Chapter 16

618 42 0
                                    

Hallo, selamat membaca dan maaf jiika ada salah penulisan kata. 

Jangan lupa vote dan comment jadilah pembaca yang aktif jangan yang pasif

Aku harap kalian menikmatinya



Pagi ini kursi taman sudah terisi oleh seorang gadis yang duduk terdiam menikmati hembusan angin pagi, matahari bahkan belum terbit namun dengan sebuah keberanian gadis itu sudah berada di taman.

Matanya memejam, meingat semua masa yang dulu pernah terjadi di taman itu, semuanya tampak memebahagia tiap kali dia datang ke sini namun berebeda dengan sekarang, semuanya terasa sangat hampa.


"Masih pagi, udah di sini aja lu." Sebuah suara berhasil mengemablikan kesadarannya namun tidak mmembuat matanya yang tadi terpejam menjadi terbuka, dia mengenal dengan baik suara laki-laki yang kini bisa dirasakan duduk di sebelahnya.

Bibir Queen masih saja terdiam, dia tidak ingin bersuara sama sekali karena takut akan bergetar karena tangis yang sejak dia tahan akan meledak begitu saja, bahkan saat laki-laki itu memakaikan jaket padanya dia masih saja tidak berbicara.

"Kalau mau nangis jangan ditahan, nangis itu wajar ga ada yang akan bilang lu lemah," ujar Arsen yang kali ini membuat Queen menatap ke arahnya.

Arsen dapat melihat dengan jelas mata Queen yang sudah bengkak, bisa dipastikan gadis itu menangis semalaman, dan kini dia masih ingin menangis tidak perduli dengan matanya yang sudah terlihat jelek karena bengkak.

"Ini dulu tempat kita berempat sering main, kenapa sekarang cuma ada kita berdua di sini?" tanya Queen dengan mata yang kini telah basah.

Tangan Arsen tergerak untuk mengahapus air mata di wajah Queen, membawanya e dalam pelukannnya agar membuat gadis yang berada di depannya merasa tenang. "Nanti kita main lagi bertiga, sama Verrel."

Queen yang berada di pelukan Arsen menggeleng. "Gua mau ada Rayhan juga, gua ga mau kurang satu."

Arsen menghela napas berat, gadis yang berada di dekapnnyanya ini belum bisa mengikhlaskan kepergian Rayhan, namun dia paham karena begitu sulit jika berada di posisi Queen.

"Mau keliling kota sama gua ga? Sambil ngeliat sunrise sama kenang memori kita dulu," ajak Arsen yang berharap Queen akan menyetujuinya.

"Gua ga inget tempat yang sering kita kunjungin dulu," ucapnya membuat ARsen mengganguk paham.

"Gua bakal buat lu inget semuanya, setuju ga ni? Bentar lagi sunrise mau muncul." Arsen mengusap kepala Queen yang kini sudah tidak menangis lagi namun gadis itu masih berada di dalam pelukannya.

Queen menjauhkan dirinya hingga pelukan mereka terlepas, gadis itu tersenyum tipis menganggukannya kepalanya pertanda disetuju dengan ajakan arsen untuk mengeliling kota Surabaya.

"Lu mau ke tempat dia dulu ga?"tanya Arsen yang mendapat gelengan langsung dari Queen.

"Belum siap buat ketemu dia lagi" jawab Queen. Kali ini dia tidak akan menangis, sudah cukup untuk hari ini dia menangis.

"Ya udah, ayok kita keliling. Gua mau kenalin Surabaya dari awal sama lu," ujar Arsen sembari terkekeh yang membuat Queen juga ikut tertawa kecil mendengarnya.

"Gua lahir di sini kalua lu lupa."

"Emang masih inget semua yang terjadi di sini?" tanya Arsen membuat gadis itu menggelengkan kepalanya.

Wajah Queen cemburut karena semua kenangan itu seakan hilang begitu saja, bagaimana bisa dia melupakan kota kelahirannya.

'Ga usah cemburut gitu, lu bakal inget lagi nantinya." Arsen menggandeng tangan Queen dan memmbawannya keluar dari taman.

The Cold Brothers [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang