BAB 1

2.9K 103 83
                                    

"Mengapa lampunya bisa padam? Suruh bagian keamanan untuk memeriksa listrik! Cepatlah! Agar listrik kembali bekerja," perintah Arland pada anak buahnya.

Pria itu memutuskan panggilan lalu beralih menyentuh ikon senter yang ada di ponselnya.

Riuh dari suara para tamu ketika di gedung mewah yang mereka tempati lampunya sedang padam. Di antara mereka bahkan juga ada yang menyalakan senter dari ponselnya.

Arland berjalan melewati para tamu dan naik ke atas panggung, tempat di mana terdapat pelamainan di atasnya. Ia ingin menyampaikan sesuatu kepada para tamu atas ketidaknyamanan karena lampu yang tiba-tiba padam.

Namun, sebelum mengatakan itu. Gio, anak buahnya tadi kembali menghubunginya.

"Halo, Pak Arland! Kabel listrik di luar gedung putus. Sehingga listrik tidak bisa menyala," ucap anak buahnya.

"Astaga! Cepat hubungi tim lainnya untuk menyelidiki penyebab kabel itu putus! Panggil PLN juga untuk segera memperbaikinya. Sekarang cepat kemari! Suruh mereka nyalakan genset! Genset otomatis itu sama sekali tak bekerja," ucap Arland setengah berteriak lalu ia memutuskan panggilannya.

Arland pun mulai berbicara dengan lantang kepada para tamu. Ia bersuara dengan kuat dan keras meski tidak memakai mic atau toak. Tentu itu cukup menguras sedikit tenaga baginya.

"Selamat malam para Hadirin yang terhormat! Untuk para tamu, kami mohon maaf atas ketidaknyamanan Anda semua di sini. Kami mengalami kendala teknis pada kabel listrik. Sekali lagi kami mohon maaf! Sementara ini akan dinyalakan genset. Jadi, Hadirin dimohon bersabar untuk menunggu listrik kembali menyala. Semoga Anda semua dapat memakluminya. Terima kasih!" ucap Arland dengan tegas.

Terdengar suara riuh dari para tamu. Tak jarang beberapa orang mengkritik bagaimana bisa hal ini terjadi di resepsi pernikahan mewah seorang CEO dari perusahan besar. Ada juga yang merasa jengkel. Di antara mereka juga memutuskan untuk pulang saja setelah pamit pada Arland, mereka sudah tak mau menunggu lebih lama lagi. Para tamu pamit pada Arland sebab tak menemukan kedua mempelai pengantin.

Lima belas menit telah berlalu, genset berhasil dinyalakan. Gedung pun kini terang kembali. Para tamu dan acara diambil alih oleh salah satu anak buah Arland.

Arland menghubungi bosnya sambil berjalan menuju lantai atas. Tempat di mana kamar mempelai pengantin berada. Ia menaiki lift agar cepat sampai.

Alternatif lainnya adalah menaiki tangga biasa. Tangga ini didesain mewah dan elegan, bercabang dengan bentuk model Y. Karpet yang menjadi alas tangga tersebut berwarna merah maroon berpadu dengan corak lirisan berwarna krim di sisi kanan kiri serta terdapat motif bunga di sisi pinggirnya.

Berungkali ia menelepon bosnya tetap tidak ada jawaban sama sekali. Tidak biasanya seperti itu. Dia juga menelepon istri bosnya, tetapi nomornya tak aktif. Arland menjadi gusar dan khawatir.

Di kamar pengantin, Azkara tengah terduduk di lantai dengan mata terpejam dan bersender tepat di depan kasur. Polselnya yang berada di atas nakas terus berdering. Panggilan masuk dari Arland, asisten pribadinya.

Arland tiba di depan kamar pengantin. Ia mengetuk pintu. "Permisi, Tuan Muda Azkara! Ini saya Arland," ucap Arland nyaring.

Tidak ada sahutan. Ia melihat seluruh ruangan lantai dua. Sepi, batinnya.

Kembali Arland menoleh dan mengetuk pintu lebih kuat dari sebelumnya. Ia berkata dengan lantang, "Permisi, Tuan! Ini saya Arland."

Tidak ada tanda tanda-tanda pintu akan dibuka. Sudah hilang kesabaran, dia mendobrak pintu dengan dua kali tendangan, alhasil pintu pun terbuka.

"Tuan Azka!" teriak Arland. Ia berlari masuk ke dalam.

Arland mencoba membangunkan Azkara. Namun, sulit sekali untuk dibangunkan. Ia pun menduga bahwa bosnya itu pingsan.

