Sudah beberapa bulan menikah dengan Semesta, Jagat jadi memahami bagaimana caranya mengurangi kesedihan yang istrinya itu rasakan. Itulah mengapa pria itu sekarang berada di pusat perbelanjaan. Tangannya menggandeng tangan Semesta, sementara ada dua orang personal shopper yang membantu membawakan belanjaan sang istri.
"Ini bener-bener nggak memuaskan," keluh Semesta seraya berbelok ke salah satu toko brand mewah favoritnya. "Nggak ada sensasi aku kecapekan abis belanja dan muter-muter mall, Mas Jagat."
Jagat menghela napas dalam. Dituntunnya Semesta menduduki salah satu sofa yang tersedia. Kemudian, dia memberi kode kepada salah seorang personal shopper untuk membantunya menutup toko agar istrinya itu puas berbelanja sambil beristirahat atau paling parah menangis lagi.
"Semesta, aku tahu kamu nggak puas dengan belanja dengan banyak orang gini dan ... harus duduk setiap kali masuk toko." Jagat merangkul Semesta sambil mengusap puncak kepala istrinya itu. "Tapi, dokter udah bilang kamu nggak boleh bawa barang berat dan nggak boleh kecapekan karena kamu lagi hamil, Sayangku. So please ... ini satu-satunya hiburan belanja yang bisa aku berikan saat ini untuk kebaikan kamu dan anak kita."
Setelah mengatakan itu Jagat mengecup puncak kepala Semesta. Tidak lupa juga dia mengusap perut istrinya itu dengan sayang.
Selama beberapa detik Semesta hanya termenung sambil menghela napas dalam. Sebelum kemudian, dia menganggukan kepala. Ditepuknya tangan Jagat beberapa kali.
"You're right, Jagat. I can't be a selfish mother. Kamu bener ... setidaknya aku bisa tetep meluapkan nafsu amarahku dengan belanja barang banyak dan lumayan bikin pegel kaki."
Ketika mendengar kata pegal dari mulut Semesta, Jagat dengan segera menarik kaki istrinya itu ke atas pangkuannya. Hal yang sukses membuat sang istri memekik terkejut karena kejadian tak terduga.
"Kamu ngapain?" tanya Semesta. Ada rona di kedua pipinya.
"Pijetin kaki kamu, Semesta. Biar nggak terlalu pegal. Nanti kalau nggak berhasil bikin pegal kamu ilang, aku gendong sampai mobil." Jagat mulai menekuni kaki Semesta.
Tak lama seorang pelayan toko datang membawakan dua gelas teh di meja kopi. Jagat melirik sejenak, lalu berkata sambil menatap Semesta, "Aku sengaja bawain teh khusus kesukaanku ke sini buat kamu."
Semesta terkekeh pelan, lalu mengangguk. Tidak lupa juga dia mengucapkan terima kasih sebelum kemudian membiarkan keheningan menyelimuti mereka.
"Jagatraya." Panggilan Semesta membuat Jagat mendongakan kepala. Tahu-tahu saja istrinya itu menyentuh pipi Jagat. "Makasih ya karena kamu udah jadi suami terbaik buat aku. Not just a best husband, but a best partner and father to our baby-to-be. Kamu selalu berusaha untuk buat aku seneng walau kadang caraku bikin diri sendiri seneng agak bikin kamu mungkin jantungan atau kesal."
Perlahan Semesta menurunkan kakinya dari pangkuan Jagat. Kemudian, dia bergerak perlahan mendekati Jagat dan memeluknya.
"I never get enough to say that I love you, Mas Jagat, so so much!" Semesta terkekeh.
"I love–"
Kata-kata Jagat itu tiba-tiba terhenti saat mendengar suara kerucukan pelan dari perut Semesta. Tak lama wanita itu berkata, "Kayaknya aku pengen ayam tepung deh, Mas Jagat. Yang dilumuri saus pedas dengan cocolan keju. Oh ... sama aku juga mau kentang goreng kejunya. Wafer kejunya juga enak. Oh my God, I want all of that cheese now!"
Seketika Jagat tergelak begitu saja. Setelah mengetahui hamil sepertinya ini kali pertama Semesta mengidam makanan. Dan satu-satunya yang pria itu lakukan hanyalah meminta tolong orang-orangnya membelikan apa yang istrinya pinta untuk dibawakan ke mereka secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Wifey [COMPLETED]
RomanceEsta-Semesta, tidak menyangka hidupnya menggila sejak tanpa sengaja menggoda Ayah kandungnya di salah satu kelab malam di Bali. Tiba-tiba saja Esta terjebak di lift kantornya. Saingannya sesama desainer perhiasan mendapat penghargaan dari kantor. Ta...