"Iya, aku membekap Meika pakai itu," jawab Zea.
"Sebentar lagi Meika pasti tertidur. Sapu tangan yang kuberi padamu disemprot bius. Tunggulah beberapa menit lagi, pasti akan bekerja."
"Semoga bius itu cepat bekerja. Bagaimana kau akan menikahinya jika dia saja seperti itu? Dia tidak akan mau menikah denganmu."
"Jika dia tidak mau, aku akan memaksanya."
"Oh, astaga! Pernikahan paksa." Zea memasang wajah pura-pura kaget.
"Percayalah, dia tidak akan rugi menikah denganmu. Kau juga tak kalah kaya dari Azkara. Selain mengejar cinta, Meika juga mengejar harta," katanya lagi.
"Meika dulu sangat sombong. Sekarang kita lihat, dia akan termakan oleh ucapannya sendiri." Malvin tersenyum lalu berjalan menuju kamar Meika.
***
Aldrich menguap berulangkali, pasalnya ia kurang tidur. Malam tadi, pria itu tidak bisa memejamkan mata walau ia terus memaksa. Dia kepikiran saat menabrak Yasmin dengan sengaja hingga begitu parah.
Dokter memeriksa kondisi Yasmin. Tangannya membuka mata Yasmin yang tengah terpejam. Ia mengamati pupil mata dengan seksama lalu bergantian dengan mata sebelah. Diceknya kestabilan jantung menggunakan stetoskop. Layar monitor juga menampilkan angka normal. Setelah mengecek Yasmin, ia menemui Aldrich di luar kamar.
"Ada kemajuan dari pasien. Dia berhasil melewati masa kritis. Tapi dia belum sadar dari koma. Kita hanya bisa berdo'a dan menunggu untuk kesadaran serta kesembuhannya."
"Hmm, baiklah. Terima kasih, Dok," ucap Aldrich diiringi anggukan kepala. Dia terus saja menguap hingga matanya berair. Ia memutuskan untuk tidur kembali setelah kepergian dokter.
"Haruskah kukunci pintunya?" tanyanya pada diri sendiri. Tangannya masih memegang knop pintu kamar Yasmin.
"Lebih baik tidak usah," jawabnya cepat.
"Tapi bagaimana jika ada .... Ahh, sudahlah dikunci saja. Aku tidak ingin mendengar omelan Nyonya Muda itu lagi."
"Sayang sekali nasibnya. Siapa yang akan mendo'akannya? Pasti keluargamu tengah sibuk mencarimu. Tapi apa urusannya denganku?" Aldrich berdiri membelakangi pintu dan sesekali menoleh ke belakangnya.
Dia tertawa sambil menguncir rambutnya. "Mau sampai kapan Nyonya Muda itu akan menunggumu sadar. Bagaimana kalau bertahun-tahun kau tidak sadar juga?"
Di rumah berlantai dua peninggalan almarhum Aresta dan almarhumah Nisa, banyak orang berdatangan melayat. Mereka turut berduka atas meninggalnya salah satu dari anak-anak pasangan tersebut. Ia tewas dalam kecelakaan yang menyebabkan tubuhnya hangus terbakar. Jenazahnya tiba di kediaman siang tadi dan akan dikebumikan sesudah shalat ashar.
"Setelah Papa dan Mama pergi kenapa kau juga meninggalkanku, Kak?" Tangis seorang gadis pecah kala melihat jenazah kakaknya tertutupi kain jarik.
"Bersabarlah, Nesha. Ini semua sudah takdir," ucap perempuan paruh baya yang merupakan tetangganya. Tangannya mengusap punggung Nesha guna menenangkannya.
"Di mana adikmu Zahira?" tanya seorang kerabat jauh.
"Dia masih dalam perjalanan pulang, Tante," jawab Nesha di sela-sela tangisannya.
Oliv baru saja datang melayat. "Yasmin!" Oliv menangisi jenazah di depannya. Tangannya mendekat ingin membuka kain yang menutupi wajah jenazah.
Dengan cepat Nesha menepis tangan Oliv. "Jangan sentuh kakakku lagi! Dia pergi bersamamu, kan? Lalu kemana kau saat kakakku mengalami ini semua? Di mana kau saat kakakku kecelakaaan?!" teriaknya penuh amarah.
YOU ARE READING
Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif
RomanceYasmin Evlynzee merupakan seorang Fashion Designer yang terjebak dalam identitas orang lain. Seseorang telah memalsukan identitas aslinya. Yasmin menjadi incaran banyak orang sebab wajahnya persis seperti wajah Meika, istri dari CEO Arghantara Grou...