MOBIL melaju di jalanan lengang Distrik delapan belas kerajaan Kandania. Kami sudah enam jam berkendara. Suasana cukup hening setelah pembicaraan aneh tadi pagi. Obrolan aneh itu membungkam semua orang. Jika boleh berkata jujur, aku pikir umur mereka tidak lebih tua dari yang aku bayangkan. Maksudku, aku tahu mereka semua vampir, tapi ... tujuh ratus sampai seribu tahun lebih? Umur vampir macam apa itu? Aku lihat di film-film dan buku, paling tokoh utama vampir itu hanya berusia seratus sampai tiga ratus tahun saja, bahkan tidak sampai lima ratus tahun. Tapi, ya ... seharusnya aku tidak membandingkan kejadian yang aku alami ini dengan cerita fiksi. Kadang kenyataan bisa lebih gila dari fiksi.
Awalnya Immanuel terlihat agak was-was ketika jujur, tapi setelah melihat reaksiku yang kurang lebih hanya menunjukkan keterkejutan, tanpa ekspresi negatif lain yang mungkin dia kira akan terjadi. “Kau tidak ....” Dia bahkan tidak menyelesaikan kalimatnya karena terkejut dengan reaksi yang aku tunjukkan.
Aku, yang juga terkejut, hanya bisa berkata, “Wow.” Sambil mengembuskan napas panjang. “Jika manusia, tujuh ratus tahun sudah cukup untuk membuatnya tidak bisa lagi dibedakan dengan tanah.”
Ethan terbahak-bahak karena kalimatku itu. Dia bahkan hampir menyemburkan seluruh susu di mulutnya. Setelah itu, barulah suasa tidak secanggung sebelumnya. Immanuel tersenyum dan Evan ikut tertawa. Lalu aku bertanya, apakah mereka tidak bosan menjalani hidup selama itu?
Immanuel menjawabnya, “Aku tidak, aku malam memiliki banyak waktu untuk mempelajarinya banyak hal dan mempelajari banyak bahasa.”
“Satu-satunya yang membuat dia murung hanya ketika dia memikirkan jodoh,” tukas Ethan, lalu dia menyepertikan cara Immanuel yang murung. “Kapan aku menemukan jodoh? Kenapa aku tidak kunjung merasakan ‘zing’ kepada perempuan? Apa aku akan hidup kesepian selamanya? Dan bla bla bla.”
Immanuel, yang menjadi objek lelucon sepupunya tidak banyak berkomentar dan malah mengatakan pendapatnya perihal jodoh tersebut. “Aku melihat hubungan kedua orang tuaku yang terbilang cukup berhasil. Itu sebabnya aku seolah-olah mendapatkan tekanan dan terbayang-bayangi untuk mendapatkan kehidupan yang serupa juga.”
“Ya, sepertinya itu hanya kau saja. Ella sepertinya tidak pernah seperti itu,” ujar Ethan, lagi. Dia kembali memakan serealnya yang belum habis.
Di sisi lain, Evan malah bertanya, “Lalu bagaimana perasaanmu setelah bertemu Nathalia?” Tidak seperti Ethan yang menunjukkan ekspresi mengejek, Evan lebih terlihat penasaran.
Immanuel melirikku sekilas sebelum kembali menatap sarapannya yang dia mainkan dengan garpu. “Aku senang, sangat senang, seolah aku bisa terbang pada saat itu. Tapi——“ Ekspresi wajahnya berubah, aku tidak dapat mengartikannya dengan jelas. “——ada rasa takut yang selalu menghantuiku.”
Aku menatapnya, meminta penjelasan lebih jauh. Jika dia mengatakan soal sebuah hubungan ‘resmi', aku belum siap. Aku ingin berkata jika itu tidak penting, atau belum penting. Yang penting kami berdua sudah sama-sama mengakui jika kami saling mencintai. Menurutku itu sudah cukup. Aku belum menginginkan hubungan lebih jauh. Pacar? Mungkin. Menikah? Kurasa tidak. Maksudku belum. Tapi aku tahu pikiran semua orang yang membaca cerita ini tentang diriku. Aku tidak bisa memberikan hubungan yang lebih jauh dari ini dengan Immanuel karena aku memikirkan tentang pendapat Nathan tentang dirinya. Hubungan persaudaraan lebih penting, kan?
Ah! Kalian tahu, itu juga omong kosong!
Aku tidak akan membiarkan Nathan memberikanku distraksi untuk melakukan itu. Lagi pula Bibi dan Ayah pernah mengalami pertentangan tentang hal serupa, dan mereka berhasil. Jadi... halangannya pasti tentang hubungan serupa. Hhhmmm ... benar, Gio. Aku belum bisa memutuskan karena aku belum selesai dengan Gio. Bahkan aku tidak tahu kami sudah memulai atau belum. Jika dipikir-pikir, cinta pandangan pertamaku terhadap Immanuel terbilang nekat, terlalu mendadak, dan hanya berdasarkan hati. Tapi hubungku dengan Gio? Dua belas tahun kami bersama dalam sebuah hubungan. Apa waktu selama itu kurang cukup untuk mengenal satu sama lain? Aku tidak yakin. Kami tahu satu sama lain. Aku tahu semua teman-temannya, begitu pula dengannya yang tahu teman-temanku. Dia tahu apa yang aku suka dan apa yang aku inginkan, begitu pula denganku yang tahu tentang dirinya. Rasanya orang-orang pasti akan menganggap hubunganku dengan Gio lebih masuk akal. Itu juga yang membuatku memasukkan ke dalam pilihan. Namun pilihan-pilihan ini malah membuatku sulit mengambil keputusan. Tapi ya sudah lah, jangan terlalu dipikirkan, masalah utama sekarang bukanlah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Membeku #2
Vampire[Lengkap] [Vampir] [17+] "Aku harus membayar semua yang sudah aku perbuat. Nathan diculik karena aku. Immanuel berjanji jika rencananya akan berhasil. Aku mempercayainya, dia adalah seseorang yang sangat aku cinta, tapi apa yang menunggu kami bukanl...