Chapter 15

717 53 9
                                    


Matanya menatap sayu bangunan yang kini berada di depannya, tangannya terkepal dengan sangat kuat untuk menahan rasa sesak yang sejak tadi menghantam dadanya. Dia bahkan tidak berani untuk turun dari mobil karena ini pertama kalinya dia kembali.

"Ga mau turun?" Arsen yang masih berada di kursi kemudi membalikan badannya memperhatikan Queen yang menatap rumah di hadapan mereka dari balik kaca.

Queen mengalihkan atensinya, menatap Vanni dan Arsen secara bergantian, dia diam sejenak untuk meredakan rasa sesak yang tidak kunjung menghilang. "Gua bisa?" Dia bahkan ragu, apakah dia bisa kembali memasuki rumah yang sudah lama tidak dia datangain dengan sengaja.

"Mama udah nungguin di dalem," ucap Vanni membuat Queen tidak bisa menjawab.

Tatapan matanya tidak bisa lepas memperhatikan kembali rumah di hadapannya hingga seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah. Dia sangat mengenal wanita itu, wanita yang sudah lama tidak dia temuin hanya karena ketakutan masa lalu yang menghantuinya.

"Lihat, mama udah keluar. Ayok keluar juga," ajak Vanni. Vanni sangat paham apa yang saat ini sedang dirasakan sahabatnya itu.

"Duluan aja, nanti gua nyusul," suruhnya membuat Vanni dan Arsen mengangguk paham.

Matanya tidak lepas saat wanita paruh baya itu menyambut Vanni dan Arsen dengan sangat hangat, dia sangat rindu melihat senyum itu namun kakinya terasa sangat lemas untuk sekedar keluar dari dalam mobil.

Menarik napas dalam lalu menghembuskannya, hingga dia memberanikan diri membuka pintu mobil. Padangannya melihat ke bawah namun dia bisa merasakan bahwa saat ini semua orang sedang menatapnya, tidak ada suara sama sekali hingga dia mengangkat kepalanya dan melihat tiga orang yang saat ini tersenyum bahagia menatap ke arahnya.

"Apa kabar sayang?" Wanita itu mendekati Queen, mengangkup wajahnya dan mememeluknya dengan sangat erat.

Queen tidak menjawab sama sekali namun hanya bisa menangis untuk mengungkapkan perasaannya saat ini, keduanya saling melepas rindu.

"Mama kangen banget sama kamu, kamu sehat, kan?" tanya Laudya yang semakin mengeratkan pelukannya.

Hanya anggukan kepala yang menjadi jawaban Queen, dia masih terisak di dalam pelukan Laudya, bahkan Vanni dan Arsen yang melihatnya ikut terharu.

"Rumah ini selalu nungguin kehadiran kamu."

Keduanya melepas pelukan, tangan Laudya bergerak menghapus air mata yang masih mengalir membasahi pipi Queen. Queen tersenyum kecil melihat wanita di depannya, Dia rindu akan sentuhan halus itu.

Selama ini dia terlalu takut dengan kenangan sehingga rela meninggalkan semua hal yang akan membuatnya sakit, bagaimana dia bisa tega? Apakah dia terlalu egois karena hanya memikirkan dirinya sendiri?.

"QUEEN, AKHIRNYA LU DATANG JUGA!!" teriakan yang sangat nyaring membuat mereka berempat terkejut, gadis itu berlari dari dalam rumah dan memeluk Queen dengan seketika yang membuat Queen terdorong ke belakang.

"Gua hampir jatuh," ucap Queen namun dia masih membalas pelukan gadis itu.

"Lu lama banget buat datang ke sini." Belva melepaskan pelukan dan memasang ekspresi kesal, Queen hanya terkekeh melihatnya.

"Gua liburan dulu," balas Queen membuat Belva berdecih.

"Masuk dulu yok, Mama udah nyiapin banyak makanan," ajak Laudya. Semuanya mengangguk dan berjalan masuk ke dalam.

Belva yang menggandeng tangan Queen dapat merasakan tangan gadis itu yang seketika menjadi sangat dingin saat Laudya mengajaknya masuk. Bahkan dia juga bisa melihat Queen yang sejak tadi menarik napas untuk menetralkan rasa gugupnya.

The Cold Brothers [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang