Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti yang telah direncanakan, sore ini para gadis ke rumah Sabrina. Sang pemilik rumah telah mendapat ijin dari orangtuanya untuk membawa teman-temannya kemari.
Sekarang semua sudah tiba, tinggal Giselle yang sedikit ngaret.
Ga banyak yang tahu rumah Sabrina, mungkin sekelas hanya Yunita dan Raffi yang pernah kesana. Jadi pas datang ke rumah Sabrina, mereka seolah tak percaya.
Rumah Sabrina besar, sangat besar. Bagaikan istana kerajaan dengan konsep yang lebih modern. Gerbang rumahnya terbuka sendiri, bahkan perlu beberapa meter untuk sampai ke pintu rumahnya.
Haris mendadak langsung ingin ikut berkumpul saat mengantarkan Yischa tadi.
Tapi sayangnya, di rumah Sabrina itu ga ada asisten rumah tangganya, benar-benar hanya tinggal sekeluarga.
"Laper nih," celetuk Asa saat keadaan sedang hening, semua nampak sibuk bermain dengan ponsel masing-masing. Sebenarnya ada jajan di kamar Sabrina, tapi itu tidak bisa mengenyangkan perutnya.
"Nitip Giselle aja, kayaknya dia masih di jalan," balas Listya.
"Bukannya harusnya Giselle sama Arin? Terus lo tadi sama siapa, Rin?" tanya Yischa. Sejak awal Giselle menawarkan diri untuk memberi tumpangan pada Arin dan gadis itu setuju. Tapi akhirnya, Arin sudah sampai duluan.
"Diantar Yoel."
Semua diam, lalu merubah ekspresi serentak. Seolah mencurigai sesuatu antara Arin dan Yoel.
"Arin!"
Terdengar suara panggilan, diikuti oleh pintu yang terbuka.
"Kan gue bilang lo sama gue, kok tadi gue sampe rumah lo, nyokap lo bilang lo udah berangkat sama cowo? Lo sama siapa, anjir? Gue kira lo diculik om-om terus dijual di shopee," oceh Giselle.
Arin nyengir, "Maaf, Giselle. Tadi Yoel ke rumah aku, bilang kalau dia disuruh sama kamu, katanya kamu mendadak ga bisa jemput. Aku udah hubungin kamu tapi kamu ga balas sama sekali," jelasnya.
Giselle diam, lalu merubah ekspresinya seperti teman-temannya yang lain, ikutan curiga.
"Kalian pacaran, ya?" tanya Ami.
Arin nampak terkejut namun tersipu, "Engga kok," jawabnya singkat.
"Bukan engga, tapi belum," Silvi mengoreksi, "Yoel kelihatan suka sama lo dan akhir-akhir ini deketin lo terus, lo juga kayaknya tipe orang yang mudah baper. Tapi gue ingetin aja, lo hati-hati sama orang kayak Yoel, takutnya dia kelihatan lembut kayak Ismail, ternyata playboy juga kayak Javin."
"Lo mana tahu kalau seandainya Ismail juga kayak Javin?" tanya Asa yang terdengar tidak terima dengan pendapat Silvi.
"Tahu lah, anak ustad, mana mau mendekati zina."
Ya benar juga sih.
"Kalo jadian, kabarin kita, Rin," kata Bina memberi kode, alias minta traktiran.