"Halo, Gio! Tolong kau bawakan Dokter Ryan ke kamar pengantin Tuan Muda sekarang. Saat ini Dokter Ryan ada di lantai bawah. Katakan padanya ada keadaan darurat yang harus dia tangani."

"Baik, Pak!" jawab Gio.

Ia membopong tubuh bosnya ke atas kasur lalu membaringkannya. Arland mengedarkan pandangan ke seluruh kamar mencari keberadaan Meika, istrinya Azkara.

Di mana Nyonya Meika? batinnya.

Ia berjalan mendekati kamar mandi. Ada rasa tak enak di hatinya dengan lancang menghampiri kamar mandi yang jika di dalamnya memang ada istri bosnya. Tapi ia terpaksa melakukan itu demi memastikan.

"Permisi, Nyonya Meika! Saya Arland Asisten Pribadi Tuan Azka. Maaf sebelumnya, Tuan Muda saat ini saya temukan pingsan di dalam kamar ini," tuturnya.

Hening, tak ada sahutan. Arland dengan berani mengetuk pintu kamar mandi dan mengulangi kalimatnya kembali. Tetapi, tetap tidak ada respon sama sekali dari dalam.

"Nyonya! Apa nyonya ada di dalam? Tolong cepat keluar! Tuan Muda pingsan," teriak Arland.

Lama ia menunggu. "Astaga!" gerutunya kesal.

Ia pun memutar knop pintu kamar mandi meski dinilai tidak sopan. Ia berpikir jika hal buruk telah menimpa nyonyanya di dalam. Perlahan kepalanya saja yang masuk celingukan melihat ke seluruh ruangan. Ia lantas menekan saklar lampu kamar mandi dan melangkah masuk. Tak didapatinya keberadaan Meika.

"Nyonya Meika!" panggilnya.

Matanya awas melihat ruangan. Dilihatnya ada paperbag di dekat wastafel. Bergegas ia ambil dan membawanya ke luar. Kemudian, Gio dan Dokter Ryan datang. Mereka terkejut melihat Azkara terbaring.

"Apa yang terjadi pada Tuan Azkara?" tanya Dokter Ryan.

"Sepertinya Tuan Muda pingsan, Dok," sahut Arland.

Lalu ia menceritakan dari awal hingga akhir bagaimana ia menemukan Azkara yang sudah pingsan.

"Saya akan memeriksanya," ucap Dokter Ryan. Ia mulai memeriksa Azka.

Dokter Ryan memang tamu, tetapi Azkara juga sengaja memintanya khusus menjadi dokter pribadi di acara resepsi pernikahannya. Maka dari itu, Ryan membawa peralatan kerjanya di tas khusus.

"Dia bukan pingsan. Saya menemukan adanya gejala bahwa Tuan Azkara mengonsumsi obat tidur sehingga membuatnya tertidur berat," pungkas Dokter Ryan.

"Baiklah, terima kasih, Dok! Saya akan menangani ini," jawab Arland.

Ia melirik memberi kode pada Gio yang sedari tadi berdiri tegap. Gio pun mengangguk paham.

"Mari, Pak Ryan!" ucap Gio mempersilakan Ryan keluar. Mereka pun pergi kembali ke lantai bawah.

Arland mengambil gelas lalu menuangkan air dari dalam teko. Dipercikkannya air ke wajah Azkara. Setelahnya ia mendekatkan botol minyak angin yang sudah dibuka tutupnya ke hidung bosnya sembari menampar pelan pipi Azkara. Dua menit kemudian, Azkara bangun dengan kepala yang terasa begitu berat. Ia berusaha bangkit dan dibantu oleh Arland.

"Kepala saya sakit dan pusing. Kenapa kau ada di sini, Lan?" tanya Azkara dengan mata yang masih terkantuk-kantuk.

Arland pun menceritakan segalanya mulai dari kabel listrik yang putus dan keberadaan Meika yang tidak ia temukan.

"Kau sudah memeriksa ke seluruh ruangan dalam gedung ini?" tanya Azkara. Ia mengingat-ingat sesuatu dan mengerutkan dahi.

"Saya sudah mengerahkan anak buah untuk mencari Nyonya Meika ke seluruh ruangan gedung. Namun, hasilnya nihil," jawab Arland.

"Apa?" ucap Azkara terkejut, ia mulai khawatir dengan keberadaan istrinya.

"Terakhir kali sebelum saya tertidur, saya melihat istri saya ada di kamar mandi."

Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif Where stories live. Discover now