OC | Day 4

381 45 2
                                    

Lomba tarik tambang yang sejak awal diharapkan itu rupanya terpenuhi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lomba tarik tambang yang sejak awal diharapkan itu rupanya terpenuhi. Meski menduduki nomor kedua, setidaknya IPS 1 mendapatkan juara.

Kalau ditanya, kok bisa nomor dua? Ya bisa lah.

Mereka lawan kakak kelas, yang maju modelan Lukas, Mario, Chandra, Yajil, sama Doni. Kalau kata Juno, "Hasan kalo disentil bang Lukas langsung beda alam," bikin Hasan yang lagi boker mendadak bersin.

Sebenarnya tim kakak kelas itu yang kelihatan gede melebihi buto ijo cuma Lukas, yang lain fisiknya sama kayak perwakilan IPS 1. Tapi taktik mereka mantep. Mereka ga nyerang, tapi bertahan. Jadi mereka hanya diam menahan tali, sedangkan IPS 1 berusaha menarik dan membawa tali ke wilayah mereka. Setelah IPS 1 lelah, tim kakkel menyerang.

Johan dan kawannya langsung ambruk, nyungsruk ke tanah. Tapi hal itu malah bikin cewe-cewe teriak ga karuan.

Sebab itulah di hari keempat ini, yang mereka dukung sisa satu, yaitu basket putra. Basket putri sudah kalah di babak kedua penyisihan, mana yang ngalahin anak kelasnya bang Lukas juga.

Udahlah, malam minggu nanti anak cowo IPS 1 gamau nongkrong di warkopnya bang Lukas lagi.

"Ga ada yang mau ngasih hadiah buat gue gitu?" tanya Hasan tiba-tiba. Ga ada angin ga ada hujan, tiba-tiba menyeletuk.

"Lo ulang tahun, San?" Johan tahu kalau bertanya demikian kepada orang yang sedang ulang tahun itu cukup menyakitkan, sebab seolah ia terlupakan. Tapi bodo amat lah, gapapa kalau Hasan.

"Engga deh kayaknya, gue ga ada notif di HP," celetuk Hani membantu menjawab. Sebagai sekretaris kelas, ia rasa harus mengetahui banyak hal dari teman sekelasnya, salah satunya adalah dengan menyimpan tanggal ulang tahun mereka di kalender ponselnya.

Ya siapa tahu ini penting untuk keperluannya selama menjabat sebagai sekretaris kelas.

"Emang bukan, gue cuma bersiap aja kalo menang," sahut Hasan yang kemudian nyengir.

"Jangan sombong, Tuhan ga suka," celetuk Ismail yang membuat Hasan mendapat renungan di pagi hari.

"Btw kalo basket cowo menang, traktiran ya, Cha," celetuk Samuel, meminta ke Yischa yang lagi ngitung hasil kas bersama Raffi. Kebetulan hari ini jadwal bayar kas.

"Bayar dulu kas lo. Kalo lunas semua bulan ini, baru ditraktir," bukan Yischa yang balas, tapi Raffi. Geram dia tuh, uang kas digunakan sebagai uang darurat untuk kelas, tapi anak-anak minta traktiran mulu pakai uang kas. Kalau sebulan sekali pas kasnya udah lunas ya ga masalah, ini aja masih pada nunggak, udah minta enaknya.

"Gapapa, ntar ditraktir Yanu," Yanu yang lagi ngupil di pojokan itu kaget pas namanya tiba-tiba disebut sama Hanif.

"Apaan, njing? Gue cuma diem!" protesnya. Dia ga cuma diem, tapi juga dia yang bakal menang nantinya. Masa yang menang malah nraktir?

OUR CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang