"Gimana amor?," tanyaku kepada Gita setelah ia memutus panggilan telepon Ale.
"Katanya mau naik ojek online aja anaknya, sayang," jawab Gita sambil mengusap kepalaku. Aku lalu menghela nafas panjang dan menyandarkan kepalaku di pundaknya. Melihat ekspresiku yang berubah, Gita langsung mengecup kepalaku dan mengalungkan tangan kirinya di pundakku.
"Bentar lagi anak itu masuk kuliah, amor. Jujur, aku khawatir kalo dia beneran kuliah di luar kota atau di luar negeri," ucapku berkeluh kesah.
"Ya kalo dia kuliah di luar kota, setiap weekend kita tengokin, sayang. Kalo dia kuliah di luar negeri, ya kita ikut pindah aja ke luar negeri," ucap Gita dengan enteng sambil tetap fokus ke layar ipadnya. Aku lalu menyikut perutnya. "Aduh," ujarnya meringis terkena sikutanku.
"Enteng banget mulutnya ngomong," protesku.
"Hehehe maaf maaf. Aku cuma mikir praktis aja, sayangku," kata Gita yang langsung mengecup bibirku.
"Kata wali kelasnya, Ale daftar universitas di Bandung sama di Jepang. Kemarin Papa juga nawarin apa Ale mau sekolah di Spanyol aja sekalian, mumpung masih ada keluarga yang bisa ngawasin dia di sana. Papa mau full biayain juga katanya," kataku.
"Kalo Papa kamu full biayain, uang aku sama uang kamu buat apa, sayang? Masa iya buat bikin mini-Alejandra lagi," canda Gita sambil mengedip-ngedipkan matanya kepadaku dengan senyuman menggoda yang dibuat-buat. Spontan aku langsung mencubit lengannya.
"Kamu yang hamil sama ngelahirin ya tapi. Aku nggak dulu," balasku seraya menangkupkan kedua telapak tanganku. Gita tertawa terbahak-bahak dan lalu mengecup bibirku bertubi-tubi. "Awas minggir, cium-cium mulu," kataku dengan berusaha melepaskan pelukan dan ciuman Gita.
Tiba-tiba ponsel Gita bergetar. Tertera nama Agnes Kinanthi Gunawan melakukan panggilan masuk. Gita langsung melepaskan pelukannya dan mengangkat telepon dari Agnes.
"Sebentar, Agnes telepon, sayang. Takut urgent," ucap Gita yang langsung meraih ponselnya. "Halo, Agnes," sapanya terlebih dahulu.
"Halo, Kak Git. Kak, sorry banget aku ganggu weekend-nya. Barusan banget aku email penawaran untuk supplier yang udah aku approach. Dia minta dikabarin within 3 days ini karena udah ada orang lain yang kasih penawaran. Tapi dia sregnya sama kita, kak. Jadi mereka mau tunggu penawaran dari kita," kata Agnes yang bisa aku dengar karena Gita meng-loudspeaker ponselnya. 'Kak Git' ya.
"Oke, wait, Nes. Aku cek dulu mumpung lagi buka ipad," balas Gita yang langsung membuka ipadnya dan memeriksa email yang baru saja dikirimkan Agnes.
"Oke, Kak Git" balas Agnes menunggu Gita yang masih serius membaca.
"Nes, cus aja. Aku setuju sama penawaran yang dibikin kamu. Semua udah sesuai rencana kita. Thankyou so much, Agnes. Duh, nggak sabar banget kenalin menu baru ini ke customer," kata Gita yang terlihat sangat gembira.
"Haha ditto, Kak Git. Oke, aku langsung email orangnya ya," kata Agnes yang juga tak kalah gembiranya dari Gita.
"Oke Nes, jangan lupa cc aku ya. Big thanks once again lho," ucap Gita.
"My pleasure, Kak Git. Oke, maaf nih malam minggu ganggu hehe," kata Agnes.
"Enggak kok, ini lagi nyante aja sama Leonor sambil tunggu Ale pulang main," balas Gita yang membuatku terkejut. Apa Gita memang sudah sangat open dengan circle-nya?
"Oke oke. Salam buat Kak Leonor sama Ale ya. Bye Kak Git," pamit Agnes.
"Bye Agnes," balas Gita yang langsung mengakhiri panggilan dari Agnes. "Akhirnya, bentar lagi aku open menu terbaru di resto, sayang. Aku seneng banget," kata Gita yang langsung mengecup bibirku dan mengalungkan tangannya di leherku.
"Congrats, amor," balasku kepada Gita. "Btw, kamu belum cerita tentang Agnes ini," kataku yang berusaha menyembunyikan rasa cemburu.
"Oh iya, sayang, maaf aku lupa. Tapi ini bener-bener project kilat sih, jadi memang apa-apanya express hehe," ujar Gita. "Jadi, aku punya sahabat orang Argentina waktu di Texas. Nah, ternyata dia juga sahabatan sama Agnes ini waktu di kampus. Terus Agnes ini waktu di sana kerja jadi sous-chef di salah satu restoran Michelin Star dan berhasil menciptakan salah satu dessert perpaduan Western dan Amerika Latin. Aku baru tahu juga kalo dia ternyata baru buka resto di Jakarta, nggak beda jauh jarak waktunya sama resto aku. Ya udah deh, aku ngajak dia kerja sama buat exchanged menu dan ternyata dia excited juga," kata Gita dengan menggebu-gebu.
"Oke," kataku sambil mengangguk-angguk sebagai tanda memahami.
"Udah oke sama ngangguk-ngangguk doang nih?," tanya Gita.
"Tapi kamu cerita tentang aku sama Ale ke dia?," kataku balik bertanya kepadanya.
"She is one of us, sayang. Dia juga kenal sama mantan aku di Texas. Little circle," jawab Gita dengan cukup hati-hati.
"Oh," jawabku singkat sambil ngangguk-ngangguk lagi.
"Jealous?," ledek Gita kemudian sambil mencubit pelan pinggangku.
"No! Ngapain jealous. Udah tua nggak pantes," balasku dengan sedikit ketus dan melipatkan tangan.
"Yakin nih biasa aja? Yakin nih nggak cemburu?," bisik Gita ke telingaku dengan nada yang menggoda. Aku lalu memalingkan mukaku.
"Minggir sana ah, sama Agnes aja," kataku. Gita tertawa terbahak-bahak dan mengecup bibirku bertubi-tubi hingga aku pindah dari posisi duduk menjadi tiduran di atas sofa serta Gita berada di atas tubuhku.
"Aku nggak pernah tahu kalo orang jealous cantiknya bisa jadi berkali-kali lipat gini," ucap Gita yang masih terus meledekku dengan mengecup bibirku bertubi-tubi. Aku sudah tahu akan kemana arah kita jika Gita meledekku seperti ini.
"Amor, sebentar, aku mau ngomong dulu," kataku yang kali ini menahan kecupannya.
"Apa sayangku?," tanya Gita.
"Aku baru sadar kemarin belum lama ini dan setelah lihat Agnes. Meskipun kita seumuran, tapi kamu jauh kelihatan muda daripada aku. Ya meskipun uban kamu nggak bisa bohongin sih ini," kataku yang lalu mengusap rambut Gita. "Apalagi dengan statusku yang udah punya Ale. Mungkin kalo kamu nggak dateng lagi di hidup aku, ya aku akan selamanya jadi single mom. Aku terlalu takut untuk keluar dan membuka diri sama orang baru. Makanya, kehidupanku cuma berputar di antara Ale dan kerjaan. Beda sama kamu, amor. Aku yakin 90% kalo masih banyak cewek-cewek atau cowok-cowok bahkan yang lebih muda di luar sana, kayak si Agnes contohnya, yang mau sama kamu karena kamu punya both side gentlewoman dan intelligent, tapi juga playful dan elegant. Jujur, aku insecure, amor," kataku. Gita tersenyum dan lalu mengecup keningku dengan erat.
"Sayang, sayang, apa kamu itu nggak sadar kalo kamu itu cantik banget bahkan di umur segini?," ucap Gita seraya mengusap-usap pipi kananku dengan ibu jarinya. "Like I said, kalo sekarang aku bisa nikahin kamu secara resmi, aku nikahin kamu. Sampai kapan pun Leonor, kamu akan jadi orang yang aku pilih. Bahkan kalo ada kehidupan lagi setelah mati, I will always choose you and love you. Buang jauh-jauh pikiran negatif kamu, oke? I will always by your side," ucap Gita.
Gita lalu mengecup keningku lagi dengan hangat. Hingga akhirnya terdengar suara seseorang membuka pintu utama. Aku dan Gita pun bangun dari sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...