BAB 16

302 40 69
                                    

"Ya Allah, tolonglah aku. Siapa pun tolong aku." Yasmin panik merasa semakin lemas tak berdaya, takut pria di dekatnya ini macam-macam padanya.

Riko ingin menjangkau wajah Yasmin, tetapi terhalang oleh ventilator yang menutupi sebagian wajahnya.

Kubuka saja, lagi pula hanya sebentar. Tidak akan beresiko, ucapnya dalam hati.

Setelah melepas ventilator, perlahan wajah Riko semakin mendekat sementara kedua tangannya menangkup wajah gadis itu. Yasmin kesusahan bernapas akibat ventilator terlepas. Diselimuti ketakutan, ia meremas pelan sprei.

"Kurang ajar!" bentak Aldrich, kakinya menendang kuat bokong pengawal itu hingga tersungkur. Riko kalang kabut tak menyangka akan tertangkap basah. Ia tak menduga kalau Aldrich akan kembali. Yasmin bersyukur karena selamat dari lelaki yang hendak menodainya.

"Tidak, Pak. Saya hanya ...," ucap Riko membela diri.

"Diam kau!" hardik Aldrich. Ia memasang kembali ventilator Yasmin hingga gadis itu tak lagi kesusahan bernapas.

Aldrich menarik kera seragam Riko. "Beraninya kau mengambil kesempatan saat aku menyuruhmu mengawasinya! Aku tidak akan membiarkanmu bekerja di sini lagi! Nyonyamu harus tau kalau kau telah melanggar aturan yang telah dibuatnya." Ia menyeringai.

Jhon baru saja tiba membawa botol berisi air minum. Lelaki itu menyaksikan kejadian di hadapannya. Ia bertanya-tanya apa yang menyebabkan Aldrich begitu marah pada Riko.

"Ikut aku!" Aldrich menarik kasar Riko. Saat ia melewati Jhon yang terdiam di ambang pintu, pandangan mereka bertemu.

"Kau, juga ikut!" ucap Aldrich penuh emosi.

Mereka meninggalkan Yasmin dengan kondisi pintu tak terkunci. Yasmin sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan antara dua lelaki di dekatnya barusan.

Ia berusaha bangkit dari pembaringan kemudian melepas ventilator serta infus yang terpasang padanya. Ia mencoba menghirup udara perlahan sampai merasa tak sesak lagi.

"Aku harus keluar. Jangan sampai pria itu datang lagi. Aku akan minta pihak rumah sakit menghubungi keluargaku," ujar Yasmin yang mengira bahwa ia berada di rumah sakit sambil menuruni ranjang pelan-pelan.

Langkahnya terseok-seok sempoyongan. Ia tak peduli dengan kondisinya, yang terpenting ia harus menghubungi sanak saudara. Ia menyusuri lorong kamar lalu berbelok ke kanan. Dari tempatnya berdiri sekarang terlihatlah lantai satu. Ia melihat ada banyak pria berkumpul di bawah sana. Ia lalu mundur bersembunyi di balik dinding.

"Lancang sekali kau melakukan hal itu padanya? Semua orang di sini bekerja sama dan mengikuti semua peraturan dan perintah yang berlaku. Sementara kau malah melanggarnya, kulihat tadi kau mau mencium gadis itu!" ucap Aldrich sengit. Suara baritonnya menggelegar di seisi rumah. Ia terus menghujamkan tatapan tajam pada Riko sembari mengepalkan tangan.

Riko dikelilingi oleh beberapa pengawal lain termasuk Aldrich. Dirinya sedang dalam hakiman pria berambut gondrong berkulit eksotis itu. Bisa saja dia melawan Aldrich dengan kemampuan bela dirinya. Namun, pasti ia akan dikeroyok oleh sesama pengawal lain. Ia hanya bisa memohon untuk tidak dipecat.

"Jika mau, sudah terlebih dahulu kulakukan sebelum dirimu. Bisa saja aku berbuat diam-diam dan menyuap siapa pun yang tahu. Tapi, tidak! Aku menahan diri karena aku masih mematuhi perintah nyonyamu. Aku bekerja sama dengannya jadi harus tahu diri. Sedangkan dirimu?" Aldrich tertawa remeh.

Sayup-sayup Yasmin mendengar penuturan Aldrich yang membuatnya terperanjat. Ia berpikir jika dirinya sedang tidak di rumah sakit melihat tampilan sekitar ruangan. Yasmin beranjak ke arah kamarnya. Otaknya bekerja mencari jalan lain. Tak mungkin ia harus turun melewati sekumpulan orang di bawah.

Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif Where stories live. Discover now