BAB 20

290 22 2
                                    

Aldrich mengangkat Yasmin ke tempat tidur, tetapi dihentikan Nyonya Muda.

"Hentikan! Letak saja dia di kursi."

"Apa?" Aldrich kelihatan bingung.

"Lakukan apa yang kusuruh!" tukas Raline si Nyonya Muda.

Yasmin kemudian didudukkan di kursi yang digeser ke tengah ruangan.

Raline memandang tak suka pada Yasmin, masih terbayang di ingatannya hal paling menyakitkan dihidupnya akibat perbuatan Yasmin dulu.

"Sania, ambilkan segayung air." Raline tak mengalihkan pandangannya dari Yasmin.

"Untuk apa segayung air?" Aldrich menyenggol tangan Raline.

"Lihat saja nanti."

Sania kembali membawa segayung air. Raline mengambilnya lalu menyiramkan segayung air ke wajah Yasmin. Aldrich dan Sania dibuat terkejut bersamaan. Sania sampai tak menutup mulutnya yang menganga.

Ini penyiksaan. Benar-benar penyiksaan. Aldrich menggeleng tak habis pikir.

Semburan air membuat rambut Yasmin menutupi wajahnya. Raline mengguncang kuat tubuh Yasmin hingga ia tersadar. Perlahan matanya mengerjap-gerjap. Akibat rambut yang menutupi mata, ia tak melihat Raline secara jelas.

Raline menyibak kasar rambut Yasmin. "Kita bertemu lagi, Yasmin!" ucap Raline penuh penekanan.

"Apa kau mengingatku, hah?"

Dengan sisa tenaga yang ada, Yasmin berusaha membenahi duduknya menajadi tegak agar bisa melihat jelas wajah wanita di depannya.

"Kau?" Yasmin berusaha mengingat wajah, wajah yang tak asing itu.

Satu nama muncul di otaknya. "Raline?" ucap Yasmin.

"Ya! Akhirnya kau ingat." Raline tertawa. "Aku harap kau senang berada di sini."

Aldrich hanya menyimak, entah apa yang direncanakan sepupunya selanjutnya.

"Kau yang menolongku?" tanya Yasmin lemah. Ia berusaha meenghirup oksigen sebanyaknya, mendadak dadanya terasa sesak.

Raline menanggapi dengan senyuman. Ia menggeleng dan menyeringai.

"Justru aku penyebab keadaanmu seperti ini," bisiknya ke telinga Yasmin.

Yasmin panik. Dia menatap orang di sekelilingnya, termasuk Aldrich. Ia tak menyangka ternyata pria itu benar berniat jahat terhadapnya. "Kalian bersekongko!" Ia menahan tangis. Yasmin tahu penyebab ia kecelakaan karena ditabrak.

Yasmin bangkit ingin kabur, tetapi Raline menariknya duduk kembali.

"Tetap di sini atau aku harus menyuruh pria yang hendak melecehkanmu tadi untuk mengganti bajumu!" ancam Raline.

Aldrich melotot mendengar ancaman tak manusiawi Raline.

"Tidak! Dasar kau gila!" Yasmin melepaskan cengkraman Raline di lengannya yang sensitif. Bagi Yasmin cengkraman itu terasa menyakitkan.

"Kenapa kau melakukan ini padaku!? Aku mau pulang!" jerit Yasmin terisak, dadanya masih sesak.

"Karena aku membencimu! Kau penyebab hidupku semakin buruk! Kau menghancurkan segalanya," geram Raline, matanya mulai memanas.

"Nyonya, tenangkan diri Anda. Ayolah, Nyonya, tolong dengarkan saya atau kondisi Anda semakin parah. Berulang kali Nyonya Calley mengingatkan saya untuk memantau Anda dan memastikan Anda harus minun obat," ucap Sania yang sudah jengah. Beginilah kalau dirinya sudah nekat.

Raline tak menggubris perkataan Sania. Dilihatnya Yasmin kesulitan bernapas. Wajahnya juga terlihat pucat. Ia tak mau kehilangan kesempatan untuk menyalurkan amarah kepada Yasmin. Amarah dan sakit hati yang ia pendam bertahun-tahun.

Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif Where stories live. Discover now