Dua jam penerbangan ke Singapura biasanya terasa membosankan. Apalagi Esta hanya bisa duduk di kursi pesawat sambil menghabiskan beberapa buku yang dibawa atau menyelesaikan desain-desain untuk pekerjaannya.
Namun, semua berbeda dalam perjalanan singkat siang ini. Dia bisa menatap ketampanan Jagat selama yang dia bisa. Terkadang mengobrol bersama pria itu dan mengenalnya lebih dalam. Tapi paling menarik, Esta bisa dengan sengaja mencuri-curi waktu untuk mencium suaminya itu tanpa perlu merasa malu atau sungkan. Mereka tinggal memamerkan cincin di tangan, semua orang akan maklum.
"Jagat," panggil Esta dengan nada manjanya. Segera dia bergelayut manja ke lengan Jagat saat mereka memasuki lift dan bersiap menuju penthouse suaminya itu. "Jadi inget awal-awal kita ketemu. Pas waktu kejebak itu, kamu mikir apa tentang aku?"
Jagat melirik singkat Esta, sebelum kemudian menjawab dengan cepat, "Berisik."
Seketika Esta memelotot. Refleks, dia memukul pundak Jagat agak keras. Suasana hatinya agak turun. "Nyebelin."
Esta segera melepaskan pelukannya pada Jagat, lalu sedikit memberi jarak. Dia mendengkus keras. Di dalam hati dia terus memberi semangat. Sabar, sabar, tenang, Esta, kalian baru married, Jagat masih kaku, dimaklumi aja dulu.
Kekesalannya bertambah saat Jagat tidak berusaha untuk meredakan Esta yang sedang ngambek. Pria itu malah diam saja sambil menatap panel lift yang terus bergerak menuju lantai teratas gedung apartemen.
Bunyi dentingan lift mengalihkan perhatian Esta. Tak lama pintu terbuka dan mereka langsung mendapati ruang tamu luas dengan interior serba abu-abunya. Tempat ini tampak cukup laki daripada apartemen keluarga.
"Welcome home," teriak Esta seraya memasuki rumah begitu saja. Dia tidak peduli betapa membosankan dan dinginnya kesan yang penthouse ini tunjukkan. Terpenting adalah apartemen ini sangat dengan jalan Orchard, tujuan utamanya sepanjang bulan madu.
"Semesta."
Tiba-tiba saja Jagat memanggil seraya menggandeng tangan Esta. Tak lama pria itu menuntun Esta kembali mendekati pintu masuk.
"Ganti sepatu pakai sandal rumah."
Jagat tahu-tahu saja sudah berjongkok di depan Esta. Pria itu menarik kaki satu per satu Esta seraya melepaskan heels yang dikenakan. Dia bersihkan telapak kaki Esta. Terakhir, Jagat dengan sengaja membantu wanita itu mengenakan sandal rumah yang lagi-lagi berwarna abu-abu.
Untuk sesaat Esta hanya bisa diam dan termenung. Jantungnya berdegup kencang. Dia bahkan tidak bisa berpaling selain menatap sosok Jagat yang tengah serius mengurus kaki-kaki Esta. Mendadak seluruh kekesalan wanita itu di lift sirna begitu saja.
Hanya saja ketika Jagat mendongak dan mata mereka bertemu, Esta langsung gugup. Ditariknya kakinya dari tangan Jagat. Buru-buru wanita itu mengalihkan wajah. Kemudian, dia bergerak memasuki penthouse.
"Ke kamar aja, yuk!" Ajakan Esta murni hanya ingin menaruh barang di kamar. Tidak ada pemikiran lain apalagi ini masih cukup sore dan waktu yang tepat berbelanja ke Orchard.
Jagat langsung bergerak mendahului. Dengan agak sedikit kesusahan dia mengangkat dua koper menaiki tangga, lalu berbelok ke salah satu kamar di sana.
"Kamarmu." Jagat menunjuk pintu di depan mereka, lalu jarinya berpindah ke pintu lain yang tak jauh dari sana. "Kamarku."
Seketika Esta melongo. Keningnya berkerut. "Maksudnya?"
"Selama di sini, kamar di depan kita saat ini jadi kamarmu. Sementara yang di sebelah itu kamarku." Jagat mengulangi.
"Wait a minute. Do we sleep in different rooms?" tanya Esta mengkonfirmasi pendengarannya.
Anggukan Jagat sukses mengembalikan kekesalan Esta yang sempat sirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Wifey [COMPLETED]
RomanceEsta-Semesta, tidak menyangka hidupnya menggila sejak tanpa sengaja menggoda Ayah kandungnya di salah satu kelab malam di Bali. Tiba-tiba saja Esta terjebak di lift kantornya. Saingannya sesama desainer perhiasan mendapat penghargaan dari kantor. Ta...