"Tidak. Aku sengaja tidak memberi tahu Mama. Mama pasti tidak akan mengizinkan karena kondisi mental dan fisikku. Semalam saja Mama terus menyuruhku untuk istirahat akibat obat tidur dan ledakan itu, padahal aku baik-baik saja. Kuminta jangan beritahu siapa pun. Untuk pekerjaan di kantor pusat Kak Liza dan kau yang meng-handle," tutur Azkara.
Arland tak habis pikir, kenapa seorang suami harus diam-diam pergi untuk mencari istrinya.
"Azkara, kau pergi dengan siapa?" tanya Arland.
"Beberapa ajudan dan seorang supir."
"Aku akan beri tahu Akbar supaya mereka tidak usah kembali ke sini. Biar mereka tetap di sana saja menunggumu. Mereka yang terlebih dulu tahu info tentang istrimu."
"Baiklah, ide yang bagus!"
Azkara menaiki tangga menuju pintu perpustakaan diikuti oleh Arland di belakangnya. Saat mereka mendekat, pintu terbuka otomatis. Pintu tersebut terbuat dari mirror glass dengan ukuran besar dan tinggi. Dari dalam bisa terlihat dengan jelas keadaan di luar ruangan.
Lain halnya jika dilihat dari luar maka tidak dapat terlihat apa pun di dalamnya karena kacanya menjadi gelap. Memasuki waktu malam, tirai pintu akan tertutup otomatis.
Setelah mereka keluar, Azkara memasukkan sidik jarinya ke sistem keamanan agar pintu terkunci kembali. Selain akses sidik jari terdapat pin elektronik untuk memasukkan sandi.
"Jaga dirimu, Azkara!" pesan Arland padanya.
"Iya, Lan! Sudah berulang kali kau mengatakan itu. Waspada dan jaga diri. Mengapa kau khawatir sampai sebegitunya?"
"Kau tahu, kan? Di sisiku tidak ada lagi keluarga yang kusayangi. Mereka telah pergi." Hati Arland diliputi kesedihan betapa ia merindukan orang-orang terkasihnya.
Arland jadi merasa waspada terus menerus akibat insiden pengeboman dan penculikan Meika. Ditambah lagi ia semakin khawatir karena mengingat peristiwa yang membuat Azkara hampir tiada empat tahun lalu.
Di benaknya ia harus menjaga Azkara. Sedari dulu dia menyangi Azkara sebagai adiknya. Keinginannya untuk memiliki saudara atau pun saudari kandung takkan pernah terwujud. Namun, kehadiran Azkara kecil yang selalu bermain dan menemaninya sedari kanak-kanak membuatnya lupa akan keinginannya.
"Jangan berkata seperti itu. Aku, Mama, dan Kak Liza adalah keluargamu. Kenapa kau masih merasa asing?"
"Aku hanya menjaga batasanku saja. Aku harus bekerja dengan baik," ungkap Arland gugup.
Ia mengelus-elus pundak kanannya dengan tangan kirinya. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya bila ia sangat sedih dan gelisah.
"Belajarlah untuk menerima kami. Sejak SMA dulu, dirimu semakin berubah jadi semakin menjaga jarak dengan kami. Bahkan sampai harus pergi dari rumah ini. Aku tahu, ada satu ruangan di rumah ini yang membuatmu merasakan sakit yang amat dalam."
Ruangan yang dimaksud Azkara adalah kamar milik ayahnya Arland. Di mana kamar itu menjadi tempat ayah dan anak menghabiskan waktu dulu. Sampai sekarang kamar tersebut dibiarkan terkunci dan sesekali dibersihkan atas permintaan Azkara.
"Aku masih ingat ketika ayahku selesai bertugas, ia pulang dan membangunkanku. Seorang anak yang berusia enam tahun. Ia membangunkanku untuk makan sate langganannya. Sate kacang dengan bumbu manis gurih yang sangat kusukai. Aku selalu menantikan kepulangan Ayah. Tetapi, dia tidak akan pernah kembali ke sini."
"Kak! Paman Rifal adalah ajudan yang paling berjasa bagi ayahku."
"Kenapa kau mengatakan itu? Bukankah melindungi tuannya adalah tugas dan tanggung jawab seorang ajudan?"
YOU ARE READING
Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif
RomanceYasmin Evlynzee merupakan seorang Fashion Designer yang terjebak dalam identitas orang lain. Seseorang telah memalsukan identitas aslinya. Yasmin menjadi incaran banyak orang sebab wajahnya persis seperti wajah Meika, istri dari CEO Arghantara Grou...