan kami. Well, sebenarnya gue rasa dia juga sedikit menghindar karena kejadian itu. Mungkin Leonor juga bingung menjelaskan hubungan kami kepada Alejandra. Maka satu-satunya cara adalah be patient sampai Leonor benar-benar siap coming out kepada putrinya sendiri. Gue paham, pasti hal itu nggak gampang. Gue pun kalau ada di posisi Leonor, pasti akan melakukan hal yang sama.
Sampai di Jumat sore, tiba-tiba Alejandra mengirim pesan Whatsapp ke gue. Dia mengajak gue untuk latihan basket bareng Sabtu pagi di tempat biasa dengan syarat gue nggak boleh bilang ke maminya dan kita langsung ketemu di sana. Gue pun langsung menyetujui permintaan Alejandra. Mungkin ada yang ingin dia sampaikan ke gue dan tentu saja gue harus siap dengan kemungkinan terburuk yang mungkin bisa terlontar dari mulut Alejandra.
Gue datang lebih dulu daripada Alejandra. Langsung aja gue warming up dengan lari keliling lapangan, sampai akhirnya sepuluh menit kemudian Alejandra datang. Dia langsung mengikuti gue pemanasan. Kali ini, kita cuma latihan bareng berdua. Biasanya gue akan mengajak teman-teman gue atau Alejandra yang mengajak teman-temannya. Tapi kali ini, spesial Alejandra mau 2 on 2 sama gue. Apakah ini bentuk kemarahan dia sama gue? Tapi gue lihat muka Alejandra biasa aja pas dateng, bahkan lebih ke arah muka ngantuk. Sebelum ngikutin gue warming up, kami juga melakukan tos ala bro seperti yang biasa kami lakukan jika bertemu untuk sparing atau latihan bareng.
"Tante Gita, kita istirahat dulu ya," ucap Alejandra dengan nafas terengah-engah setelah tiga puluh menit bermain non-stop. Tumben sekali anak ini cepat kehabisan energi. Kami pun langsung pergi ke pinggir lapangan dan mengusap peluh dengan handuk kecil.
"Tumben banget, Le. Kurang tidur semalem?," tanya gue kepada Alejandra.
"Iya, main FIFA sama Tita Luisa, Carlos, dan Jose hehe," jawabnya sambil mengusap dahinya yang dipenuhi keringat. "Sejujurnya karena capek juga sih semingguan kerja. Mami nggak cerita ke Tante Gita?," tanya Ale tiba-tiba yang membuat gue nggak paham. Gue pun menggelengkan kepala.
"Tentang apa?," tanya gue yang memang nggak paham sekali.
"Udah semingguan ini Ale magang di kantornya mami habis pulang sekolah, dari Senin sampai Jumat hehe," jawabnya sambil cengengesan.
"Oh iya? Mami kamu belum cerita sama Tante, Le," ucap gue menanggapi Ale.
"Serius? Mami sama Tante Gita nggak lagi berantem kan?," tanya Ale yang membuat gue sedikit canggung. Jujur, memang gue dan Leonor sedang membatasi komunikasi kami karena kejadian tempo hari.
"Enggak sih, kami lagi sama-sama sibuk aja. Jadi belum sempet ngobrol banyak lagi," jawab gue seadanya.
"Lah, tapi ini Tante Gita bisa latihan basket sama Ale? Tadi katanya sibuk," tanya Ale yang lagi-lagi membuat gue sedikit skak mat.
"Mmm, Tante Gita juga udah lama nggak latihan, Le," jawab gue sedikit berbohong untuk mengelak pertanyaan Ale.
"Jangan bohong deh, Tante. Pasti kalian diem-dieman karena kejadian tempo hari waktu Ale mergokin kalian ciuman kan?," tanya Ale dengan nada meledek dan cenderung santai, dibumbui dengan senyumnya yang lebar. This child! Apa dia jangan-jangan tahu semuanya?
"Ale, apa mami kamu udah cerita semuanya?," tanya gue yang masih shocked dengan celetukan Ale. Ale kemudian tertawa sambil geleng-geleng kepala.
"Tante Gita, kayak nggak tau mami aja deh! Doi kan nggak tau cara berkomunikasi sama Ale kalo ada masalah kaya gini," jawabnya seraya meninju kecil lengan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...