BAB 7

616 53 38
                                    

Wanita bersanggul itu kemudian meletakkan cangkir kopinya.

"Maaf, Nyonya Ira. Mengapa Anda begitu membenci Nyonya Meika?"

"Apa kau ingin tahu penyebabnya?" tanya Mahira.

Arland mengangguk. "Iya, Nyonya."

"Arland, bukankah kau tahu bahwa aku tidak membenci sembarang orang tanpa sebab yang fatal. Meika yang kelihatan polos itu benar-benar telah menyakitiku sebagai seorang ibu!" sergah Mahira.

"Dia memaksaku agar menyetujui pernikahannya dengan Azkara karena rahasiaku yang diketahuinya. Dia menjadikan itu sebagai senjata untuk mengancamku. Apa kau masih berpikir dia wanita tulus dan baik?"

"Rahasia?" tanya Arland.

"Ya, aku akan mengatakannya padamu. Aku rasa kau adalah orang yang tepat untuk kuberitahu. Aku mempercayaimu, Arland. Kuminta setelah kau mendengarnya, jangan beritahukan pada siapapun termasuk Azkara dan Liza."

"Tapi kenapa, Nyonya Ira? Kenapa mereka tidak boleh tahu?"

"Mereka mungkin akan terluka," jawab Mahira. Sesaat ia termenung mengingat kejadian dua puluh delapan tahun silam.

"Mama!" teriak Liza yang berlari menghampirinya.

Mahira sedikit terkesiap atas kedatangan putrinya.

"Ma! Arland punya foto Meika yang ditemukan oleh anak buahnya. Saat aku minta dia tidak mau memberinya. Apakah pekerja seperti itu layak dikatakan sopan? Dia benar-benar menolak permintaanku, Ma," adu Liza yang sudah berdiri di hadapannya.

"Foto Meika?" tanya Mahira.

"Iya, Ma! Keberadaannya berhasil ditemukan. Aku sudah minta baik-baik, tetapi dia tidak mau memberikannya. Bahkan saat mau memberikan nomorku, dia malah nyerocos pergi begitu saja." Tatapan sinis ia layangkan pada pria sebayanya itu.

"Kau itu hanya ingin meminta foto atau bertukar nomor dengannya, hmm?" goda Mahira.

"Apa? Tentu tidak! Dia bilang kalau dia tidak punya nomorku makanya aku ingin memberinya agar dia bisa mengirim foto itu. Ayolah, Ma! Hanya masalah foto kenapa diperumit seperti ini? Aku hanya ingin satu foto! Satu foto, Mama!" Liza mengeluh tanpa jeda sembari mengacungkan jari telunjuk kanannya.

"Ya sudah. Arland, tolong kau kirimkan foto itu kepadaku saja, ya."

"Baik, Nyonya." Arland mengirimkan foto Meika kepada Mahira melalui aplikasi chat hijau.

"Sudah, Nyonya Ira."

Giliran Mama yang minta langsung diberinya. Tahu begitu aku tidak perlu merusak imageku karena telah membujuknya tadi, cibir Liza dalam hati.

Dia juga mengingat perbuatannya pada Arland tadi. Ia jadi jijik dan malu sendiri akibat tingkahnya.

"Terima kasih! Oh iya, untuk hal tadi kita bicarakan lain waktu di tempat yang lebih aman. Nanti aku akan mengabarimu. Tolong tetaplah bungkam!"

"Iya, Nyonya Ira. Kalau begitu saya permisi!"

Setelah Arland pergi, Liza menanyakan sesuatu pada Mahira.

"Apa yang Mama bicarakan dengannya?"

"Tidak ada. Hanya bisnis rahasia."

"Ma! Mama sudah tahukan dia itu seperti apa? Dia tidak sopan dan tidak baik padaku. Jadi cari saja orang lain yang bisa menggantikannya. Mama lihatkan kinerjanya? Menemukan Meika saja butuh waktu lama."

"Justru karena Mama sangat tahu tentangnya makanya dia dipekerjakan di perusahaaan dan menjadi asisten pribadi Azkara. Jadi, Azkaralah yang berhak memutuskan pekerjaan Arland. Lagi pula, dia sudah Mama anggap seperti keluarga. Mama harap kamu juga menganggapnya seperti saudaramu sendiri dan berhentilah untuk mengejek atau menghinannya. Dia adalah anak orang yang telah berjasa pada kita."

Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif Where stories live. Discover now