"Sayang, maaf banget ya, ini tiba-tiba bos aku nyuruh aku buat ikut dia survei lokasi," suara Radit dari balik handphone yang tiba-tiba ngebatalin nge-date kita hari ini di saat aku udah siap dan dandan.
"Oh gitu?," balasku dengan bete. Kenapa sih selalu kaya gini? Udah hampir 2 bulan aku nggak pernah ketemu dia. Bosnya posesif banget sampai apa-apa Radit suruh ikut. Iya, aku tahu sih ini buat masa depan dia, buat kebaikan karier dia, tapi aku juga pengin ngobrol sama dia, pengin take care dia, vice versa lah. Bukan semakin hari semakin anyep ini hubungan. Udah kalo jalan nggak bisa, hubungin seperlunya aja. Punya pacar tapi rasa single.
"Jangan marah ya, sayang. Maaf banget. Aku janji kalo hari ini kelar cepet, aku langsung jemput kamu buat dinner," ujar Radit.
"Nggak usah, yang. Aku udah nggak mood jalan sama kamu hari ini. Kamu fokus aja kerja, daripada kamu dimarahin bos kamu karena pengin buru-buru jemput aku pergi," sindirku kepadanya.
"Kok gitu ngomongnya, sayang? Aku juga pengin jalan sama kamu, ngelakuin hal-hal menyenangkan sama kamu, peluk kamu, cium kamu," ujarnya memelas dengan nada merajuk. Alasan klasik sejak dua bulan yang lalu sampai kupingku bosen dengerinnya.
"Iya, iya. Ya udah, kita jalan kalo kamu udah selo aja, yang. Aku hari ini mau di rumah, mau maraton nonton series. Kamu hati-hati ya, lancar-lancar kerjaannya," kataku yang langsung memutus panggilan telepon Radit.
Sepertinya batas toleransiku udah habis ke Radit. Mau marah pun udah nggak bisa. Jujur, aku udah pasrah sama hubunganku dengan Radit yang udah berjalan dua tahun yang semakin hari semakin dingin. Radit adalah pacar keduaku. Aku dan mantan pacarku yang pertama pun hanya bertahan dua tahun. Bedanya, mantan pacar pertamaku terlalu posesif dan clingy. Sedangkan Radit, di awal-awal hubungan kami, sampai membuatku yakin untuk berkomitmen dengannya. Tapi lama kelamaan juga jadi dingin. Atau mungkin karena dulu kami masih kuliah jadinya belum tahu realita yang ada di depan mata? Tiba-tiba ada panggilan masuk lagi. Kali ini dari Kak Kai.
"Halo Neng Mon KW Super, lagi di mana?," ujarnya memulai percakapan.
"Halo Kak Kai. Lagi di rumah nih, Kak. Ada apakah?," jawabku.
"Dir, join aku sama Dinda yuk sini. Kita lagi nongkrong di daerah Cikini. Biar ramean dikit aja sih, takutnya kalo berdua Dinda ngarep gue pacarin hehe. Atau lo ada janji sama cowok lo?," tanya Kak Kai memastikan.
"Belum ada janji apa-apa sih. Oke, sepuluh menit lagi aku nyusul ke situ. Nanti shareloc ya kak" jawabku.
"Nice! Kita tunggu ya, Dir. See you my Neng Mon KW Super, muah," ucap Kak Kai yang langsung menutup panggilan dan membagikan lokasi kafenya. Aku hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala dengan kelakuan Kak Kai.
Sesuai janjiku, aku pun pergi menyusul mereka sepuluh menit kemudian. Jarak dari rumahku cukup jauh sampai ke kafenya, sekitar satu jam. Untung hari ini papa, mama, dan Kak Dimas nggak kemana-mana, jadi aku bisa bawa mobil sendiri.
"Anjir, nggak di kantor, nggak di luar kantor, gue tuh selalu kaget kalo liat lo dateng, Dir. Bener-bener mirip Rebecca Patricia Armstrong. Mending lo daftar agensi artis aja deh, siapa tau lo terkenal di negeri konoha ini," kata Kak Kai begitu melihatku masuk ke kafe.
"Heh butchi, lo mau kita susah-susah ngerekrut orang lagi? Gue sih ogah ngerjain semua kerjaan," ucap Kak Dinda menimpali Kak Kai.
"Ya siapa tau doi lebih sukses jadi artis malah, kan seneng kalo punya temen artis sukses. Nanti jangan lupa sebut nama Abang Kai kalo lagi speech pas dapat award ya Neng hehe," ucap Kak Kai yang semakin hari semakin ngabers dan halu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Generasi
RomanceSelama 17 tahun, Eleonora menjadi orang tua tunggal bagi putrinya, Alejandra yang saat ini sudah beranjak remaja. Tidak mudah memang menjadi wanita karier dan menjadi seorang ibu. Apalagi sang putri susah diatur dan cenderung memberontak. Namun, di...
