Aldrich sudah tiba di mension. Ia membuka bagasi lalu menggendong Yasmin yang berada dalam kantung jenazah. Pintu mension dibukakan oleh pengawal. Ia masuk kemudian menaiki tangga menuju lantai dua.
Menyebalkan! Bisa-bisanya dia menempatkan kamar wanita ini di lantai atas, omelnya dalam hati.
Setibanya di kamar, ia membaringkan Yasmin di kasur pasien. Datanglah dua orang perawat yang membantunya mengeluarkan Yasmin dari kantung janazah.
Kamar itu berisikan alat-alat medis seperti di kamar rumah sakit pada umumnya. Bahkan yang ada di kamar itu jauh lebih lengkap. Sekarang Yasmin sedang ditangani oleh seorang dokter dan dua perawat.
***
Aldrich sedang menunggu seseorang di lantai bawah. Ia meregangkan otot-ototnya. Menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri sehingga menimbulkan bunyi gemeretak. Orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang.
"Oh, Aldrich! Ternyata kau sudah sampai. Di mana Yasmin? Apa dia telah tiada?" tanya seorang wanita dengan gaun hitam yang melekat di tubuhnya. Senyum merekah menghiasi wajahnya yang kelihatan polos nan ayu.
"Tidak! Dia masih hidup meski kondisinya kritis."
"Ohoww ..., aku pikir dia telah tiada. Ternyata masih hidup," kelakarnya sambil tertawa.
Wanita itu kembali melanjutkan ucapannya. "Beruntung sekali dirinya. Apa kau tahu? Aku sudah berdandan seperti ini sedari siang. Untuk apa? Untuk menyambut kematiannya! Tetapi, sayangnya dia masih hidup!" Tawanya kini berubah menjadi kemarahan dan kebengisan.
Aldrich memandangi wanita yang sedang duduk di depannya. Dari atas sampai bawah yang dikenakannya keseluruhan berwarna hitam. Ia mengira wanita kaya di hadapannya ini sungguh aneh dan tidak waras.
"Jika kau ingin dia mati. Untuk apa kau membiarkan dia ditangani dokter? Lucu sekali kau!"
"Kau tidak memahamiku, Aldrich!" bentaknya.
Wanita itu berusaha menahan amarah yang membludak di dadanya. Ia lalu mengembuskan napas perlahan. "Aku tidak akan menyuruhmu untuk membawanya ke sini jika dia tewas di tempat! Nyatanya, dia masih hidup. Aku memang sengaja menyiapkan kamar, alat medis, dan dokter serta perawat-perawat itu untuk berjaga-jaga kalau Yasmin masih hidup."
"Jika dia masih hidup maka aku akan bermain-main dengannya. Sama seperti saat dia bermain-main dengan luka masa laluku dulu," tutur wanita itu lagi. Kini amarahnya telah mereda berganti senyuman.
"Yang benar saja. Untuk apa kau mau menghamburkan uang hanya untuk menuntaskan dendammu? Apalagi itu mendatangkan resiko. Kau bisa dijerat hukum!"
"Tidak ada hukum yang bisa menjeratku," ucapnya menyombongkan diri. Dia menggoyangkan kaki kanannya yang menyilang di atas kaki kiri.
Dasar orang kaya! Bisa berbuat apa saja sesukanya. Tapi wanita ini .... Ahh, sudahlah! Intinya aku tidak ingin berurusan lebih lama dengannya. Cantik, tapi hatinya jahat! Apalagi aneh, sikapnya saja bisa berubah tiba-tiba, oceh Aldrich dalam hati.
"Oh, iya. Aku lupa membawa barang-barang wanita itu. Semuanya ada dalam bagasi," ucap Aldrich.
"Hei, kau!" panggil wanita itu pada salah satu pengawal yang kemudian menghampirinya.
"Iya, Nyonya Muda?"
"Pergi ambil semua barang yang ada di bagasinya," perintahnya sambil memajukan dagu ke arah Aldrich.
Aldrich melemparkan kunci mobilnya pada si pengawal.
"Baik, Nyonya Muda." Ia segera pamit dan pergi setelah menangkap kunci mobil.
YOU ARE READING
Terjebak Asmara Tuan Muda Posesif
RomanceYasmin Evlynzee merupakan seorang Fashion Designer yang terjebak dalam identitas orang lain. Seseorang telah memalsukan identitas aslinya. Yasmin menjadi incaran banyak orang sebab wajahnya persis seperti wajah Meika, istri dari CEO Arghantara Grou...