Chapter 30 : Overthinking Kills You

7.8K 817 44
                                    

Jika Jagat pagi tadi berangkat ke kantor dengan wajah ditekuk dan berat hati, berbeda dengan Esta siang ini. Wanita itu penuh senyum berada di lift menuju lantai 25, tempat para direksi Jade Blue, kantor Rubi, dan juga ruang pengumpulan desain-desain lomba perhiasan untuk pameran perhiasan terbesar di Indonesia berada.

Rasanya Esta begitu bangga pada dirinya. Ternyata kembali ke Sydney setelah bertahun-tahun membawa banyak cerita dan kebahagiaan serta juga inspirasi. Walaupun media gambarnya terbatas, tapi itu tidak menghentikan kreasi Esta.

Bunyi dentingan lift mengembalikan Esta ke dunia. Sambil melepaskan kacamata hitamnya, dia melangkah memasuki lantai 25. Genggamannya pada map berisi desain-desainnya mengetat. Senyum penuh percaya diri dia pasang lebar-lebar.

Begitu sampai di depan pintu ruang pengumpulan desain, Esta mengetuknya sejenak. Kemudian membuka pintu perlahan. Sejenak wanita itu terdiam di ambang pintu. Keningnya berkerut. Pemandangan di dalam sana tampak tidak biasa.

"Mami," gumam Esta lirih.

Tahu-tahu saja di dalam ruangan kecil itu sudah ada Rubi tengah duduk menunggu. Secangkir teh kesukaannya sedang dia sesap sambil menatap keluar jendela dengan pemandangan langit siang yang cerah. Sementara di meja terdekat ada beberapa tumpukan kertas desain dari orang-orang.

"Masuk, masuk."

Suara Rubi menyentak Esta. Dia mengangguk kaku seraya menutup pintu rapat-rapat. Walau ini ruangan yang tertutup rapat bahkan jendela yang ada halnya jendela yang menghadap keluar gedung itu, tapi tetap saja Esta memastikan tidak akan ada yang mendengar percakapan apa pun antara dirinya dan Rubi kelak.

"Kukira ruangan ini bakal kosong atau dijaga orang selain Mami," ucap Esta sambil ikut menumpuk desainnya dengan desain-desain lainnya.

Respons pertama Rubi adalah dengkusan geli, lalu menggeleng. Tak lama dia menarik kembali desain-desain yang baru saja Esta kumpulkan.

"Alasan Mami duduk di sini selain karena gabut, tapi Mami juga mau lihat bakat-bakat para desainer hebat yang Jade Blue punya termasuk kamu, Esta."

Setelah mengatakan itu Rubi terdiam. Dia memperhatikan desain yang Esta buat. Kemudian, senyum lebar hingga giginya terlihat pun terpasang.

"Desain-desainmu ini sederhana, tapi sangat elegan. Bisa dikatakan desain ini juga everlasting, nggak bakal kemakan usia. Mami juga merasa setiap perhiasan ini punya makna tersendiri dan entah kenapa rasanya goresan kamu jadi kayak bermakna, Esta." Rubi mendongak. "Kamu tau goresan kamu ini ngingetin Mami sama orang-orang yang lagi jatuh cinta saking hangatnya. Nggak sia-sia kalian kabur ke Sydney dan pulang bawa gambar baik ini."

Seketika Esta meringis. Jatuh cinta? No way!

"Thanks, Mi."

Namun, Esta tidak bisa membantah. Selain karena Rubi mertuanya, wanita itu juga bosnya dan sebagai anak buah dia lebih baik mengiakan segala hal yang bosnya ucapkan.

Mereka berbasa-basi sejenak membahas desain, sebelum kemudian Esta pamit undur diri.

Hanya saja selangkah mendekati pintu keluar bahkan tangan Esta sudah akan menyentuh gagang pintu, dia malah kembali berbalik menghadap Rubi. Sosok Jagat muncul di kepalanya. Ketidaknyamanan sang suami mengusiknya.

"Kenapa, Esta?" tanya Rubi saat mendapati Esta ikut duduk di seberang Rubi.

"Mi, ini soal Jagat," ucap Esta yang membuat kening Rubi berkerut. "Boleh nggak Mami bantuin aku ngomong ke Papi untuk nggak maksa Jagat magang ataupun kerja di tempat yang dia nggak suka? Aku ... nggak suka liat Jagat tertekan apalagi sampai bersihin semua sudut di rumah saking tertekannya."

Crazy Wifey [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang