AKU berenang seperti putri duyung. Cahaya matahari menembus air yang jernih. Keadaan di kedalaman air berpuluh-puluh meter terasa seperti atas daratan. Terumbu karang, anemon, rumput laut, ganggang, bintang laut, dan benda lainnya yang tidak aku ketahui memenuhi setiap bagian dasar yang dipenuhi batu karang dan pasir. Ikan berbagai warna, ukuran, dan bentur berenang-renang dengan anggun, mengibarkan sirip-sirip indah dan warna-warna menakjubkan dari tubuh mereka. Rasanya aneh aku bisa bernapas di dalam air. Ini terasa seperti imajinasi, tapi aku bisa merasakan dinginnya air yang bersentuhan dengan setiap inci permukaan kulit.
Pakaian dan rambutku berkibar-kibar. Ikan-ikan kecil mendekat dan menciumi rambut dan wajahku. Membuatku tertawa karena geli. Lalu empat perempuan tiba-tiba masuk ke dalam air. Aku mengenal tiga di antaranya, tapi yang satu membuatku bertanya-tanya. Ada Ella dengan rambutnya yang dicat setengah-setengah, ada ibunya Ella——Liliana——yang rambutnya cokelat tua, dan ada Mariah dengan rambut kemerahannya. Aku yakin pernah melihat perempuan ke empat itu di suatu tempat, tapi aku sedikit lupa di mana tepatnya aku pernah melihatnya. Rambutnya pirang panjang lurus. Tingginya mungkin hampir sama dengan ibunya Ella. Bentuk tubuhnya ramping dan indah. Ya, aku pernah melihatnya di foto yang terpajang di apartemen Rudolf, itu istrinya; Katrine.
Kami berenang-renang seperti duyung ke sana ke mari. Berinteraksi dengan setiap makhluk laut. Ada kawanan pari manta yang mendekat, kami menaikinya sebentar sebelum berpindah ke penyu-penyu besar yang berenang seperti burung air. Lalu hewan menakjubkan lainnya datang, itu adalah hiu paus dengan totol-totol putih di punggungnya. Bentuknya seperti ikan hiu tapi ia adalah paus. Kami memegang setia bagian siripnya, ia pun membawa kami berenang-renang berkeliling dengan kecepatan yang cukup cepat. Ini menegangkan tapi terasa menyenangkan. Kami tertawa-tawa. Kami melewati ubur-ubur berbagai warna yang sedang berenang-renang seperti kain di dalam air. Hiu paus yang kami naiki berenang mendekat ke permukaan, membuat kami bisa melihat langit biru dipenuhi awan-awan kapas yang bergumpal.
Hiu paus berenang melambat, membuat kami bisa menyembulkan kepala ke permukaan dan melihat kawanan lumba-lumba yang berenang melompat-lompat ke permukaan. Dari hiu paus, kami beralih berenang bersama para lumba-lumba. Mereka membawa kami berenang lebih cepat. Kadang membawa kami ke permukaan, menciptakan cipratan air yang terasa seperti tamparan di wajah. Tapi kami tertawa-tawa karena hal itu. Kebahagiaan memenuhi kami.
Setelah puas bermain-main air, lumba-lumba itu membawa kami ke bibir pantai. Di sana, para laki-laki sedang bermain voli pantai. Ada Immanuel, Evan, Etan, Louis——ayah Immanuel dan Ella, Max, dan seseorang yang aku tahu adalah Rudolf. Mereka semua bertelanjang dada. Tubuh-tubuh atletis yang kokoh berwarna putih pucat. Namun hanya satu yang menarik perhatiannya. Satu-satunya laki-laki yang melemparkan senyumannya karena menyadari keberadaanku yang sedang mendekati pantai. Aku membalas senyumannya.
Ketika semakin dekat dengan pantai, kami merasakan air laut tiba-tiba surut. Aku berbalik ke arah belakang dan menemukan gelombang tsunami setinggi tiga puluh meter. Aku tidak dapat mengekspresikan wajahku seperti apa. Aku kembali berbalik ke arah depan untuk melihat Immanuel. Semua laki-laki berlari mendekat dengan kecepatan tinggi. Namun aku melihat mereka dalam gerakan lamban. Air lebih dulu menyapu kami semua.
Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku seperti berguling-guling. Air membuat pandanganku tidak karuan. Kadang aku melihat langit. Kadang aku melihat gumpalan air yang menyembur ke segala arah secara bersamaan. Kadang aku melihat Ella, Immanuel, dan yang lainnya yang sedang terhantam air. Padahal awalnya aku merasa bisa bernapas dalam air, tapi sekarang aku merasa seperti tenggelam. Aku merasa sulit untuk bernapas dan ...
Aku terbangun dari tidur di samping seseorang yang sedang berbaring terlentang. Aku bernapas seperti seekor ikan yang hampir mati. Aku bergerak dari posisi awalku yang meringkuk, menyadari jika kami sedang berada di bukit yang tertutup oleh rumput setinggi tiga puluh sentimeter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membeku #2
Vampire[Lengkap] [Vampir] [17+] "Aku harus membayar semua yang sudah aku perbuat. Nathan diculik karena aku. Immanuel berjanji jika rencananya akan berhasil. Aku mempercayainya, dia adalah seseorang yang sangat aku cinta, tapi apa yang menunggu kami bukanl...