BAB 18

292 46 79
                                    

Yasmin merasakan kehadiran seseorang, dia berbalik badan.

"Hei, ayo turun. Kembalilah ke kamar rawatmu. Kau belum sepenuhnya pulih. Dirimu baru sadar dari koma." Aldrich mengajak Yasmin untuk ikut bersamanya. Semoga saja dia bisa dipujuk agar tak menimbulkan masalah.

Yasmin sedikit kaget bahwa selama ini ia koma. Dia lalu menelisik pemuda di hadapannya. Yasmin tidak tahu orang yang menabraknya adalah lelaki yang bicara padanya saat ini.

"Aku tidak mau kembali ke situ!" sergah Yasmin. Ia mengenali suara Aldrich saat mendengar perbincangannya dengan Riko.

"Kenapa?" tanya Aldrich dengan ekspresi wajah penasaran.

Yasmin berada dalam masalah besar. Dia tidak mau percaya begitu saja pada siapa pun di tempat itu.

"Jika kau orang baik, tolong antar aku ke kantor polisi saja." Yasmin menatap lekat pria yang juga memandang ke arahnya.

Aldrich berpikir sejenak, 'Apa dia sudah tahu semua? Tidak mungkin! Jika dia tahu, mana mungkin dia memintaku mengantarnya. Atau jangan-jangan dia ingin menjebakku agar ditangkap polisi?'

"Tapi kenapa mau ke kantor polisi? Kau sedang terluka, makanya dirawat di sini," ucap Aldrich.

"Seharusnya aku di rumah sakit, kan? Tapi tempat ini tidak terlihat seperti rumah sakit. Hanya kamar itu saja yang persis seperti kamar rawat," jelas Yasmin. Wajah serta bibirnya terlihat begitu pucat.

Aldrich jengkel mendengar penuturan Yasmin. Ia harus cepat membawa Yasmin kembali. Jika tidak, maka singa betina pemilik mansion akan mengamuk.

"Iya, memang ini bukan di rumah sakit. Itu kamar khusus. Kau dibawa ke sini karena lokasi kecelakaanmu jauh dari rumah sakit!" Aldrich berkata tanpa jeda.

Yasmin menautkan kedua alis. "Apa kalian komplotan yang mengikutiku tempo hari?" Ia teringat diikejar dua pemuda asing saat menuju gedung praga busana untuk kejar kontrak kerja sama dengan Nyonya Calley.

"Mengikutimu? Kapan?" tanya Aldrich penuh selidik. Ia tak mau mengambil kesimpulan bahwa ia telah ketahuan oleh Yasmin.

Wanita muda itu mengingat wajah orang yang mengikutinya. Aldrich berbeda, sepertinya dia bukan salah satunya.

"Jika kau orang baik, tolong antar aku ke kantor polisi sekarang." Yasmin merasakan pusing sehingga tak dapat berpikir lebih lama lagi. Kepalanya terasa semakin berat.

"Untuk apa?!" tanya Aldrich, nada bicaranya menekan Yasmin.

"Aku ingin pulang! Aku mau menghubungi keluargaku. Tolong antar aku," ucapan Yasmin melemah. Ia hampir tumbang. Dengan sigap Aldrich memegang bahunya agar tak jatuh.

"Istirahat di sini saja. Jika sudah pulih, kau bisa kembali ke rumahmu. Aku yang akan mengatarmu ke sana."

Langkah Nyonya Muda semakin mendekati kamar Yasmin.  Sementara sang asisten terus berjalan mengikutinya. Ia lalu masuk ke kamar rawat. Sania tak berkutik, ia memilih berhenti tepat di luar kamar dan berbalik badan.

Matilah! Tamat riwayatku! batin Sania. Ia menutup kedua telinganya.

"Di mana Yasmin? Apa karena kejadian tadi, mereka memindahkannya?" Pandangannya tertuju pada ranjang kosong. "Tapi ke kamar mana? Jika dipindahkan, alat-alat medis di sini pasti ikut berpindah juga. Apa dia di bawa ke rumah sakit?" Ia terdiam sejenak.

"Yasmin sedang koma. Riko juga dalam pengawasan, mana mungkin dia bertindak lebih jauh," lanjutnya.

Dia larut dalam pikirannya. "Apa Yasmin sudah sadar dan melarikan diri? Sedangkan para manusia di sini kecolongan dan tidak menemukannya?!" Darahnya mendidih, tensinya kembali naik. Ia meremas kuat ujung bajunya.

Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif Where stories live. Discover now