OC | Matematika Troooozzzz

410 51 1
                                    

"Jangan, tinggal daku!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan, tinggal daku!"

Jericho nyengir pas dengar Yanu tiba-tiba nyeletuk demikian dari belakangnya, nyanyi pake nadanya uncle Ayoyo. Padahal Jericho masih nangkring di motor, belum sempat jalan ke kelas.

"Bacot!" seru Jericho yang membuat Yanu tertohoq.

"Kekebar kuy!" ajak Yanu yang dengan akrab merangkul pundak Jericho.

"Kekebar apaan?"

"Ke kelas bareng."

Anjirr, ada aja singkatan kidz jaman jigeum.

"Males, mulut lo bau jigong," tolak Jericho yang kemudian berjalan terlebih dahulu, meninggalkan Yanu yang kembali tertohok. Pemuda itu lantas mencium bau mulutnya sendiri, wangi kok.

"Woy, ngibul lo!" teriak Yanu sambil berlari mendekati Jericho. Seenaknya aja ninggalin dia, pake ngatain mulutnya bau jigong pula.

Akhirnya mereka berdua berjalan bersama menuju kelas.

Jreng....

Padahal Jericho sama Yanu baru melangkah masuk, udah disambut sama Hanif yang ngegenjreng gitar kayak pengamen, gatau dapat gitarnya darimana.

"Ngamen gratis, bang!" teriak Ami dari tempat duduknya pas Hanif udah siap genjreng lagi, bahkan mulutnya udah mangap buat nyanyi lagu galau.

"Berisik lo! Mending lo chat bang Hendi, dia neror gue mulu," balas Hanif dari bangku paling depan pojok kanan, alias bangku Sandy dan Bagas.

Dia kayaknya hobi banget nangkring disana. Tapi biasanya dia numpang wifi pagi-pagi.

Maklumlah, kaum hemat kuota, dirumah ga punya wifi juga.

"Eh, anjing! Jam pertama kenapa harus pak Tejo, sih?" keluh Hasan yang baru aja melangkah masuk bareng Raffi. Gatau kenapa mereka bisa bareng, padahal biasanya Raffi anti banget deket-deket sama Hasan, takut rabies katanya.

"Masuk itu salam, bukannya misuh," kata Ismail menimpali.

"Maafkan hamba, tuan Ismail. Assalamualaikum teman-teman, shalom, om suwastiastu, namong budaya. Eh, bener ga sih?" Hasan mengulang kegiatan masuk kelasnya, jangan lupakan senyumannya yang secerah sabun cuci piring.

"Shalom, Hasan."

Hasan yang masih berdiri di ambang pintu itu nengok, ngelihat Arin yang senyum kearahnya. Sejenak dia terpesona sama Arin yang kelihatan cantik banget, tapi sadar kalau tembok penghalangnya setinggi itu.

Kalau Eric kayaknya udah nangis glosoran sekarang, teringat dia kadang ngaku-ngaku jadi pacarnya Arin. Eh perbedaannya sejauh itu.

Eh, tapi 'kan Eric satu server.

Bodo ah, Hasan pusing.

"Lo ngapain, Sel?" tanya Clara yang lihatin Giselle menyatukan kedua tangannya dengan mulut yang bergerak seperti mengucapkan mantra dan mata yang tertutup. Saking seriusanya, alisnya sampai gerak-gerak.

OUR CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang