Ale - Jangan Overthinking, Kita Hadapi Sama-sama

310 50 2
                                    

Setelah drama semalam suntuk, gue dan Dira cuma bisa tidur sekitar dua jam. Pagi hari, gue janji mau nganter Dira balik dulu ke apartemennya dan ke kantor. Lumayanlah gue juga udah lama banget nggak ketemu si Kak Dinda dan Bang Kai. Bentuknya masih pada sama nggak ya? Kalo dari cerita Dira sih nggak ada perubahan sama sekali. 

"Baby, apart kamu nyaman banget deh. Di pusat kota, deket kemana-mana. Kayaknya aku harus sewa apartemen juga apa ya?" tanya gue yang langsung merebahkan diri di kasurnya sambil menunggu Dira ganti baju di kamar mandi. Ini anak aneh deh, gue kan juga udah liat dia naked, kenapa masih ganti bajunya di kamar mandi coba.

Baru tiga bulan terakhir Dira menyewa apartemen bertipe studio yang lumayan dekat dengan kantor Jakarta News. Alasannya sih biar bisa lebih mandiri aja. Tapi, gue juga tahu kalo dia juga menghindar dari daddy-nya yang walaupun baik banget, tapi cukup konservatif dan posesif. Maklum sih sebenernya karena Dira juga anak tunggal kaya gue. 

"Nggak usah. Kamu kalo mau nginep aja di sini tiap hari," ucapnya dari dalam kamar mandi. 

"Lah, ngajakin move in nih ceritanya?" kata gue dengan sedikit menggoda.

"Ya udah kalo nggak mau," jawabnya cukup ketus.

Ini anak kenapa deh dari sejak tadi abis mandi sama sarapan di rumah jadi agak diem. Sepanjang jalan ke apart juga kalo gue cerita cuma ditanggepin iya iya aja. Apa gue salah ngomong sesuatu ya ke doi?

Dugaan gue semakin terbukti dengan Dira diem aja di mobil pas berangkat ke kantor. Dicuekin guenya doi liatin hp mulu. Nggak lucu nih kalo begini caranya. Paling males kalo Dira udah kesel ke gue, pasti diem sampe akhirnya meledak. Sering terjadi pas LDR.

"Aku ada bikin salah apa, baby?" tanya gue yang langsung tembak aja.

"Sebentar, ada kerjaan yang urgent," jawab  Dira cuek dan ketus.

"Oke," jawab gue singkat sambil tetep fokus nyetir. Kalo gue nggak cinta banget sama lu, udah gue turunin juga nih.

"Kamu tanya apa tadi?" ucap doi pura-pura nggak ngeh sama pertanyaan gue. Bener-bener ya ni anak.

"Aku ada bikin salah ke kamu? Huh?" ujar gue sambil mengusap kepalanya. Doi menaruh hp, melipat tangan, dan menghela nafas. Nah Le, fix marah sama lu!

"Kamu ragu sama aku?" tanya Dira bagai petir di siang bolong, nggak ada ujan, nggak ada angin.

"Sayang, kok kamu mikir kaya gitu? Dapet pikiran dari mana?" tanya gue yang jujur have no clue, bro.

"Jawab jujur aja, baby," kata doi masih lempeng. Tapi untung nggak manggil nama sih.

"Enggaklah, sayang. Kalo aku ragu, kita nggak mungkin bertahan selama ini," protes gue keras. Mana mungkin gue ragu deh. Coba anak SMA mana yang effort sampe magang segala biar bisa deket sama doi kalo bukan gue.

"Terus maksud kamu 'aku sama Dira juga belum tentu bisa kaya Mami dan Tante Gita' semalem itu apa?" ucap doi. NAH LO, gue kira Dira nggak akan kepikiran kata-kata itu. Gue diem dulu sebentar buat mikir dan nyari jawaban. Jangan sampe salah jawab, bisa-bisa tidur munggungin gue ntar malem.

"Nggak bisa jawab?" tanya Dira tapi matanya natap lurus ke depan.

"Sayang," kata gue yang lalu menarik nafas sebentar. "Aku coba jawab jujur, tapi kamu jangan marah dulu ya."

"Oke, asal jawaban kamu make sense," balas Dira.

"Aku nggak pernah ragu sama hubungan kita, sama sekali nggak, sayang. Meskipun kita sering berantem, sering beda pendapat, LDR, tapi aku tahu pasti kita akan baik-baik aja. Tapi yang bikin aku takut adalah faktor eksternal yang nggak bisa kita kontrol," ucap gue pelan-pelan. Gue melihat Dira tarik nafas dalem-dalem.

"Maaf baby karena aku belum berani coming out ke Daddy," kata Dira lirih. Iya itu maksud gue. Faktor eksternal yang paling gue takutin adalah daddy-nya Dira. Nggak enak banget udah empat tahun pacaran tapi kita masih backstreet dari orang tuanya Dira. Ya kalau gue nginep di tempat Dira sih nggak pada curiga. Tapi kadang Dira masih suka bohong kalau pergi sama gue atau nginep tempat gue.

"Sayang, udah, jangan overthinking, kita hadapi sama-sama," ucap gue sambil menggenggam tangan Dira. Doi langsung bersandar di bahu gue.

"Senyum dong baby, jangan cemberut mulu ah masih pagi," goda gue yang bikin Dira langsung tersenyum lebar.

Sebelum ke kantor Dira, gue mampir sebentar ke toko kue langganan Mami buat ambil pesanan. Hari ini gue mau bawain makanan buat anak-anak kantor Jakarta News itung-itung syukuran kecil-kecilan karena gue balik lagi ke Indonesia dengan keadaan sehat walafiat.

"Halo semuanyaaaa, aku bawa kue," sapa gue begitu sampe.

"Aleeee....." teriak hampir semua orang dan langsung berbondong-bondong menghampiri gue. Waduh waduh, pada excited banget ketemu gue sekaligus ngucapin selamat buat kelulusan gue.

"Aleeee aaaak," teriak Kak Dinda yang langsung memeluk gue erat. "Kangen banget deh ya ampun. Udah gede banget sekarang," tambahnya.

"Perasaan dari dulu udah gede ya mohon maaf,"  timpal Bang Kai.

"Diem lu butchi, dulu kan masih SMA. Sekarang udah lulus kuliah," balas Kak Dinda. Masih jadi tikus sama kucing ya mereka berdua. Empat tahun berlalu, tapi nggak ada perubahan sama sekali. Cuma rambut si Bang Kai agak gondrong aja sekarang.

"Broooo, apa kabar broo. Makin-makin dah lu," ucap Bang Kai sambil meluk gue ala bro. "Hampir aja my princess Anilaphat Sawetwarit KW Super gue sikat karena lo kelamaan jadi wibu," tambahnya. 

"Hah? Siapa tuh, bang?" tanya gue yang bener-bener nggak tau. Asli kuliah di Jepang bikin gue nggak update apapun kalo nggak Dira yang ceritain setiap kali kita sleep call. Di Jepang gue cuma kuliah, kerja, kuliah, kerja, tidur, atau kalau ada libur lumayan ya gue jalan-jalan aja sendiri. 

"Dih, lo ya emang bener-bener jadi wibu. Ya itu karakter GL series di tahun 2024 yang diperanin sama Becky Armstrong juga," jawabnya. Gue melirik ke arah Dira.

"Aku udah pernah cerita, tapi kamu tinggal tidur pas itu," ucap doi. Gue hanya bisa oh aja sambil ngangguk-ngangguk.

"Oke, nanti gue tonton, bang," ucap gue.

"Basi ah. Freen sama Becky aja udah pisah dan menemukan jalannya masing-masing sekarang," kata Bang Kai dengan nada sedih.

"Ya udah sih, kan masih ada Ale sama Dira. Boleh lah pada nge-ship kita, #AleDira," kata gue sambil merangkul Dira.

"Tuh Din, kita nggak mau ikut-ikutan mereka juga? Daripada lo nyari-nyari lagi kan," ledek Bang Kai kepada Kak Dinda.

"Dih, itu mah elo yang mau sama gue! Jangan harap deh lo," balas Kak Dinda sambil noyor kepala Bang Kai. Nggak ada berubahnya sama sekali nih berdua diliat-liat.

Lagi asyik liat Bang Kai sama Kak Dinda ledek-ledekan, tiba-tiba Tante Gita masuk ke departemen Mami sambil bawa satu buket bunga. Jelas lah semua anak-anak kantor pada liatin. Mana doi pake kacamata item lagi. Agak nekat juga ya akhir-akhir ini si Tante. Pantes Mami jadi agak risih dan ragu  mau nikah sama Tante Gita.

"Eh sayang, kok kamu di sini?" tanya Tante Gita begitu melihat gue. Doi langsung nyium kedua pipi gue seperti biasa. 

"Iya Tante, abis nganterin Dira. Sekalian bawain kue buat anak-anak sini," kata gue yang cuma bisa saling tatap-tatapan sama Dira.

"Leonor ada di ruangan kan, Dir?" tanya Tante Gita kepada Dira.

"Iya Tante, udah ada daritadi," jawab Dira yang juga bingung sama kelakuan Tante Gita.

"Oke, Tante masuk dulu," ucap Tante Gita yang langsung masuk ke ruangan Mami. 

Setelah Tante Gita masuk, gue cuma saling tatap sama Dira. Bang Kai sama Kak Dinda juga ikut masang muka bertanya-tanya. Mami memang nggak pernah nyembunyiin hubungannya sama Tante Gita dari siapapun di kantor. Tapi Mami orang yang sangat menjaga private life-nya dan Tante Gita juga tahu itu. Ini aneh. 




Dua GenerasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang