-II-063-05-

81 16 0
                                    

PIKIRANKU tidak berhenti memikirkan cerita mengerikan tentang Mariam yang perutnya dirobek oleh bayinya sendiri. Cerita itu menyedihkan sekaligus membuat ngeri. Maksudku, jika——aku terlalu banyak berangan-angan——aku menikah dan mengandung bayi dari Immanuel, apa aku juga akan mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh Mariam? Apakah semua perempuan yang mengandung bayi dari seorang vampir akan mendapatkan nasib yang sama? Perut robek? Tulang belakang yang hancur? Bagaimana jika kebalikannya, perempuan vampir yang dihamili laki-laki manusia? Apakah nasibnya sama?

Aku ingin menanyakan semua pemikiran berlebihan itu kepada Immanuel, tapi di tengah-tengah ceritanya, Ella memanggilnya dan mengatakan hari sudah pagi dan sarapan untukku sudah siap. Ella tidak terkejut aku sudah bangun, ia vampir, mereka semua memiliki indra yang jauh lebih tajam dari manusia. Mereka pasti mendengar semua percakapan yang terjadi di dalam tenda.

Immanuel baru bercerita sampai bagian yang cukup untuk membuatku dipenuhi pertanyaan. "Pertumbuhan janin dari persilangan antara manusia dan vampir berbeda, bahkan terbilang sangat cepat, seminggu setara dengan sebulan. Teori itu dibuat oleh ayahku ketika menelitinya pada awal abad pertengahan."

"Bagaimana kelanjutan ceritanya?" tanyaku, tidak sabaran.

Immanuel tertawa kecil melihat tingkahku. "Kakek buyutku mengambil bayi dari perut Mariam ketika ia sekarat. Bayinya laki-laki, sangat tampan. Rambutnya cokelat gelap, perpaduan dari rambut hitam dari kakek buyutku dan cokelat kemerahan dari Mariam. Matanya sama seperti kakek buyutku tapi kulitnya tidak sepucat kulitnya. Lebih condong ke warna kulit Mariam, yang putih tapi memiliki rona kehidupan yang jelas. Ia berhenti mengagumi bayinya sendiri ketika menyadari kematian sudah di depan mata Mariam. Dengan penuh kekhawatiran, ia mendekati istrinya dengan hati-hati. Mariam bertanya tentang keadaan bayinya, kakek buyutku menjawab bahwa putra mereka baik-baik saja dan sekarang lebih baik pikirkanlah dirinya sendiri dulu. Tapi Mariam malah berkata jika waktunya sebagai manusia akan berakhir. Ia ingin dimuliakan, ia meminta kakek buyutku meminum darahnya. Sudah terlalu lama kakek buyutku puasa meminum darah manusia, staminanya tidak setajam ketika ia meminum darah manusia. Kakek buyutku menggelengkan kepalanya, ia tidak mau menyakiti istrinya dengan cara seperti itu. Ia sudah menyadari jika tidak ada manusia yang tenang ketika dihisap habis darahnya, karena mereka tidak sekedar kehilangan darah, tapi juga tersakiti oleh air ludah si vampir yang berubah menjadi sangat beracun ketika bersentuhan dengan darah.

"Namun Mariam bersikeras memaksa suaminya untuk melakukan itu. Akhirnya kakek buyutku mengalah dan melakukannya, hanya demi istrinya. Ia mendekati bagian leher dan menggigit tepat di urat nadinya. Tapi di luar ekspektasi, alih-alih menjerit kesakitan, Mariam malah mendesah melegakan. Seolah semua rasa sakit dan beban di punggungnya lenyap. Sebelum Mariam benar-benar mati, ia berkata, aku mencintaimu. Setelah istrinya mengatakan itu, air mata mengalir di wajah kakek buyutku. Dia mati-matian menahan tangis yang ingin pecah di tengah-tengah kegiatannya yang sedang meminum darah, ia pun berhenti dan tidak melanjutkan kegiatannya; meminum darah istrinya sampai habis. Meskipun lidahnya tidak ingin berhenti menghisap darah sang istri yang menggiurkan itu, keinginan hatinya lebih kuat sehingga membuat dirinya berhenti dan terisak di atas tubuh yang sudah tak bernyawa tersebut. Menyisakan darah yang sudah berubah menjadi racun di tubuh istrinya. Begitulah aturan pertama bagi vampir; tidak boleh berhenti menghisap sampai darah benar-benar habis, karena jika terhenti, darah itu akan berubah menjadi racun karena lendir vampir itu sendiri——"

"Sudahlah, berhenti menceritakan hal-hal seram di saat mentalnya seperti ini," kata Ella, yang tiba-tiba masuk ke dalam tenda. "Kau tahu, kau bisa membuatnya lebih depresi. Dokter seharusnya bisa lebih tahu dari seniman."

"Maaf," balas Immanuel sambil tersenyum simpul.

Ella memutar mata ke arahnya kemudian ia tersenyum padaku, seolah sedang mentransfer aura menyenangkan yang ia miliki. "Waktunya sarapan, koki terbaik alam liar kita sudah menyiapkan menu terbaik yang hanya bisa didapatkan di tempat bersalju seperti ini," katanya, dengan nada riang dan penuh kegembiraan.

Membeku #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang