OC | Selesai kah?

429 53 2
                                    

Silvi berjalan gontai menuju kelasnya, malas sekali rasanya ia masuk sekolah untuk saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Silvi berjalan gontai menuju kelasnya, malas sekali rasanya ia masuk sekolah untuk saat ini. Apalagi semakin membesarnya masalah yang awalnya hanya sepele ini.

"Loh? Masih berani sekolah dia?"

"Gue pikir ga bakal masuk karena malu."

"Emang dia punya malu?"

"Jelas engga lah, dia aja pernah dipakai sama cowo-cowo sekelasnya, mana mungkin punya malu!"

"Alah, paling sekelas juga sama aja."

Tunggu! Apa?

Kenapa tiba-tiba membawa teman-teman sekelasnya?

"Ngomong apa kalian?" Silvi dengan lantang bertanya, menghadap keempat gadis yang sedang membicarakannya itu. Silvi bisa tahan jika itu tentang dirinya atau soal ibunya yang mana adalah sebuah kebenaran, tapi jika soal teman sekelasnya, Silvi tidak bisa tinggal diam.

Mereka tidak bersalah, mereka tidak melakukan apapun. Silvi tidak akan tinggal diam jika ada seseorang yang mengotori rumahnya.

"Apa? Lo ga terima?" salah satunya berujar seolah menantang. Silvi tidak tahu mereka yang bertengkar dengan Yischa dan Giselle kemarin atau bukan, tapi sepertinya sekarang adalah saatnya untuk bertindak.

"Iya."

"Tapi itu fakta 'kan? Fakta bahwa lo udah pernah dicobain sama cowo-cowo di kelas lo, iya 'kan?"

"Emang lo tahu apa?" bukan Silvi yang bertanya, melainkan Bagas yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

Gadis itu berdecih, "Woww, dibela sama salah satu yang pernah nyobain dia, ya?" tanyanya meremehkan.

"Fakta atau engga, hubungannya sama lo apa? Sekurang kerjaan itu kah sampe lo bikin rumor kayak gini?" Bagas tak mau kalah.

Sejenak Silvi terdiam, dia baru tahu kalau Bagas juga bisa bersikap seperti ini.

"Dengar! Gue dan yang lain ga akan tinggal diam, kita akan cari siapa yang menyebarkan rumor-rumor gajelas soal Silvi. Jadi gue harap, lo jangan sampai terlibat. Bisa panjang urusannya," kata Bagas memperingatkan kemudian menarik Silvi untuk pergi dari sana.

"Lo gapapa?" tanya Bagas yang dibalas gelengan kepala oleh Silvi yang hanya menunduk sejak tadi.

Semakin panjang dan semakin besar masalahnya, anak-anak kelasnya semakin banyak yang terlibat.

Plukk...

Silvi menghentikan langkahnya saat merasakan sesuatu meluncur dan mengenai kepalanya. Terasa lengket dan amis.

Sebuah telur.

"Lo pikir lo siapa bisa ngancam gue?" gadis yang sebelumnya diancam oleh Bagas itu berteriak.

"Lo—"

"Gimana, ya? Hari ini ulang tahun gue, gue butuh kue," gadis itu kembali berucap, memotong ucapan Bagas yang sekali lagi akan menggertaknya.

OUR CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang