🌼Part 51⚠️

134 7 0
                                    

*sebuah prolog tanpa epilog*

*sebuah prolog tanpa epilog*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


(Menyesal)

Hanya ada kesunyian yang menyelimuti ketiga orang itu, mereka saling menundukkan kepalanya masing-masing. "Ada apa ini? Kenapa semuanya jadi gini? Apa salah kalo gue mau istirahat sebentar dan kalian seharusnya jagain adik gue?!"

"Kalian orang tuanya! Tapi seolah-olah kalian memperlakukan Nara seperti binatang?"

Isak tangis terdengar pilu dari laki-laki itu. "Dia seorang diri... BERJUANG HABIS HABISAN BUAT HIDUPNYA" teriak Bara

"KALIAN JUSTRU MALAH MELEPAS KEWAJIBAN KALIAN SENDIRI?!"

"GUE KECEWA PUNYA ORANG TUA KAYAK KALIAN!"

"BARA!" teriak Liana

"Kamu gak boleh bentak orang tua kamu! Bunda gak pernah ngajarin kamu kayak gitu!" Sentaknya

"Bara juga gak pernah mau di ajarin sama bunda. Bara gak mau lahir dari rahim bunda. Bara juga gak mau punya ibu kayak bunda. Yang hanya mementingkan egonya sendiri!"

"Bunda lakuin itu karna memang kamu harus dapat keadilan..."

"KEADILAN APA?! INI YANG DI SEBUT KEADILAN?! KALO GITU... Bara akan perjuangkan keadilan buat Nara"

"Apa yang akan kamu lakukan bara" tanya Haris

"Memutuskan hubungan dengan kalian" jawab bara

"BARA!" teriak Liana

"DIAM! jangan bentak Bara seperti kalian membentak Nara". Laki-laki itu segera pergi dari rumahnya, menghiraukan Liana yang terus memanggil namanya.

*****

Terdiam dan sunyi, menyelimuti tempat yang selalu riuh oleh suara suara tawa, pandangan yang kosong dan minuman yang terus di teguk tanpa ada habisnya.

1 bulan setelah kepergian dari Nara Eliza Virtian.

Masih dalam rangka berduka, semua teman Nara kini berada di markas besar Xarvanos.

"Stel, nanti kita bertiga nyanyi bareng yok? Pas hari perpisahan kelas XII" ucap mori

"Ayok" jawab stela dengan antusias

"Kita harus nyanyi yang happy happy, kalo perlu dangdut koplo aja biar pada joget-joget" sambung Abel

"Ide bagus tuh" balas mori sambil tertawa

Gibran menghembuskan nafasnya dengan perlahan. "Gak terasa udah mau lulus aja nih gue"

"Mending kalo Lulus, kalo kagak?" Tanya Lorenzo

"Ya gapapa tinggal lagi aja sama adik kelas" jawabnya dengan santai

"Emang udah gila nih temen gue" ujar Lorenzo

"Kalian mau lanjut kuliah?" Tanya stela

"Pastinya sih gue kerja ya bantu bantu papah" jawab Gibran

"Gue juga kerja, biar bebeb mori aja yang kuliah gue cari kerja biar dapat cuan terus bisa cepet-cepet halal-in bebeb mori" jawab Lorenzo

"Dasar bucin akut!" Seru astlan

"Astlan Lo gimana?" Tanya mori

"Gue sih kuliah bareng Al" jawab astlan

"Di sini?"

"London"

"Jauh amat, jadi Lo sama stela LDR gitu? Gak seru!!" Jutek mori

Stela hanya tersenyum manis.

Algerian saat ini tidak bergabung bersama mereka, karena Al tidak mau di ajak minum dengan alasan ia akan menepati janjinya kepada Nara, untuk tidak merusak tubuhnya dengan minuman-minuman seperti itu.

Laki-laki itu kini berada di kamarnya, membuka sebuah album yang terdapat foto-foto masa kecilnya bersama Nara.

Al teringat satu kejadian saat kecil, dimana saat itu....

"Ara ayo!! Al disini tangkap Ara biar gak jatuh" teriak seorang anak kecil yang begitu imut dan menggemaskan

"Tangkap Ara yah! Awas kalo Ara nanti jatuh"

Ternyata gadis kecil yang bernama Ara itu sedang menaiki sebuah seluncuran dan ia merasa takut saat akan meluncur, tetapi temannya yang kerap ia panggil Al itu berada di bawah seluncuran dan bersiap untuk menangkapnya agar tidak jatuh.

"Ara datang sekarang Al" teriak gadis kecil itu

Nara meluncur dari seluncuran dan dengan sigap Al menangkapnya, karena dorongan yang sangat keras dan Al yang masih kecil tidak dapat menahan Nara, sampai Nara terjatuh di atas tubuhnya.

"Hikss hikss..." Nara menangis dan bangkit dari atas tubuh al.

Telapak Tangan gadis kecil itu memerah dan membuatnya menangis. Al yang melihat Nara menangis segera melihat kedua telapak tangan itu dan meniup-niupnya.

Al segera membawa Nara pergi kedalam rumahnya agar ibunya bisa mengobati tangan Nara, tanpa ia rasakan bahwa sikut nya juga terluka, terdapat darah disana.

Algerian tersenyum mengingat masa kecilnya bersama Nara.

Terdapat sebuah foto dimana dirinya, Nara, mamah, dan papahnya sedang makan di sebuah restoran sehabis pulang sekolah.

Ada foto Nara yang sedang belepotan memakan eskrim yang ia rebut dari Al, foto itu di ambil oleh mamahnya.

"Makasih karena Lo udah hadir di dalam hidup gue. Gak kerasa satu bulan Lo udah pergi ninggalin gue"

"Lo tau Ra? Saat itu gue yang ninggalin Lo, tapi gue gak pernah ngerasa kesepian seperti ini. Tapi sekarang gue bener-bener kesepian, gue kangen sama Lo Ra"

"Beberapa hari lagi kelulusan. Gue udah punya rencana buat bawa Lo pergi berobat sambil liburan tapi semuanya gak sesuai ekspektasi gue" laki-laki itu bicara pada foto Nara yang ada di tangannya.

"Gue sempat berfikir bahwa ini salah tuhan, tapi ternyata takdir lah yang harus di salahkan"

Algerian memeluk foto itu, ia berbaring di atas kasur dan menyelimuti tubuhnya dengan jaket yang sering Nara pakai. Memeluk foto itu dengan erat, setetes air mata mulai mengalir kembali dari matanya.

Ternyata benar, rindu yang paling hebat adalah saat kalian merindukan seseorang yang sudah berbeda alam. Tidak ada kerinduan paling tinggi kecuali merindukan orang yang telah tiada.

✿QUEEN✿

TYPO? TANDAI !

Algerian Off Queen |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang